Warta

Banyak Pejabat dan Konglomerat Bertuhankan Hawa Nafsu

Rab, 20 Juli 2005 | 11:57 WIB

Jakarta, NU Online
Syirik benar-benar menjadi sumber dari segala sumber kejahatan dan azab Allah dan tauhid benar-benar menjadi sumber dari segala kebaikan dan akhlak mulia. “Orang yang berbuat syirik dalah orang yang menjadikan tuhannya adalah hawa nafsunya,” kata Prof.Dr.Z.S Nainggolan,MA dalam orasi ilmiah berjudul “Syirk dan Tauhid” dalam pengukuhan Guru Besar bidang Ilmu Agama Islam pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, Rabu (20/7).

Menurut Nainggolan, hawa nafsu menjadi sumber dari segala sumber kejahatan dan kerusakan dimuka bumi jika manusia membiarkan dirinya dikuasai oleh nafsu terhadap tiga “ta” harta,  tahta dan wanita. Akibat semestinya, semua firman, aturan dan hukum Allah tak berdaya lagi. Perbuatan seperti ini disebut syirik dan orangnya disebut musyrik.

<>

Sekarang ini, kata Nainggolan,  banyak para pejabat dan konglomerat yang bertuhankan hawa nafsu terhadap harta dan tahta sehingga mereka membiarkan dirinya dikuasai oleh keinginan terhdap harta dan tahta. “Bagi mereka sila pertama adalah keuangan yang maha kuasa atau hawa nafsu terhadap uang. Money is above all, money is everything,” ujar pria kelahiranm Tapanuli ini.

Nainggolan mengatakan, mereka tak sadar bahwa perbuatan jahatnya telah merusak dan menghancurkan orang lain,  masyarakat dan lingkungannya dalam hubungan horizontal. Sedang dalam hubungan vertical, mereka telah  melanggar perintah Allah dan berbuat dosa serta  menghancurkan dan menganiaya dirinya sendiri.

Apabila manusia telah dikuasai dan diperbudak hawa nafsu, kata Nainggolan, maka hukum tidak berdaya, penyimpangan dan penyelewengan di mana-mana, maksiat merajalela dan umat manusia teraniaya.”Politik dan kekuasaan bukan untuk  amar  ma’ruf dan nahi munkar, tetapi disalahgunakan menjadi alat untuk memperkaya diri dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan,” tegasnya.

Nainggolan berpendapat,  strategi untuk memulai kebangkitan dan untuk membangun dunia baru adalah bersumber pada  tauhid dan dalam operasionalnya adalah dengan benar-benar  bersyahadat. Sebab, tauhid berarti mengesakan menjadikan Allah satu-satunya Tuhan, sehingga manusia itu membiarkan dirinya hanya dikuasai oleh Allah (sunnatullah).(mkf)