Risalah Redaksi

Mengantisipasi Dampak Global Wabah Corona

Ahad, 1 Maret 2020 | 07:30 WIB

Mengantisipasi Dampak Global Wabah Corona

Belum ada laporan resmi yang menyatakan bahwa Indonesia terjangkit virus Corona. Namun, dunia usaha secara langsung telah terdampak.

Penyebaran virus Corona semakin mengkhawatirkan. Setelah sebelumnya terlokalisasi di Wuhan China dengan satu dua kasus di beberapa negara, kini dilaporkan adanya peningkatan jumlah kasus di di Korea Selatan, Iran, dan Italia. Di Iran, 245 terinfeksi dengan 26 orang meninggal. Termasuk yang harus dikarantina  di antaranya adalah wakil presiden Iran Mashoumer Ebtekar. Di Italia 17 orang meninggal dari 655 kasus sementara di Korea Selatan 16 orang meninggal dari 2931 infeksi.  Angka-angka tersebut bisa terus bertambah selama belum ditemukan vaksin yang manjur. 

Semua negara waspada terhadap penyebaran penyakit tersebut. Acara atau kegiatan yang mengumpulkan massa besar  di satu tempat mulai dihindari, termasuk di dalamnya kegiatan peribadatan. Arab Saudi mulai tanggal 27 Februari menutup penerbangan untuk umrah dari negara yang masuk daftar negara berbahaya. Indonesia sekalipun tidak ada laporan, tetap terkena larangan terbang ke Saudi Arabia. Jerman membatalkan turnamen bulu tangkis Jerman Open. Di Iran, pemerintah meniadakan shalat Jumat di ibu kota 23 dari 31 provinsi. Sejumlah masjid di Tokyo meniadakan shalat Jumat, termasuk di antaranya Masjid Indonesia Tokyo dan Masjid Nusantara yang dikelola komunitas Muslim Indonesia. 

Beberapa event internasional yang akan berlangsung pada 2020 terancam penyelenggaraannya, seperti Olimpiade Tokyo. Jika wabah ini belum dapat diatasi sampai penyelenggaraan haji pada bulan Juli mendatang, umat Islam dari seluruh dunia yang berencana berangkat haji harus berpikir tentang berbagai skenario yang bakal terjadi.

Para peneliti kesehatan dari seluruh dunia bahu-membahu menciptakan vaksin untuk mengatasi virus yang mematikan tersebut. Mereka berkejaran waktu dengan kecepatan persebaran penyakit ini. JIka penemuan vaksin memerlukan waktu yang lama, maka semakin besar kerugian yang akan diderita oleh seluruh penduduk dunia, baik korban nyawa atau harta. Kecemasan akan terus menghantui masyarakat global dan pada taraf tertentu, dapat menjadi tidak terkontrol dalam bentuk tindakan-tindakan irasional demi menyelamatkan diri dan kelompoknya dari level individu sampai level negara.  

Belum ada laporan resmi yang menyatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang terjangkit penyakit ini. Namun, dunia usaha secara langsung telah terdampak, khususnya pada sektor wisata dan transportasi. Turis dari China dilarang masuk. Bahkan beberapa waktu lalu, serombongan turis asal China diminta balik lagi karena masyarakat takut tertular Corona. Otomatis, biro perjalanan wisata, jasa pemandu wisata, pedagang souvenir, penyedia penginapan, jasa transportasi, dan usaha terkait lainnya mengalami penurunan penghasilan. 

Pukulan dirasakan oleh pengelola perjalanan umrah setelah pemerintah Saudi Arabia menutup akses ke negaranya akibat kekhawatiran penyebaran virus di negara kaya minyak ini. Tidak jelas sampai kapan pembatalan tersebut. Puluhan ribu jamaah umrah batal berangkat, bahkan sebagian sudah siap naik pesawat di Bandara Soekarno Hatta Jakarta.  Jamaah, biro travel, maskapai penerbangan, hotel, atau berbagai pihak yang terkait dengan rantai usaha pengiriman jamaah umrah mengalami kerugian besar. 

Risiko terburuk tentu ketika pemerintah Saudi melakukan pembatasan penyelenggaraan ibadah haji untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Berkumpulnya lebih dari dua juta jamaah haji yang berasal dari seluruh dunia dalam kondisi meluasnya wabah menimbulkan risiko yang sangat berbahaya. Pada 2020 ini, kuota jamaah haji Indonesia berjumlah 231 ribu. Dampak ikutannya akan panjang karena pembatasan atau pembatalan kebarangkatan haji akan menyebabkan daftar tunggu haji di Indonesia yang saat ini sudah mencapai rata-rata18,6 tahun bisa menjadi semakin panjang.  Negara-negara Muslim perlu mulai memikirkan dan penyiapkan beberapa skenario supaya penyelenggaraan haji tetap berjalan dengan lancar.

Upaya pencegahan masuknya Corona ke Indonesia perlu dilakukan secara maksimal. Hal tersebut tidak mudah mengingat Indonesia merupakan negara yang sangat luas dengan perbatasan terbuka yang dikelilingi oleh lautan, yang mana susah sekali mengontrol masuknya orang dari luar negeri, terutama melalui pintu laut. Jika ditemukan kasus, maka secara psikologis, masyarakat akan ketakutan untuk beraktivitas di luar rumah.  Dampak ekonominya akan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Mereka yang berada dalam posisi rentan miskin, rawan sekali jatuh dalam kelompok miskin sedangkan yang sudah miskin, akan semakin menderita.  Pemerintah perlu menyiapkan mekanisme perlindungan ekonomi terharap kelompok ekonomi paling rentan tersebut. 

Umat manusia telah melewati berbagai bencana dan wabah dengan selamat sampai akhirnya kini terdapat lebih dari tujuh miliar yang menghuni bumi. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang yang membuat manusia mampu mengendalikan banyak hal yang dulu di luar jangkauannya. Kita percaya bahwa vaksin virus tersebut akan ditemukan. Namun, kita belum tahu sampai kapan penangkal tersebut tersedia untuk umum. Yang perlu kita siapkan sekarang adalah mengantisipasi dampak yang akan muncul dalam tingkat minimal supaya tidak terlalu banyak yang dirugikan. 

Sebagai umat beragama, kita wajib berdoa sebagai bagian dari ikhtiar untuk mencegah munculnya penyakit tersebut sekaligus berefleksi bahwa sekalipun ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sedemikian pesat, ternyata kemampuan manusia tetap saja terbatas di jagat raya yang sedemikian kompleks ini. Hal ini akan membuat kita merasa tetap rendah di hadapan kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Kita juga perlu bersikap bijak untuk tidak membuat tuduhan yang menyakitkan bahwa negara atau orang yang terkena penyakit tersebut karena laknat Allah. Kita tidak berhak dan tidak memiliki kapasitas untuk menghakimi orang lain. Lebih baik memberi bantuan atau mendoakan mereka daripada melontarkan pernyataan yang menyakitkan. (Achmad Mukafi Niam)