Pustaka

4 Buku Cerita Haji dari 4 Suku di Indonesia

Kam, 29 Juni 2023 | 11:00 WIB

4 Buku Cerita Haji dari 4 Suku di Indonesia

4 buku tentang haji. (Foto: Dok. NU Online)

Naik haji menjadi cita-cita bagi umat Islam, baik yang belum maupun yang sudah menunaikannya. Rindu akan tanah suci selalu menyergap bagi mereka yang haus akan spiritualitas.


Haji merupakan satu hal yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam yang mampu. Mereka yang tak mampu pun berupaya agar dapat diberikan kemampuan dan kesempatan untuk menjalankannya. Sebab, yang mampu pun bisa tak berkesempatan.


Berbeda dengan ibadah lainnya, haji dijalani dengan berbagai macam cerita yang unik. Unik di sini dalam arti lebih pada pengalaman yang bersifat individual, tidak dialami oleh orang lainnya. Karenanya, pengalaman haji yang dituliskan menjadi bekal penting bagi calon-calon haji agar dapat menjalankan rukun Islam yang kelima itu dengan baik dan penuh kekhusyukan.


Penulis menghimpun empat buku yang berkisah mengenai pengalaman perjalanan haji dengan segala keunikannya dari masing-masing penulis. Buku-buku ini diberi judul dengan membawa suku dari penulisnya, mulai dari Jawa, Madura, Banjar, hingga Batak dengan ragam tahun terbit yang berbeda. Perbedaan buku ini juga terletak pada gaya penulisannya, ada yang cerita pengalaman, humor, sampai tulisan ilmiah.


Meskipun demikian, buku-buku ini tentu memuat cerita haji yang tidak saja memuat rangkaian kisah perjalanan selama menjalani ibadah haji, melainkan juga terselip sejumlah pesan penting. Pesan-pesan ini tidak saja berkaitan dengan ibadah tersebut, tetapi juga erat kaitannya dengan kehidupan secara umum. Sebab, banyak pengalaman pribadi saat berhaji yang menjadi pembelajaran untuk aktivitas sehari-hari di masa-masa berikutnya. Pun ritus khusus di masing-masing daerah.


1. Orang Jawa Naik Haji

Buku ini (mungkin) menjadi buku mengenai haji pertama yang meletakkan suku pada judulnya. Kemudian, barulah buku-buku dengan pencantuman suku-suku lain bermunculan.

 

Buku ini ditulis oleh seorang sastrawan Indonesia yang banyak melahirkan karya-karya sastra prosa berupa cerpen dan novel, drama, hingga puisi yang unik. Sedikit berbeda dengan karya-karyanya yang lain, buku ini berisi catatan perjalanan ibadah hajinya. Pengalaman personalnya dalam menjalankan rukun Islam kelima itu dituangkan di dalam buku tersebut.


Tak ayal, buku ini sarat akan hal yang bersifat sangat pribadi. Buku ini tidak saja merekam sejumlah peristiwa yang disaksikan penulisnya, tetapi juga perasaan si penulis sendiri.


Adalah Danarto, sastrawan itu punya nama. Kepiawaiannya dalam merangkai kata-kata membuat cerita pengalamannya dalam berhaji ini begitu asik dibaca dengan segala macam konflik batin, konflik internal, dan konflik dengan orang lain yang terjadi selama ia berhaji.


Cerita yang sangat personal ini dan ditulis dengan kata ganti pertama memberikan kedekatan tulisan dengan pembacanya. Karenanya, meskipun zaman sudah jauh karena ditulis tahun 1980-an, tetapi rasanya tulisan itu begitu dekat.


2. Orang Batak Naik Haji

Buku ini terbit pada tahun 2002 dari KPG dan ditulis oleh Baharudin Aritonang. Benar saja, pengakuan penulis yang ditulis dalam pengantar Komaruddin Hidayat menunjukkan bahwa buku ini terinspirasi dari tulisan Danarto. Tak ayal, secara struktur penulisan pun hampir tak jauh berbeda dengan buku pertama itu.


Ditulis dengan gaya bahasa personal selayaknya buku pertama, buku ini juga asik untuk dibaca. Terlebih penulis juga pandai berhumor ria dengan kelakar yang dituliskannya seperti orang Batak yang tidak tahu binatang gurun itu sehingga dikenal dengan sebutan Onta karena ketika ditanya namanya, ia menjawab "Ontahlah", maksudnya "entahlah". Pun penyebutan singkatan GIA bukan Garuda Indonesia Airlines, tetapi Garuda Insya Allah.


Penulis memiliki kekayaan pengalaman sehingga ia tidak hanya sekadar bercerita mengenai perjalanan hajinya saja, tetapi juga menghubungkan dengan pengalaman lainnya, seperti kunjungannya ke Belanda, penyiar asal Batak di Australia, hingga kunjungannya ke Srilanka manakala pesawatnya terbang di atas negara tersebut.


Membaca buku ini akan memberikan banyak wawasan bukan saja soal haji, tetapi juga hal-hal lain yang mungkin tidak berkaitan dengan itu tetapi memberikan makna penting sebagai bekal hidup.


3. Orang Madura Naik Haji

Buku ini bukanlah satu rangkaian tulisan pengalaman personal seseorang dalam menjalani ibadah haji sebagaimana buku pertama dan kedua. Buku ini juga bukan hasil penelitian ilmiah seperti buku keempat (diuraikan di bawah). Buku yang terbit tahun 2017 dari Diva Press ini merupakan kumpulan fragmen-fragmen yang sebagiannya mengandung humor khas Madura berkaitan rukun Islam kelima ini.


Buku yang ditulis Abdul Mukti Thabrani ini terbagi dalam enam bab, yakni (1) persiapan, (2) berangkat, (3) jalan ke Makkah, (4) di tanah suci, (5) oleh-oleh, dan (6) pulang. Masing-masing bab memuat cerita lucu yang berkaitan dengannya.


Misalnya saja, seseorang bernama Misdin berkeinginan haji, tetapi ia merupakan perokok berat. Ia pun menyisihkan uang rokoknya dan menyembunyikannya di balik bantal sebagai tabungan. Tanpa ia ketahui, ternyata uang itu diambil istrinya untuk keperluan dapur. Dan pembaca akan menemukan cerita-cerita serupa dalam buku ini.


4. Urang Banjar Naik Haji

Buku ini ditulis dengan sangat ilmiah karena berbasis penelitian dari para akademisi kampus, yakni Irfan Noor, Raihani, dan Muhammad Iqbal. Buku ini diterbitkan UIN Antasari Press pada tahun 2019.


Sebagai sebuah riset, buku ini ditulis dengan bahasa yang serius dan disusun secara akademis, mulai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hingga penelitian terdahulu pun termaktub di dalamnya.


Menariknya, karena ditulis dengan basis keilmuan dan tradisi yang berlangsung di Banjar itu sendiri, buku ini tidak sekadar menguraikan ibadah dengan kacamata orang Banjar saja, tetapi juga berbagai ritus yang mengitarinya. Mulai prakeberangkatan, ada amalan tertentu agar dapat lekas berhaji. Pun saat berangkat, dijelaskan pula prosesinya seperti minta maaf, silaturahim, dan sebagainya. Bahkan motif-motif berhaji orang Banjar juga disebutkan dalam buku tersebut.


Tidak berhenti di situ, buku ini juga menarik pembahasan ke belakang dengan hadirnya ulama Banjar yang studi di sana, membentuk komunitas dan jejaring Banjar di tanah suci. Di sini juga diceritakan narasumber mengenai pengalaman personal dalam prosesi berhaji itu. 


Buku ini juga dilengkapi dengan hasil penelusuran teks mengenai haji yang ditulis dan dekat dengan orang Banjar.


Ala kulli hal, mari kita nikmati cerita-cerita haji orang-orang. Semoga lain waktu, kita yang akan bercerita dan menuliskan pengalaman haji sendiri. Amin.


Penulis: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad