Warta PILGUB JATIM

Hasyim Tak Hadiri Deklarasi Soenarjo-Ali Maschan

Sen, 24 Maret 2008 | 06:08 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi benar-benar tak menghadiri deklarasi pasangan Cagub-Cawagub dari Partai Golkar Soenarjo-Ali Maschan Moesa (Ketua PWNU Jatim yang diberhentikan Syuriah PWNU Jatim) di Gelora Pantjasila, Surabaya, Ahad (23/3) kemarin.

Dalam acara yang dihadiri ribuan massa hingga meluber ke luar Gelora Pantjasila Surabaya yang berkapasitas belasan ribu orang itu, pasangan Soenarjo-Ali Maschan (Salam) dideklarasikan Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono (Ketua DPR RI).<>

Meski jajaran Syuriah PWNU Jatim tidak ada satu pun yang hadir dalam acara itu, namun sejumlah ulama tampak hadir, di antaranya KH Abdullah Schaal (Bangkalan), KH Azis Manshur (Jombang), KH Syafii Abdurrahman (Tulungagung), dan KH Mashudi (Madiun).

Selain itu, Ketua Umum DPP PKNU Drs H Choirul Anam (Cak Anam) juga tampak duduk di barisan kursi terdepan. Tampak pula, Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Letjen (Purn) Sumarsono, sedangkan penasehat DPP Partai Golkar Letjen (Purn) Prabowo Subianto tidak terlihat.

Usai membacakan naskah deklarasi, Agung Laksono yang juga Ketua Umum DPP Kosgoro itu menyerahkan surat keputusan DPP Partai Golkar tentang pasangan SALAM kepada keduanya dengan diiringi lantunan sholawat badar, kemudian keduanya saling berangkulan dengan Agung Laksono.

“Saya titipkan Pak Naryo dan Pak Ali kepada para ulama untuk didoakan agar berhasil dalam membangun ekonomi dan moral masyarakat Jatim,” kata Agung Laksono.

Dalam sambutan deklarasi mewakili Ketua Umum DPP Partai Golkar H Jusuf Kalla yang juga berhalangan hadir itu, Agung Laksono menjamin Cagub yang didukung Golkar hanya satu dan loyalitas kader Golkar terhadap partai tak perlu diragukan lagi.

“Suara dari kalangan Nahdliyin juga tak perlu diremehkan, karena itu, saya yakin pasangan Salam akan dapat menduduki kursi gubernur dan wakil gubernur di Jatim untuk mewujudkan adil dan makmur bagi masyarakat,” katanya.

Dalam sambutannya, Cagub Soenarjo mengatakan Jatim merupakan provinsi yang besar dan agamis serta mayoritas merupakan nahdliyyin (warga NU), karena itu sudah sepantasnya bila dirinya menggandeng kader terbaik dari NU dalam Pilgub Jatim pada 23 Juli 2008.

“NU sudah terbukti melahirkan tokoh-tokoh nasional bagi bangsa kita, karena itu tekad saya menggandeng pak Ali Maschan sudah bulat. Dalam pilihan langsung yang pertama kali ini, kita jangan sampai salah pilih hanya karena iming-iming (janji-janji),” kata Soenarjo.

Senada dengan itu, Cawagub Ali Maschan Moesa mengatakan dirinya bersama pak Soenarjo tidak akan memberi janji, karena dirinya sudah berbicara dari ke hati dengan pak Soenarjo bahwa 15 dari 38 juta masyarakat di Jatim masih miskin dan mayoritas adalah Nahdliyin.

“Karena itu, saya sama dengan Golkar untuk mempertahankan NKRI, tapi Golkar juga sama dengan saya untuk mendesain ulang ekonomi masyarakat Jatim agar lebih sejahtera. Saya minta doa restu para ulama agar maslahah ummah (bermanfaat untuk masyarakat) bila diberi amanah,” katanya.

Pencalonan Ali Maschan Moesa sendiri tidak dipersoalkan jajaran Syuriah PWNU Jatim, namun mekanisme pelepasan Ali Maschan dari NU ke Pilgub Jatim sempat menimbulkan kontroversi karena Ali Maschan hanya ingin non-aktif sesuai AD/ART, namun Syuriah PWNU Jatim minta mundur sesuai kontrak jam`iyah dalam Konferensi Wilayah NU Jatim pada awal November 2007.

Pro-kontra pun diakhiri dengan pemberhentian Ali Maschan Moesa dari jabatan Ketua PWNU Jatim terhitung sejak 22 Maret 2008, karena dianggap melanggar kontrak jam`iyah dan tidak patuh kepada Syuriah PWNU Jatim yang memintanya mundur, padahal Syuriah NU merupakan pemegang kebijakan tertinggi di kalangan NU. (kpl/sbh)