Opini

Sukses Hybrid Muktamar dan Optimisme NU dalam Peradaban Digital

Sen, 27 Desember 2021 | 13:00 WIB

Sukses Hybrid Muktamar dan Optimisme NU dalam Peradaban Digital

Di bidang teknologi, NU memerlukan lompatan percepatan dari ketertinggalan untuk dapat berkiprah, berperan, dan mempengaruhi perkembangan teknologi yang sudah merasuk ke dalam kehidupan dan peradaban manusia.

Oleh Hari Usmayadi

Kepastian penyelenggaraan Muktamar NU ke-34 di Lampung diumumkan secara resmi oleh PBNU dalam sebuah konferensi pers pada tanggal 7 Desember 2021 malam bahwa agenda besar NU itu akan diadakan sesuai kesepakatan Munas sebelumnya, yaitu tanggal 23-25 Desember 2021. Praktis hanya tersisa 15 hari untuk mempersiapkan acara tersebut.


Sebuah kegiatan yang memaksa semua berjalan secara "Bandung Bondowoso" untuk penyiapan segala sesuatunya, termasuk pelaksanaan secara hybrid yang mewajibkan basis koneksi internet andal karena adanya ancaman wabah Covid-19 yang masih sangat diwaspadai. Sebuah tantangan yang sangat berat untuk membuktikan kesiapan NU mengarungi lautan disrupsi teknologi dengan cara menyukseskan agenda di empat lokasi yang sudah disepakati, yaitu Pesantren Darussa'adah Lampung Tengah, Universitas Lampung, UIN Raden Intan Lampung, dan Universitas Malahayati.


Analisis empat lokasi tersebut didapati bahwa di tiga lokasi universitas tidak ditemui potensi kendala internet yang signifikan karena berlokasi di kota Bandar Lampung, hanya diperlukan waktu penyiapan penarikan dari titik terdekat kabel fiber optik. Namun di lokasi pesantren masih relatif jauh dari titik akhir penarikan kabel fiber optik, sekitar 1,5 KM. Terima kasih kepada PT. Telkom Indonesia yang telah turut berjibaku menyukseskan acara tersebut dengan membangun 39 tiang baru untuk menarik kabel fiber optik dengan yang sangat mumpuni untuk kebutuhan live streaming, koneksi media center, dan para muktamirin termasuk wartawan media nasional internasional yang hadir.


Dalam masa yang sangat kritis itu, pilihan teknologi fiber optik mengandung risiko keterlambatan, namun itu harus ditempuh dibandingkan memilih teknologi berbasis radio yang hampir bisa dipastikan akan terganggu karena adanya pemblokiran sinyal frekuensi pada waktu kehadiran presiden dan wakil presiden sebagai syarat keamanan. Secara teknis sampai dengan H-2 koneksi fiber optik di semua lokasi muktamar dapat dipastikan dapat berjalan dengan kualitas yang baik.


Ujian pertama teknis koneksi internet tersebut adalah pada proses registrasi peserta di gedung GSG Unila yang dihadiri oleh lautan manusia dari Selasa siang sampai menjelang pembukaan Muktamar pada hari berikutnya, alhamdulillah proses registrasi yang menggunakan koneksi internet tersebut berjalan dengan lancar sebagaimana disampaikan oleh petugas operator dan Koordinator Kesekretariatan. Kesuksesan di registrasi ini mampu mencegah munculnya persepsi negatif kepada panitia, sehingga hal ini menjadi basis harapan positif bagi penyelenggaraan urutan acara muktamar berikutnya termasuk pemilihan Ketua Umum PBNU yang akan berlanjut di hari berikutnya.


Ujian berikutnya yang sangat menguras energi dan konsentrasi adalah acara pembukaan muktamar oleh Presiden RI bapak Joko Widodo yang berlangsung di pesantren Darussa'adah. Walaupun hasil tes terakhir beberapa jam sebelumnya diperoleh kondisi kesiapan teknis yang bagus, namun tetap harus dikawal dengan seksama untuk mencegah adanya sabotase dan sejenisnya. Syukur alhamdulillah acara ini berjalan dengan baik dan memuaskan dengan tampilan yang jernih dan layak di-relay oleh puluhan media nasional dan internasional serta lebih dari 200 an wartawan yang hadir meliput peristiwa yang terjadi di dalamnya.


Keyword pesan dalam khutbah iftitah pembukaan muktamar oleh Rais Aam KH Miftachul Akhyar diterima dengan tanggapan sangat positif oleh media dan pemirsa, yaitu adanya tantangan yang harus dihadapi jamaah dan jam'iyah NU terkait revolusi industri 4.0 dan bonus demografi yang memerlukan grand idea, grand design, grand strategy, dan grand control untuk mengaktifkan dan me-utilisasi potensi kekuatan dan kehebatan NU yang mendunia dalam sebuah gerak terkonsolidasi satu komando PBNU.


Sementara Presiden memberikan pesan yang sangat terang benderang akan peran NU untuk bersama mendukung kesejahteraan umat dan warga bangsa Indonesia. NU juga diharapkan oleh Presiden menjadi pendukung peran Indonesia sebagai pemimpin Negara-negara Ekonomi Besar Dunia G20 dalam memberikan kemaslahatan kepada negara miskin-berkembang yang membutuhkan dukungan dalam digitalisasi, perubahan iklim, dan green-economy.


Presiden juga sangat menekankan peran PBNU untuk merajut potensi dari keberlimpahan generasi muda NU yang memiliki kapabilitas di bidang teknologi, sehingga dapat menyongsong dan mempengaruhi perkembangan peradaban digital yang sedang digadang-gadang oleh banyak pemain besar teknologi mutakhir, metaverse, sehingga mampu menjadikan teknologi sebagai sarana peningkatan kemaslahatan bagi seluruh umat.


Hingga sidang pleno dalam muktamar memutuskan pemindahan lokasi pemilihan Ketua Umum PBNU dari pesantren Darussa'adah Lampung Tengah ke lokasi sekitar 90 KM yaitu di GSG Unila Bandar Lampung. Sebuah drama yang menegangkan karena harus mengantisipasi crowd muktamirin yang berpindah ke GSG Unila yang tentunya memerlukan tambahan asupan koneksi internet yang handal dengan kapasitas yang lebih besar untuk mencegah chaos dari adanya peningkatan crowd muktamirin tersebut.


Malam dramatik hingga subuh proses penghitungan suara bakal calon Ketua Umum, alhamdulillah proses berlangsung aman, crew network penopang video streaming dan video conference masih berjaga-jaga adanya kemungkinan kaos dari proses pemilihan Ketua Umum putaran kedua. Maklum, acara ini pasti dipelototi oleh ribuan pasang mata, terbukti viewer youtube TVNU dan peserta di room video conference pada selepas subuh justru bertambah dengan antusias komentar para pendukung calon.


Pun demikian, sekali lagi, puji syukur alhamdulillah harus diucapkan karena keseluruhan acara sampai dengan penetapan Ketua Umum terpilih oleh Ketua Steering Committee menyebutkan bahwa Ketua Umum PBNU periode 2021-2026 adalah Gus Yahya setelah dini hari sebelumnya ditetapkan KH Miftachul Akhyar sebagai Rais Aam PBNU. Ketok palu sebagai penanda keputusan rangkaian muktamar NU ke-34 dalam memilih Ketua Umum PBNU sekaligus penanda penenang hati para crew penjaga koneksi internet layaknya kemenangan besar sebuah kesebelasan.


PBNU di periode kepengurusan 5 tahun ke depan akan sangat berat dengan adanya banyak tantangan yang menuntut peran Nahdlatul Ulama, setidaknya di bidang keamanan global-regional-lokal, di bidang ekonomi, di bidang perajutan jejaring generasi muda NU yang berlimpah kompetensi, ketertinggalan teknologi di sisi jam'iyah maupun layanan kepada jamaah, dan masih banyak tantangan lainnya.


Di bidang teknologi, NU memerlukan lompatan percepatan dari ketertinggalan untuk dapat berkiprah, berperan, dan mempengaruhi perkembangan teknologi yang sudah merasuk ke dalam kehidupan dan peradaban manusia. NU dituntut peran yang holistik dan terencana dari sisi ide, perencanaan, penetapan strategi, pelaksanaan, dan pengawasan secara terkomando dengan baik pada seluruh bidang yang menjadi tantangan di atas.


Terlalu bermimpi besar bahwa NU akan memiliki startup unicorn, namun dengan NU yang terkonsolidasi dalam satu komando secara holistik dan terencana akan menumbuhkan rasa percaya internal jam'iyah dan jamaah sebagai basis penyelenggaraan metode partnership dan kolaboratif dengan para stakeholder terkait maupun dengan para pemilik kompetensi di berbagai bidang khususnya kalangan muda nahdliyin yang siap berkhidmat, maka insya Allah rasa optimisme akan meliputi NU yang secara cepat dapat meleverasi (leverage) aset, resource, dan perannya kepada jamaah, bangsa, agama, negara, dan global sehingga memiliki kemampuan kapitalisasi pasar yang terus membesar dan berkelanjutan.  Bismillah.


Hari Usmayadi, Ketua LTN PBNU 2016-2021.