Pustaka

Mengenal Kitab Qathrun Nada, Kajian Nahwu Tingkat Lanjutan

Jum, 7 April 2023 | 14:00 WIB

Mengenal Kitab Qathrun Nada, Kajian Nahwu Tingkat Lanjutan

Ilustrasi santri sedang mengaji kitab kuning. (Foto: NU Online/Suwitno)

Kitab Qathrun Nada wa Ballus Shada merupakan kitab yang membahas perihal kajian nahwu atau gramatika Arab. Kitab Qathrun Nada wa Ballus Shada di kalangan santri Jakarta tahun 1950-an dikenal dengan sebutan Kitab Qathar.

 

Kitab Qathrun Nada disajikan dengan pendekatan semacam dialogis (quest and answer) atau lebih dekat pada anotasi yang ditandai huruf shad yang merujuk pada tanya atau penulis matan dan huruf syin yang merujuk pada jawab atau anotasi dari pensyarah.

 

Kitab Qathrun Nada memuat contoh secara dominan syair-syair Arab. Hal ini menunjukkan bahwa Syekh Jamaluddin Ibnu Hisyam Al-Anshari sebagai penulis tidak hanya menguasai bidang nahwu, tetapi juga memiliki wawasan yang luas terkait sastra Arab.

 

Kitab Qathrun Nada berisi kajian lanjutan bidang nahwu atau gramatika Bahasa Arab. Sebagaimana kitab nahwu pada umumnya, Kitab Qathrun Nada menjelaskan empat fleksi (i‘rab), yaitu rafa’, nashab, khafadh, dan jazam pada nomina (isim) atau verba (fi‘il).

 

Sebagai kitab lanjutan, Kitab Qathrun Nada terdiri atas bab-bab lain selain empat fleksi (i‘rab), yaitu rafa’, nashab, khafadh, dan jazam pada nomina (isim) atau verba (fi‘il). Kitab Qathrun Nada memuat kajian nahwu tingkat lanjut dengan bab isytighal, bab tanazu‘, bab tarkhim, bab mustaghats dan mandub, bab isim ya‘malu amala fi ‘lihi, bab shifat musyabbahah, bab isim tafdhil, athaf bayan dan athaf nasaq, bab ‘adad, bab mawani’is sharf (isim tanpa tanwin), bab ta‘ajub, bab waqaf, dan diskusi seputar partikel hamzah washal.

 

Kitab Qathrun Nada ini mendiskusikan perihal kebolehan idhafah pada isim alam (proper name). Kitab ini memperkaya wawasan pembaca perihal mazhab Kufah dan Bashrah seputar amil pada bab tanazu‘.

 

Kitab ini dibaca Gus Dur dalam pengajian Ramadhan 1424 H/2003 M di Masjid Al-Munawwarah, Warung Sila, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kajian Gus Dur pada Ramadhan ini kemudian dibukukan dengan judul “Misteri Kata-Kata” terbitan Pencil-Jakarta pada 2010 M. Buku dengan 133 halaman ini dicetak dengan kertas hvs dan berukuran mini 12x18 cm seperti buku saku.

 

Pengajian Gus Dur ini tentu saja bukan kajian nahwu murni, tetapi sejenis pengajian intertekstual. Pengajian ini membahas mulai kedudukan dan urgensi kata sampai demokrasi, feminisme, kemaritiman Indonesia, dan juga globalisasi.

 

Pengajian Gus Dur ini menjadikan Kitab Qathrun Nada sebagai pengantar untuk mendiskusikan banyak hal, yaitu soal belajar kata, salah paham, debat kusir, sastra, sejarah kata, interpretasi kata, soal perempuan, orang kafir dalam Al-Qur’an, hukum Allah, sejarah maritim Indonesia, ilmu Allah, demokrasi, profesionalisme, presiden, penguasa, globalisasi, kedudukan kata, dan urgensi kata.

 

Konon kitab ini cukup berpengaruh pada Gus Dur. Nama kita ini kemudian menginspirasi nama putri pertamanya Alissa Qathrun Nada (Wahid) yang biasa disapa Mbak Alissa.

 

Adapun Kitab Qathrun Nada wa Ballus Shada ditulis oleh Syekh Jamaluddin Ibnu Hisyam Al-Anshari yang bergelar Al-Farra dan Sibawaih (gelar bagi pakar nahwu) di zamannya.

 

Ibnu Hisyam dikenal sebagai pakar nahwu (gramatika Arab). Ibnu Hisyam memberikan perhatian yang besar pada gramatika Arab. Hal ini ditandai dengan beberapa karyanya dalam bidang nahwu antara lain Mughnil Labib dan Syudzurudz Dzahab fi Ma’rifati Kalamil Arab dengan cara penyajian dan sistematika buku yang berbeda.

 

Kitab Qathrun Nada dicetak di luar dan di dalam negeri. Kitab Qathrun Nada antara lain dicetak oleh penerbit Al-Haramain, Singapura-Jeddah. Kitab Qathrun Nada ini dicetak di atas kertas kuning ukuran 18x25.5 cm. Kitab ini terdiri atas 132 halaman. Di Jakarta kitab ini dapat ditemui antara lain di toko kitab At-Thahiriyah, Kampung Melayu, Jakarta Timur.

 

Alhafiz Kurniawan, alumnus Sekolah Pascasarjana Ilmu Susastra UI, Wakil Sekretaris LBM PBNU.