Pustaka

Sumbangsih Keagamaan dan Kebangsaan GP Ansor di Indonesia

Kam, 21 April 2022 | 05:30 WIB

Sumbangsih Keagamaan dan Kebangsaan GP Ansor di Indonesia

Cover buku Gerakan Pemuda Ansor Dari Era Kolonial Hingga Pascareformasi. (Foto: NU Online/Syarief)

Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) lahir di Banyuwangi, pada 24 April 1934 silam, telah banyak memberikan warna bagi bangsa dan negara ini. Sebagai salah satu kekuatan civil society, GP Ansor juga telah melakukan banyak hal dalam upaya penguatan masyarakat sipil. Mulai dari penguatan kultur demokrasi, sampai pada upaya pemberdayaan masyarakat.


Kelahiran GP Ansor diwarnai oleh semangat perjuangan, nasionalisme, pembebasan, dan etos kepahlawanan. GP Ansor terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca Sumpah Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan sekaligus spirit keagamaan. Karenanya, kisah Laskar Hizbullah, Barisan Kepanduan Ansor, dan Banser (Barisan Ansor Serbaguna) sebagai bentuk perjuangan GP Ansor nyaris melegenda. Terutama saat, perjuangan fisik melawan penjajahan dan penumpasan G 30 S / PKI, peran GP Ansor sangat menonjol.  


Buku yang ditulis oleh para akademisi lintas perguruan tinggi di Nusantara ini diinisiasi oleh tim Lab Sosio FISIP, Universitas Indonesia, Jakarta, terdiri dari 9 (sembilan) bab utama, yaitu;  pertama, pendahuluan; Gerakan Pemuda Ansor: Dari Era Kolonial Hingga Pascareformasi. Kedua, Ansor Dalam Tiga Zaman: Kolonialisme, Fasisme, dan Kemerdekaan Indonesia. Ketiga, Menghadapi Turbulensi Politik di Awal Republik: Ansor Pada era Soekarno. Keempat, Ansor Dalam Pertarungan Ideologi Era 60-an.


Selanjutnya, kelima, Menghadapi Pasang Surut Relasi Islam-Negara: Ansor Selama Masa Orde Baru. Keenam, Reformasi, Politik Elektoral, dan Politik Identitas: Ansor Pasca Orde Baru. Ketujuh, Ansor di Mata Berbagai Pihak. Kedelapan, Ansor Dalam Peta Gerakan Islam Indonesia Kontemporer, dan kesembilan, Politik Kaum Muda Nahdlatul Ulama dan Perjuangan Kemerdekaan, (halaman xii).


Bab pertama, pendahuluan; Gerakan Pemuda Ansor: Dari Era Kolonial Hingga Pascareformasi. Pada bab ini membahas secara ringkas pencapaian Ansor saat ini, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hal lain yang dibahas pada bab ini adalah faktor-faktor yang berperan penting dalam pencapaian tersebut, (halaman 1).


Bab Kedua, Ansor Dalam Tiga Zaman:Kolonialisme, Fasisme, dan Kemerdekaan Indonesia. Pada bab ini diawali dengan uraian tentang lima konferensi ANO (Ansor Nahdlatul Oelama, nama lama sebelum berganti GP Ansor), termasuk kepengurusan dan program atau isu yang menjadi perhatian utama, sepanjang tahun 1930-1949, (halaman 15).


Pembahasan selanjutnya pada bab ini adalah tentang konteks sosial politik Nasional (kebijakan pemerintah kolonial tentang pendidikan Islam, menguatnya gerakan Wahabi, dan tumbuhnya organisasi-organisasi yang merefleksikan nasionalisme) dan internasional  (perubahan politik di Jazirah Arab, perkembangan Pan-Islamisme) yang mendorong lahirnya NU dan Ansor. Dijelaskan pula pada bab ini, tentang kiprah Ansor pada masa penjajahan Belanda dan konsolidasi kekuatan pada era fasisme Jepang, khususnya melalui laskar Hizbullah dan laskar Sabilillah. Dan yang tak kalah penting adalah kiprah Ansor pada era revolusi kemerdekaan Indonesia, termasuk konflik berdarah pertamanya dengan elemen-elemen komunis pada tahun 1948, (halaman 47).


Bab Ketiga, Menghadapi Turbulensi Politik  di Awal Republik: Ansor Pada era Soekarno. Ada beberapa hal penting yang menjadi pembahasan bab ini, yaitu; penguatan kembali organisasi yang mati suri selama pendudukan Jepang, termasuk dengan mengubah nama ANO yakni Ansor Nahdlatul Oelama, menjadi Gerakan Pemuda Ansor. Diuraikan pula proses penegasan kembali komitmen Ansor terhadap NU yang dianggap sebagai induknya. Hal itu dilakukan mengingat perbedaan pandang diantara keduanya berkaitan dengan posisi NU dalam Masyumi, yang kemudian berujung dengan keluarnya NU dari Masyumi lalu mendirikan partai sendiri, (halaman 61).


Selanjutnya, kompleksitas yang dihadapi Ansor berkaitan dengan sikap politik Presiden Soekarno yang mencakup konsepsi Presiden 1957 (cikal bakal Demokrasi Terpimpin) dan pembebasan Irian Barat, lalu berlanjut dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Walaupun berujung pada dukungan terhadap langkah-langkah yang dilakukan Presiden Soekarno sekaligus mempererat aliansi Ansor-NU dengan militer, kompleksitas itu pun sempat memunculkan pergolakan dalam tubuh Ansor dan NU.  


Bab Keempat, Ansor Dalam Pertarungan Ideologi Era 60-an. Bab ini membuka cakrawala tentang uraian Kongres, kepengurusan, dan program atau isu yang menjadi perhatian pada setiap periode kepengurusan, selain itu, mengenai polarisasi politik yang tajam diantara berbagai kekuatan politik di Indonesia pada era tersebut, (halaman 96).


Dibahas pula tentang upaya-upaya rekonsiliasi antara NU, khususnya Ansor -Banser, dengan eks- komunis maupun mereka yang dituduh komunis, yang dilakukan oleh sebuah organisasi berbasis NU, yaitu Santri Untuk Advokasi Masyarakat (Syarikat).      


Bab kelima, Menghadapi Pasang Surut Relasi Islam-Negara: Ansor Selama Masa Orde Baru. Pada bab ini menjelaskan tentang bulan madu singkat antara penguasa Orde Baru (Orba), yang didominasi militer dengan elemen-elemen Islam, utamanya Ansor dan NU, yang sebelumnya bahu membahu menghancurkan kekuatan komunis, (halaman 141).


Bulan madu singkat itu mana kala Orba berupaya untuk mengkonsolidasikan kekuatannya dengan meminggirkan kekuatan potensial yang masih tersisa, Islam, melalui penyederhanaan partai politik dan penerapan Asas Tunggal Pancasila. Dijelaskan pula posisi dan peran Ansor di tengah surutnya Orba hingga keruntuhannya pada 1998.    


Bab Keenam, Reformasi, Politik Elektoral, dan Politik Identitas: Ansor Pasca Orde Baru. Diuraikan beberapa hal penting, antara lain; demokratisasi Pasca Orba yang membuka ruang-ruang politik baru bagi Ansor, termasuk pembentukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang identik dengan NU, posisi dan peran Ansor dalam pemilihan Presiden pasca Orba, khususnya saat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan Ketua Umum PBNU, terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia kemudian dijatuhkan, (halaman 182).


Selanjutnya, dijelaskan pulan peran Ansor bersama dengan NU sebagai garda depan dalam melawan intoleransi, radikalisme, dan terorisme, kerja-kerja Ansor yang meluas, dan nyata, tidak terbatas pada urusan politik dan keagamaan saja.      


Bab Ketujuh, Ansor di Mata Berbagai Pihak. Lahirnya Gerakan Pemuda Ansor tidak bisa lepas dari situasi sosial-politik pada zamannya. Karenanya spirit kemerdekaan, keagamaan, dan kebangsaan hampir selalu menjadi pesan penting dalam setiap agenda dan kerja-kerja organisasi ini, (halaman 217).


Pada level praktik, para pihak menilai GP Ansor mengekspresikan spirit kemerdekaan, keagamaan, dan kebangsaan tersebut pada 3 (tiga) hal penting, yaitu; 1) GP Ansor sebagai pembela toleransi. 2) GP Ansor sebagai penjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan ideologi Pancasila dan 3) GP Ansor sebagai pelindung kaum mustadh’afin.    


Bagi juru bicara Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Jeirry Sumampouw, aktivitas GP Ansor menjaga gereja pada perayaan Natal rutin dilakukan setiap tahun sehingga Natal lebih tenang, kondusif, dan umat Kristiani mengapresiasi hal itu. Ketua DPD RI 2017-2019, Oesman Sapta Odang, baginya, GP Ansor bagian dari anak-anak muda bangsa dalam mengamalkan Pancasila dan menjaga NKRI, (halaman 229).


Bab Kedelapan, Ansor Dalam Peta Gerakan Islam Indonesia Kontemporer. Diuraikan pada bab yang istimewa ini tentang pemetaan gerakan pemikiran Islam di Indonesia, posisi Ansor dalam peta gerakan sosial Islam di Indonesia.


Secara sederhana, peta gerakan pemikiran Islam di Indonesia dapat dikategorikan pada 3 (tiga) spektrum, yaitu; 1) pemikiran Islam modernis dan Neo Modernis, kelompok yang masuk kategori ini adalah; Muhammadiyah, Syarikat Islam, Persatuan Islam, dan Thawalib. 2) pemikiran Skripturalis atau Konservatif atau Revivalis, kelompok yang masuk kategori ini adalah; Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Mujahidin, kelompok-kelompok yang memperjuangkan penerapan syariat Islam di beberapa daerah, dan 3) pemikiran Tradisionalis dan Post – Tradisionalis, kelompok yang mempresentasikan gerakan pemikiran ini adalah; Nahdlatul Ulama, al Washliyah, Persatuan Tarbiyah Islam (Perti), Mathlaul Anwar, dan al Khairat (halaman 256).      


Dan bab kesembilan, Politik Kaum Muda Nahdlatul Ulama dan Perjuangan Kemerdekaan. Dijabarkan dalam bab ini tentang karakteristik Ansor yang merefleksikan perpaduan antara kepemudaan dengan sifatnya yang dinamis dan responsif atas setiap perubahan, dengan ke-NU-an, yang mensyaratkan kepatuhan kepada Kiai. (halaman 289).       


Ansor yang memiliki posisi strategis dalam dunia politik, sekaligus peka terhadapnya sehingga membuat Ansor selalu diperhitungkan dalam arena ini. Tantangan tentang ke-Indonesia-an sehingga mendorong Ansor untuk mendefinisikan kembali dirinya dalam isu-isu seperti Islam dan kemanusiaan.  

 
Untuk menambah referensi literasi, sekaligus mempelajari dan memahami historis tentang GP Ansor secara komprehensif, alangkah baiknya pembaca juga membaca buku-buku lainnya, seperti; Gerak Langkah Pemuda Ansor; Seputar Sejarah Kelahiran karya Choirul Anam, Doktrin Ansor: Refleksi Jati Diri GP Ansor Sebagai Organisasi Kader, karya Choirul Sholeh Rasyid, Yang Muda Yang Berkiprah: Gerakan Pemuda Ansor dan Politik Indonesia Masa Demokrasi Liberal Hingga Masa Reformasi (1950-2010), karya Erwin Kusuma, BANSER Berjihad Menumpas PKI, karya KH Agus Sunyoto, Kelompok Paramiliter NU, karya Hairus Salim HS, dan lain-lain.


Sebagai bagian bahan refleksi sekaligus momentum menyongsong peringatan Hari Lahir (Harlah) GP Ansor ke-88, (24April 1934-24 April 2022), buku istimewa ini layak dijadikan rujukan khazanah pengetahuan bagi para pengurus dan kader GP Ansor seluruh Indonesia dan Cabang Istimewa yang ada di luar negeri, para santri, aktifis, akademisi, para sosiolog, masyarakat Indonesia pada umumnya dan lain-lain.   


Peresensi adalah Akhmad Syarief Kurniawan, Wakil Ketua PC GP Ansor Kabupaten Lampung Tengah


Identitas Buku    :
Judul : Gerakan Pemuda Ansor Dari Era Kolonial Hingga Pascareformasi     
Penulis : Andi Rahman Alamsyah, dan kawan-kawan (dkk)
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia (YOI), Jakarta  
Tahun Terbit : September, 2018
Tebal : xxiv + 324 Halaman
Nomor ISBN : 978-602-433-649-3