Warta

NU Jepang Kembangkan Tradisi Tahlil dan Manaqib

Kam, 14 Februari 2008 | 08:41 WIB

Hiroshima, NU Online
Berada jauh di negeri orang, warga Nahdliyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama-NU) di Jepang, tak lupa dengan tradisi keagamaan khas NU. Melalui wadah organisasi Pengurus Cabang Istimewa NU Japan, mereka aktif mengembangkan paham Islam moderat Ahlussunnah wal Jamaah di negeri Sakura tersebut.

Tak perlu muluk-muluk. Ritual keagamaan khas NU, seperti pembacaan tahlil dan Surat Yasin pun mereka lakukan. Bahkan, mereka telah memiliki komunitas sendiri yang disebut Majelis Pembacaan Surat Yasin dan Tahlil di Hiroshima dan beberapa kota lainnya di Jepang.<>

Bukan itu saja. PCINU Japan yang sebagian besar warganya merupakan mahasiswa di sejumlah perguruan tinggi terkemuka di negeri itu, juga sukses mengenalkan tradisi pembacaan solawat Nabi dan kasidah Burdah. Tak ketinggalan, dikenalakan pula Manaqib Syeikh Abdul Qodir Jaelani melalui Majelis Dzikir Kawajagan di Tokyo.

Bekerja sama dengan Pesantren Virtual, warga Nahdliyin di negara pimpinan Perdana Menteri Yasuo Fukuda itu juga aktif menyelenggarakan pengajian online. Forum menimba ilmu agama yang memanfaatkan fasilitas internet tersebut digelar secara rutin setiap Jumat malam.

Pengajian yang diasuh Kholid Sholeh (Rais Syuriah PCINU Japan) dan dipandu Antrawan Junaputra (Ketua Divisi Kajian Islam dan Dakwah) itu tak hanya diikuti seluruh warga Nahdliyin di Jepang. Melainkan juga muslim Indonesia di negara lain, yakni, Hongkong, Taiwan, Cina dan Korea.

“Dengan demikian, pengajan online ini menjadi tumpuan dan harapan bagi siraman rohani Ahlussunnah wal Jamaah bagi masyarakat Indonesia di luar negeri yang sulit untuk mendapatkan hal tersebut,” ujar Ketua PCINU Japan, Luchman Hakim, kepada NU Online di Hiroshima, belum lama ini.

Sejumlah kegiatan sosial pun mereka selenggarakan, seperti halnya, pembinaan anak-anak yatim dan ekonomi lemah di wilayah Yogyakarta. Aksi sosial itu merupakan hasil kerja sama PCINU Japan dengan Yayasan Atap Langit dan Hoshizora Community.

“Sekarang, kegiatan ini dikembangkan sahabat-sahabat di Yogyakarta dan dijadikan kegiatan rutin untuk membekali pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anak yatim dan anak keluarga ekonomi lemah di sana,” terang Luchman. (rif)