Warta

Perubahan Paradigma LDII Dipertanyakan

Kam, 8 Maret 2007 | 01:51 WIB

Surabaya, NU Online
Kabar bahwa Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) telah berubah paradigma dengan semisal tidak menajiskan muslim yang lain, juga mau menerima Pancasila, tidak memakai sistem hirarki keamiran, dan lain sebagainya seperti yang terjadi selama ini, mengundang tanda tanya masyarakat.

Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH A Masduqi Mahfudz justru mempertanyakan maksud di balik perubahan paradigma itu. “Itu kan baru pernyataan. Harus dilihat dulu apa yang mendorong mereka untuk berubah, motifnya apa?” kata Kiai Masduqi saat ditemui di Kanwil NU Jawa Timur Rabu (7/3). “Tidak bisa dipercaya langsung,” lanjutnya.<>

Menurut pengasuh Pesantren Nurul Huda Mergosono Malang itu, LDII butuh waktu yang relatif lama untuk bisa membuktikan pernyataan mereka. Paling tidak butuh waktu satu tahun untuk mengamati ceramah, sikap dan keyakinan mereka.

Citra LDII sudah terlanjur negatif di mata komunitas muslim yang lain. Ormas Islam yang tumbuh dari Kediri Jawa Timur ini dinilai tidak jauh beda dengan kelompok Darul Hadits dan Islam Jamaah yang pernah dilarang pemerintah. Bahkan disinyalir kuat hanya ganti nama. Toh prakteknya tetap sama. Hanya karena dalam berpolitik mendukung Golkar, ormas ini tidak dibubarkan.

“Terus terang, saya tidak seberapa percaya dengan ucapan mereka, sebab selama ini mereka suka merahasiakan sesuatu dari kelompok Islam yang lain,” tutur matan Ketua MUI Jawa Timur ini. “Justru kalau maksud perubahan itiu agar mereka bisa masuk ke dalam MUI, malah perlu dicurigai,” tandasnya.

Sementara di tengah masyarakat, kelompok ini tumbuh secara eksklusif. Para jamaahnya tidak mau bercampur dengan masyarakat lain non kelompok mereka. Kelompok LDII mendirikan masjid sendiri, meski dalam komunitas masyarakat itu sudah berdiri masjid. Di masjid itulah mereka mengadakan kegiatan. Bila ada orang dari kelompok lain masuk biasanya lantai masjid langsung dipel, tidak lama setelah orang itu pergi. (sbh)