Riset BLAJ

Mengungkap Nilai Nasionalisme dalam Teks Keagamaan di Jawa Barat

Jum, 3 Desember 2021 | 09:00 WIB

Mengungkap Nilai Nasionalisme dalam Teks Keagamaan di Jawa Barat

Manuskrip lama (Foto: BLAJ)

Riset Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) tahun 2021 ini mengungkapkan fakta bahwa nasionalisme telah berserakan di masyarakat. Karena itu, diperlukan strategi dalam menyatukan pecahan-pecahan persepsi nasionalisme yang berhambur di masyarakat dengan membuat kategorisasi nasionalisme yang bersumber dari teks-teks bernuansa keagamaan, baik dari teks klasik masa lalu maupun teks kontemporer masa kini.

 

Pertama, patriotisme atau anti kolonialisme. Teks-teks bernuansa keagamaan yang berbicara tentang wacana dan sikap masyarakat Islam Indonesia mengenai patriotisme, perlawanan terhadap kolonialisme, dan sejenisnya. 

 

Kedua, cinta Tanah Air. Teks-teks bernuansa keagamaan yang berbicara tentang konsep, wacana, dan sikap mengenai pemeliharaan, kebanggaan, rasa memiliki, kesetiaan, bela negara, pengembangan potensi alam Indonesia dan sebagainya yang merupakan implementasi dari cinta terhadap Tanah Air Indonesia. Baik persoalan-persoalan yang terdapat di masa lalu maupun persoalan-persoalan yang terjadi saat ini, yang dihubungkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits serta pendapat-pendapat para ulama. 

 

Ketiga, nasionalisme beragama. teks-teks tertulis bernuansa keagamaan berkaitan dengan kesadaran, wacana, dan sikap masyarakat Indonesia secara kolektif dalam rangka kemaslahatan, kebersamaan, persatuan, dan kerukunan. Baik sejumlah persoalan yang berlaku di masa silam maupun beberapa persoalan yang terjadi di era kekinian, yang dihubungkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis serta pendapat-pendapat para ulama.

 

Keempat, nasionalisme budaya. Teks-teks tertulis bernuansa keagamaan yang berkaitan dengan kesadaran, wacana,  dan sikap masyarakat Indonesia secara kolektif dalam rangka kemaslahatan, kebersamaan, persatuan, dan kerukunan yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal, adat/tradisi, dan seni budaya bernuansa keislaman.

 

Nasionalisme masyarakat Jabar

Masyarakat Jawa Barat memiliki sejarah keislaman masa lalu yang kuat berbalut budaya terimplementasikan dalam kehidupan keseharian yang tidak terlepas dari warisan budaya para pendahulu. Warisan terdahulu bukan hanya dalam bentuk benda-benda pusaka. Akan tetapi, dalam bentuk adat/tradisi turun temurun yang berpusat pada keraton dan figur-figur masa lalu yang kemudian dituangkan dalam teks-teks bernuansa keagamaan. 

 

Teks-teks bernuansa keagamaan masa lalu seringkali menjadi rujukan dan menjadi kekuatan adat/tradisi yang dilakukan masyarakat di Jawa Barat. Dapat dikatakan bahwa adat/tradisi yang masih melekat pada masyarakat, sehingga pengaruh budaya luar relatif sulit untuk berkembang bagi sebagian masyarakat. 

 

Meski kondisi teknologi dan informasi semakin berkembang yang sangat mudah menyerang generasi muda dan melunturkan nilai-nilai budaya bahkan agama, tongkat estafet nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi dipandang masih relatif kuat. Hal itu dibuktikan dengan masih terus dilaksanakan tradisi-tradisi ritual budaya bernuansa keislaman sebagai embrio ketahanan masyarakat dalam penanaman nilai-nilai nasionalisme.

 

Di sisi lain, karakteristik budaya suku Sunda di Jabar yang kental dengan nilai-nilai budaya dan keislaman juga banyak tertuang dalam teks-teks keagamaan kontemporer masa kini yang ditulis oleh para ulama-ulama dari masa pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.


Meski tidak semua buku secara tekstual menjelaskan tentang makna nasionalisme, namun wacana dan konsep yang dituangkan dalam buku-buku yang beredar mengandung nilai-nilai yang 'menggiring' pembaca untuk dapat menanamkan nilai-nilai nasionalisme tersebut. 

 

Dalam riset tersebut, terdapat dua jenis teks-teks keagamaan, yaitu teks-teks keagamaan masa lalu (manuskrip) bertuliskan tangan yang bersumber dari keraton dan sejumlah pesantren tua. Teks-teks yang masuk dalam kategori manuskrip ini ditulis oleh para tokoh terkemuka jauh sebelum masa kemerdekaan.


Persisnya, ketika masa kejayaan kerajaan atau kesultanan di Jawa Barat seperti Kerajaan Padjajaran, Keraton Cirebon (Caruban Nagari), Kerajaan Galuh, dan sebagainya.

 

Kedua, teks-teks keagamaan masa kini dalam bentuk cetakan yang disebut sebagai karya tulis keagamaan kontemporer. Teks-teks keagamaan kontemporer merupakan tulisan bernuansa keagamaan yang dikaitkan dengan persoalan-persoalan kekinian di masyarakat.


Tulisan-tulisan kontemporer tersebut tidak terlepas dari pengaruh intelektual figur dari pesantren baik yang hidup pada masa pra kemerdekaan maupun pada pasca kemerdekaan. Misalnya, KH Said Aqil Siroj (Pesantren KHAS Kempek Cirebon), KH Raden Muhammad bin Nuh (Bogor), Ahmad Hasan (Persis Bandung), KH Hasan Mustafa (Garut).

 

Penulis: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori