Opini

Kebudayaan sebagai Bingkai Pergerakan di Era Digital

Sab, 1 Mei 2021 | 05:15 WIB

Kebudayaan sebagai Bingkai Pergerakan di Era Digital

Ilustrasi kebudayaan di era digital. (Foto: NU Online)

Oleh Mohamad Tamrin

 

Matahari menyingsing dari balik Rinjani ketika rombongan kami tiba. Angin laut utara berhembus dengan pelan. Membelah tebing-tebing, melesat di sela-sela rimbun nyiur berbaris di sepanjang pantai dan mengibas-ngibas semak belukar yang tumbuh liar. Jarum jam tangan membeku, seolah-olah berhenti pada angka 10:00 ketika kami tiba di Pesantren Nurul Yaqin Malaka, Lombok Utara. Setiba kami di depan gerbang pesantren, kedatangan kami disambut oleh Lambang Nahdlatul Ulama, ormas Islam terbesar di negeri ini. Sedangkan kiai dan para santri telah menunggu di aula yang berada persis di sebelah pohon Ketapang.


Kedatangan rombongan tidak lain karena acara yang dipelopori oleh Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Kabupaten Lombok Utara dengan tajuk “Kyai Kampung, Ramadhan di Pesantren”. Acara ini sudah direncanakan akan dilakukan selama bulan suci Ramadhan di beberapa pesantren yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Tradisi akademik dan keilmuan di pesantren yang begitu lekat dengan teks-teks kitab kuning justru sangat relevan dengan konteks zaman saat ini.


Relevansi ini tidak serta merta hadir begitu saja, tetapi melalui sebuah proses panjang yang kemudian menghadirkan keterbukaan pemikiran dan pandangan dalam melihat tantangan zaman yang terus berubah. Maka atas dasar itulah banyak pesantren mulai membuka diri dengan memasukkan perangkat-perangkat baru dalam kegiatan belajar mengajar seperti; teknologi, ilmu alam, bahasa Inggris, dan lain sebagainya.


Bermula dari sebuah diskusi oleh Lesbumi NU Kabupaten Lombok Utara terkait wacana kebudayaan yang harus mendapat perhatian khusus dalam bingkai pergerakan jam’iyah di era digital. Dalam sejarah pergerakan organisasi Nahdlatul Ulama yang panjang sejak mula berdiri hampir seabad lamanya tentu mengalami pasang surut dan tantangannya akan lebih berat ketika berhadapan dengan ruang-ruang informasi yang semarak di berbagai platform media. Lantas bagaimana dengan penyebaran wacana-wacana kebudayaan di Lombok Utara?


Dalam konteks perkembangan teknologi yang telah membentuk pola-pola baru dalam penyebaran informasi; baik berupa video, narasi teks, gambar, maupun suara, nyatanya telah menghadirkan budaya baru di tengah-tengah masyarakat, apalagi ditambah tingginya penetrasi pengguna internet di Indonesia. Beragam informasi yang tersebar tidak hanya berhenti untuk konsumsi publik namun juga sebagai ruang menyebarkan berbagai macam wacana kebudayaan. Maka sangat jelas, di ruang virtual tidak penting lagi valid atau tidaknya sebuah informasi.


Sebagai contoh, penyebaran konten-konten agama terkait tema akhir zaman yang dibumbui narasi menggebu-gebu serta ditambah potongan-potongan video jarang sekali tidak viral dan paling tidak ditonton oleh jutaan orang. Atau narasi berupa konspirasi barat yang kemudian dicocokkan dengan simbol Dajjal seperti yang sempat heboh beberapa tahun silam antara Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dengan Rahmat Baequni terkait polemik segi tiga. Maka patut kita bertanya kenapa informasi seperti itu cepat sekali tersebarnya di platform media sosial kita. Perlu kita menduga, jika hal semacam ini terjadi karena ia tidak murni hanya sebuah konten agama tetapi ada sebuah wacana tertentu yang dibawa oleh sekelompok orang.


Atas dasar keresahan-keresahan yang beralasan itulah, para pengurus Lesbumi NU Kabupaten Lombok Utara melakukan kunjungan ke beberapa pesantren-pesantren yang berada di Lombok Utara dan menjadikannya sebagai basis pergerakan. Selain memberikan beragam pelatihan kepenulisan; jurnalisme warga, cerpen, puisi, kaligrafi, video maker, acara ini juga bertujuan untuk membangun silaturahmi dengan tokoh-tokoh NU di Lombok Utara pasca-konfercab bulan Maret 2021.


Pada akhirnya, acara semacam ini diharapkan bisa sebagai mercusuar kebangkitan pesantren dalam menguasai berbagai macam isu atau wacana terkait pergerakan Jam’iyah Nahdlatul Ulama di era teknologi termasuk hadirnya ruang digital sebagai media utama PCNU Kabupaten Lombok Utara dalam menyebarkan beragam informasi yang selama ini belum ada. Jika kita boleh menimbang perihal urgensinya sebuah media dalam konteks saat ini, maka jelas sifatnya adalah mendesak.

 

Penulis adalah data scientist, alumni magister Computer Science and Econometrics-Big Data Analytics dari Warsaw University of Life Sciences, Polandia, Dosen di UNU NTB, Wakil Ketua Lesbumi NU Kabupaten Lombok Utara