Pustaka

Shalawat Nariyah dan Keberagamaan Pengamalan Masyarakat Indonesia

Ahad, 30 April 2023 | 20:45 WIB

Shalawat Nariyah dan Keberagamaan Pengamalan Masyarakat Indonesia

Buku Shalawat Nariyah dan Khasiatnya karya Alvian Iqbal Zahasvan. (Foto: NU Online/Syakir)

Maghrib jelang Isya, saya tengah berjalan di Pondok Buntet Pesantren. Di teras rumah kiai, terdapat sejumlah bapak-bapak duduk mengambil batu di hadapannya.


Rupanya, batu-batu itu sudah disediakan kiai berjumlah 4444. Bapak-bapak yang hadir di situ membaca shalawat yang banyak dikenal dengan sebutan shalawat nariyah. Sekali baca, bapak-bapak akan mengambil satu batu yang di depannya itu sampai kemudian habis.


Orang-orang Buntet Pesantren menyebut tradisi ini sebagai Tafrijiyan. Istilah ini diambil dari nama lain shalawat tersebut, yaitu Tafrijiyah. Nama Tafrijiyah sendiri memiliki akar kata yang sama dengan salah satu diksi pada shalawat tersebut, tanfariju (bihi al-kurabu), yang berarti melapangkan atau membuka.


Tafrijiyan ini tidak hanya digelar di satu dua rumah kiai saja. Barangkali, bapak-bapak yang merupakan jamaah rawatib Masjid Agung Buntet Pesantren itu rutin melakukan hal tersebut di hampir setiap malam. Malam Senin di Kiai A, malam Selasa di Kiai B, dan seterusnya.


Penulis sendiri bersama kawan-kawan rutin membaca shalawat itu sebanyak 7 kali saban malam Sabtu di Perpustakaan Cipujangga yang dibangun KH Ayip Abbas. Rutinan ini juga merupakan peninggalan almarhum yang masih terus didawamkan oleh jamaahnya di berbagai daerah, selain tentu ada bacaan lain sebagai pengiringnya, seperti tahlil, Shalawat Badar, Burdah, Syaraful Anam, dan Asmaul Husna.


Tradisi pembacaan di tengah masyarakat Indonesia inilah yang belum diulas dalam buku Shalawat Nariyah: Sejarah dan Khasiatnya yang ditulis Alvian Iqbal Zahasvan. Padahal, tradisi pembacaan shalawat Nariyah di Indonesia bisa jadi cukup banyak dengan berbagai macam jumlah pembacaannya dan waktu bacanya. 


Belum lagi soal cara baca atas shalawat ini. Ada yang membacanya secara cepat karena mengejar jumlah yang demikian banyak, 4444 kali. Namun, ada pula yang dibuat dengan lagu tertentu sehingga mudah melekat di benak sanubari masyarakat. Hal ini juga belum diulas penulis dalam bukunya.


Meskipun demikian, memang penulis sendiri membatasi pada wilayah sejarah dan khasiatnya saja. Dua hal tersebut betul-betul didalami oleh penulis, baik dari sisi literatur maupun tutur dari para ulama dalam negeri dan negara asal shalawat tersebut.


Nama-nama Shalawat Nariyah

Membaca buku ini, pembaca akan memahami asal penamaan shalawat ini dengan sebutan Nariyah. Hal ini tentu saja tidak seperti yang dipersangkakan oleh kelompok yang belum gemar bershalawat, yaitu Nariyah berarti neraka. Padahal, maksud dari nama ini adalah bahwa saking cepatnya doa dengan shalawat ini dapat terkabul, seperti cepatnya api membakar kayu. Ya, nar juga berarti api.


Selain Nariyah, shalawat ini juga memiliki sejumlah penyebutan, seperti disebutkan di atas, Tafrijiyah. Ada yang menambahkan nama tersebut dengan Qurthubiyah (menjadi Tafrijiyah Qurthubiyah). Penulis menyebut bahwa hal tersebut berasal dari Imam Al-Qurthubi yang diyakini sebagai sosok ulama yang mempopulerkan shalawat tersebut dengan jumlah bacaannya 4444 kali. Ada pula yang menyebutnya munfarijah, berakar kata sama dengan Tafrijiyah.


Di samping itu, ada yang menyebutnya Shalawat Kamilah yang berarti sempurna. Nama ini kemungkinan berasal dari dua sisi, yakni (1) kesempurnaan karena menggabungkan shalawat dan salam dan (2) karena terdapat diksi "Kamilah" pada shalawat tersebut.


Ada pula yang menamainya Shalawat Taziyah. Nama ini dari kota asal ulama yang menulis shalawat itu, yakni Syekh Ibrahim al-Tazi. Taza merupakan satu kota yang termasuk dalam negara Maroko, 300 km dari Rabat, ibukota Maroko.

 

Ijazah, sanad, hingga khasiat

Penulis yang notabene merupakan alumnus Maroko menelusuri langsung jejak-jejak Shalawat Nariyah di negeri asalnya. Ia ceritakan pertemuan dengan tokoh di sana dan langsung meminta ijazah atas shalawat tersebut.


Di buku ini juga, penulis menguraikan ijazah Shalawat Nariyah beserta sanadnya dari banyak ulama, dalam dan luar negeri. Penulis juga menjelaskan berbagai macam versi bacaan shalawat ini, sisi penambahannya dari siapa, hingga syarah (penjelasan) atas isi kandungan shalawat itu.


Penulis juga memperkuat isi bukunya dengan berbagai pengalaman yang dirasakan langsung oleh para pengamal shalawat tersebut, mulai dari futuh ilmu seperti yang dialami Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, penghargaan dari Kerajaan Belgia yang dirasakan dr Arief Wibowo, mengobati kesurupan, hingga menyembuhkan dari koma dan membatalkan operasi kepala.


Begitulah Shalawat Nariyah merambat cepat mengabulkan hajat. Sudah baca shalawat Nariyah hari ini?

 

Peresensi Syakir NF, pelayan di Perpustakaan Cipujangga Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat

 

Identitas Buku

Judul : Shalawat Nariyah dan Khasiatnya
Penulis : Alvian Iqbal Zahasvan
Tahun : 2022
Tebal : xxxviii + 366 halaman
Penerbit: Lumiere Maghribi Publishing
ISBN : 978-623-09-0601-5