Warta

Masyarakat Butuh Pemimpin Panutan

Sab, 22 Maret 2008 | 01:12 WIB

Banda Aceh, NU Online
Mencegah pola hidup yang menghalalkan segara cara, masyarakat Indonesia, termasuk di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) membutuhkan pemimpinan panutan. "Kita butuh figur pemimpin panutan untuk mengurangi kehidupan materialistis yang mengarah kepada sekularisme dan hidup yang menghalalkan segala cara," kata Tgk Faizal Adriansyah di Banda Aceh, Jumat (21/3).

Melalui peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut Maulid Nabi, umat Islam diajak untuk meneladani kehidupan Rasulullah yang memiliki keteladanan sederhana. Kehidupan Rasulullah adalah mukjizat yang berjalan dan hidup.<>

Sebagai seorang suami, Rasulullah sayang dan cinta istrinya dan sebagai seorang ayah cinta kepada anaknya serta kesibukan sebagai pemimpin umat tidak pernah meninggalkan tanggungjawab rumah tangga, termasuk nafkah kepada anak dan istrinya.

Menurut dia, sebagai pemimpin umat Rasulullah hadir sebagai sosok berwibawa dan disegani karena ucapan serta perbuatannya sejalan, yakni tegas dalam penegakan hukum dan keadilan.

Suatu ketika sahabat Usamah melobi Rasulullah untuk meringankan hukuman seorang perempuan mencuri dengan alasan dari kalangan bangsawan (terpandang) lalu Nabi menjawab hancurnya suatu tatanan pemerintahan karena pemimpinnya pilih kasih (tidak adil).

"Kunci semua kesuksesan Rasulullah karena akhlaknya sangat mulia," katanya.

Ulama Faizan mengatakan, kalaulah para nabi sebelumnya memiliki kelebihan (mukjizat) dalam bentuk fisik seperti Nabi Musa membelah lautan, maka Nabi Muhammad SAW diutus Allah dengan kemuliaan akhlaknya, kata Tengku Faizan.

Pada kesempatan tersebut, ia mengatakan bahwa belum sempurna iman seseorang sebelum mereka mencintai (meneladani) Rasulullah SAW melebihi mencintai dirinya sendiri. (ant/rif)