Pustaka

Syekh Abu Fadhol Senori Berkisah tentang 10 Wali di Nusantara

Sen, 31 Juli 2023 | 06:30 WIB

Syekh Abu Fadhol Senori Berkisah tentang 10 Wali di Nusantara

Kitab Ahlal Musamarah fi Hikayat al-Awliya al-‘Asyrah karya Syekh Abu Fadhol Senori Tuban. (Foto: NU Online)

Wali Songo bukanlah sosok yang asing di telinga Muslim Nusantara. Mereka merupakan tokoh penting dalam penyebaran Islam mula-mula di Bumi Nusantara. Sebagian besar di antara mereka datang dari negeri seberang yang sengaja datang dalam rangka membumikan Islam di negeri yang saat itu dikuasai Kerajaan Majapahit.


Penyebaran agama baru pada mulanya dilakukan melalui Pulau Jawa. Adalah Raden Rahmat, sosok di antara anggota Wali Songo yang kali pertama tiba di Nusantara. Karenanya, ia merupakan sosok yang disepuhkan. Selain karena usianya yang lebih tua, tokoh yang kemudian dikenal Sunan Ampel juga merupakan ayah biologis dan/atau ideologis bagi anggota Wali Songo lainnya.


Sunan Ampel datang dari Negeri Champa, sebuah wilayah yang kini Vietnam bagian selatan. Ibunya merupakan putri Raja Champa, yakni Dewi Candrawulan. Ia datang ke Nusantara atas titah ibunya untuk menemui bibinya


Kisah ini diceritakan secara detail oleh Syekh Abu Fadhol Senori dari Tuban, Jawa Timur dalam kitabnya yang berjudul Ahlal Musamarah fi Hikayat al-Awliya al-‘Asyrah, Paling Manisnya Percakapan tentang Cerita Wali Sepuluh. Membaca kitab ini kita dihanyutkan dengan perjalanan Sang Wali dari negeri seberang ke Nusantara yang demikian penuh perjuangan.


Berbeda dengan pandangan umum yang lebih menekankan sembilan wali saja, kiai yang dikenal dengan sapaan Mbah Fadhol itu justru menulis kitab wali sepuluh. Ia menambahkan satu wali lagi dalam catatan ilmiahnya ini. Menjadi pertanyaan, siapa wali satu lagi?


Ada banyak nama yang disebut dalam kitab ini selain sembilan anggota Wali Songo, seperti Syekh Asmoroqondi yang disebutnya sebagai Syekh al-Asmar, ayahanda dari Sunan Ampel sendiri yang makamnya terdapat di Tuban, Jawa Timur. Ada pula Raden Fatah yang kelak menjadi Raja Demak, seorang putra dari Raja Brawijaya V dan Siti Mertaningrum, bibi dari Sunan Ampel.


Namun, kitab ini dimulai dengan menyebutkan silsilah Nabi Muhammad saw sampai pada Syekh Jumadil Kubro yang diyakini sebagai leluhur Wali Songo. Kemudian dilanjutkan dengan cerita perjalanan Syekh Asmoroqondi ke Champa dan perjalanan Sunan Ampel ke Nusantara.


Kemudian kitab ini menguraikan perjalanan dakwah Wali Songo dalam menyebarkan Islam secara damai di Bumi Nusantara. Kisah ini diceritakan dengan kronologis sehingga pembaca akan mengetahui perjalanan secara urut sejak awal.

 

Kitab ini berakhir sampai Kerajaan Majapahit jatuh dan berdiri Kerajaan Demak yang dipimpin Raden Fatah, seorang putra Brawijaya V dan Mertaningrum yang sempat dititipkan ke Arya Damar yang berkuasa di Palembang dan kemudian berguru kepada Sunan Ampel yang notabene merupakan sepupunya.


Menariknya, kitab ini ditulis dengan bahasa Arab fushah, bukan bahasa Jawa dengan aksara pegon. Bahasa yang cukup sederhana memberikan kemudahan sendiri bagi pembaca. Hanya saja, pembaca perlu sedikit memahami beberapa nama orang dan nama tempat yang mungkin tidak sesuai dengan ejaan bahasa Arab. Karenanya, pembaca perlu riset khusus guna mengetahui cara membaca nama-nama tersebut dengan benar.


Kitab ini juga menguraikan biografi dari masing-masing wali, khususnya mengenai silsilah mereka. Karenanya membaca kitab ini memberikan kita pemahaman hubungan darah sekaligus keilmuan antara wali satu dengan wali yang lain, seperti Sunan Bonang yang merupakan putra Sunan Ampel, Sunan Giri yang merupakan menantu dari Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati pernah berguru pada Sunan Ampel, dan seterusnya.


Sayangnya, Mbah Fadhol tidak membuat tabwib atau bab-bab dalam kitab ini, tidak ada bab satu, bab dua, dan seterusnya. Karenanya, pembaca akan kesulitan untuk memahami satu kisah tertentu jika dimulai dari halaman tertentu. Kitab ini mengharuskan pembaca untuk membacanya dari awal guna mengetahui printilan, detail-detail yang dikisahkan.


‘Ala kulli hal, membaca ini memberikan pengetahuan penting dalam perjalanan dakwah para wali yang diceritakan di sini dalam menyebarkan Islam di Bumi Nusantara. Dengan begitu, kita akan lebih menghargai dan meneladani dan meneruskan perjuangan dakwah para wali ini.


Peresensi Syakir NF, alumnus Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.


Identitas Kitab

Judul: Ahlal Musamarah fi Hikayat al-Awliya al-‘Asyrah
Penulis: Syekh Abu Fadhol Senori
Tebal: 107 halaman
Penerbit: Maktabah al-Fadhli