Wawancara

Keluarga Unggul Indonesia Tercipta dari Keluarga Maslahah

Sen, 7 Oktober 2019 | 20:00 WIB

Keluarga Unggul Indonesia Tercipta dari Keluarga Maslahah

Ketua Lembaga Kesehatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Ida Fauziyah. (Foto: NU Online)

Ketua Lembaga Kesehatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Ida Fauziyah berpendapat Indonesia membutuhkan generasi unggul. Sarat untuk menciptakannya perlu dimulai dari lingkaran terkecil, yakni keluarga yang mempunyai kultur yang mendukungnya. Keluarga semacam itu adalah keluarga maslahah.

Menurut Ida, keluarga maslahah itu adalah keluarga yang memberikan kebaikan tidak hanya kepada keluarga saja, tapi kemaslahatan juga untuk lingkungan sekitarnya dan alam.

"Keluarga harus dianggap penting sebagai perangkat yang dapat melahirkan generasi tangguh serta generasi yang mampu menjawab tantangan zaman. Generasi unggul muncul jika iklim dalam keluarga kondusif dan maslahah. Keluarga maslahah berpeluang melahirkan sumber daya manusia yang unggul dan tangguh,” ungkapnya saat membuka kegiatan Festival Gerakan Keluarga Maslahah di Acacia Hotel, Jakarta Pusat, Ahad (6/10) pagi.

Ia mengungkapkan, untuk menciptakan keluarga yang maslahah harus diawali dari suami atau istri yang saleh atau salehah. Juga harus memperhatikan nafkah yang digunakan keluarga apakah halal atau tidak. Dengan begitu, upaya menyambut golden moment oleh keluarga di Indonesia bisa terpenuhi.

Aktivis perempuan asal Jawa Timur ini menyebutkan dua mandat yang diberikan PBNU kepada LKKNU. Pertama, menjaga Islam Ahlusunnah Wal Jamaah di lingkungan keluarga. Kedua, menanamkan penguatan untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dua komitmen yang diikhtiarkan LKKNU itu, lanjutnya, sudah dimulai dari keluarga pengurus Nahdlatul Ulama di semua level. Jika komitmen tersebut terus digerakkan, Ida optimis akan lahir generasi yang unggul dan mencintai agama dan negaranya.

Visi LKKNU adalah mengabarkan Indonesia menuju Indonesia yang berkeadilan dan berkeadaban. Jadi, tugas ini akan ringan apabila dibantu seluruh penggerak LKKNU,  menjadi duta bagi terciptanya keluarga yang maslahah.

Untuk mengetahui lebih lanjut apa dan bagaimana upaya LKKNU terkait keluarga maslahah, Abdullah Alawi dari NU Online mewawancarai Ida Fauziyah di sela Rakornas kedua LKKNU di Hotel Acacia Jakarta. Berikut petikan wawancaranya: 

Rakornas LKKNU ini mengusung tema pemberdayaan desa berbasis keluarga, bagaimana penjelasannya?

Ini adalah rakornas kedua. Rakornas pertama dilaksanakan Oktober 2017. Rakornas untuk melaksanakan koordinasi dengan LKK di tiap wilayah dan cabang di sekitar Jabodetabek untuk menyamakan visi antara LKK PBNU dengan LKK wilayah dan cabang. 

Misi kita itu kan membangun Indonesia sejahtera berkeadilan dan berkeadaban melalui keluarga maslahah. Misinya kemaslahatan keluarga Indonesia yang berpijak pada nilai-nilai Ahlussunah wal Jamaah An-Nahdliyah.

Isu strategis yang kita lakukan yaitu adalah mengembangkan kapasitas organisasi, penguatan kapasitas fungsi keluarga maslahah, kemudian advokasi kegiatan pendidikan keluarga, lingkungan, perlindungan ibu dan anak agar terwujudnya keluarga maslahah, kemudian mendorong terciptanya ruang publik yang mendorong terwujudnya keluarga masalahah, kemudian membangun dan menguatkan jaringan. 

Pemberdayaan desa berbasis keluarga itu bagaimana?

Sebenarnya yang kita lakukan adalah upaya membangun Indonesia sejahtera berkeadilan dan berkeadaban, dan itu bisa melalui keluarga. Keluarga Indonesia itu, keluarga masyarakat NU, kebanyakan berada di desa.
 
Kita melihat bahwa arah pembangunan pemerintahan Jokowi ini setelah Undang-Undang Desa berjalan, maka orientasinya adalah penguatan desa sebagai garda terdepan pembangunan. Nah, begitu kuatnya komitmen pemerintah untuk membangun desa itu, maka kita berkepentingan agar pembangunan desa itu berbasis keluarga. 

Jadi, berbasis keluarga itu, ketika kita berbicara tentang kesejahteraan ekonomi, maka itu berbasis keluarga. Isu yang ditangani di antaranya oleh Kementerian Desa adalah memperbaiki kesehatan, memperkecil stunting, nah, LKKNU menyambutnya dengan pelibatan keluarga dalam menangani stunting itu. 

Keluarga maslahah itu adalah keluarga yang memberikan kebaikan tidak hanya kepada keluarga saja, tapi kemaslahatan juga untuk lingkungan sekitarnya dan alam. Keluarga itu memiliki beban dan tanggung jawab untuk turut serta dalam membangun kemaslahatan lingkungannya. 

Kita bayangkan kalau konsep keluarga maslahah itu yang diangkat, maka setiap keluarga bertanggung jawab membangun kemaslahatan dirinya, lingkungannya, maka jika setiap keluarga melakukan itu pada akhirnya menjadi sebuah desa yang maslahah, pada akhirnya menjadi sebuah negara yang maslahah. 

Cara membangun keluarga maslahat itu bagaimana?

Jadi, konsep keluarga maslahah itu kan perlu diikhtiarkan, perlu diupayakan. Membangun keluarga maslahah itu juga perlu ada pendidikan bagi orang tua, parenting. Pendidikan keorangtuaan. Tidak bisa kita menciptakan keluarga maslahah itu tanpa ada pendidikan di dalamnya. Keluarga maslahah itu adalah keluarga yang orang tuanya, bapak ibunya saleh salehah, anak-anaknya saleh salehah juga.

Rezekinya dari yang halal dan cukup untuk membangun kesejahteraan keluarganya. Lalu kesalehan itu untuk keluarga dan lingkungannya, lahir dan batin dan keluarga yang berlandaskan nilai-nilai Ahlussunah wal Jamaah. Jadi, betapa penting membangun moderasi dalam berkeluarga. 

Berarti kan untuk menciptakan orang tua yang saleh dan salehah, harus dibangun sebelum dia berkeluarga?

Ya, semacam pendidikan calon pengantin.Ya betapa pentingnya pendidikan perkawinan, calon pengantin, tapi juga bagi orang yang sudah menjalani kehidupan berumah tangga. 

Apa ada program dari LKK untuk mengawal agar keluarga-keluarga NU menjadi maslahah?

Ya, kita membangun kelas-kelas, madrasah maslahah, ini baru mulai. Konsep keluarga maslahah itu kita selesaikan dulu, kita persiapkan fasilitator-fasilitator. Sebenarnya, teman-teman pengurus LKK seperti Mbak Lisa (Alissa Wahid), secara pribadi, turut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Agama. 

Kapan program itu dimulai?

Sebetulnya sudah berjalan. Modul-modul pendidikan keorangtuaan sudah kita siapkan. Kita juga melakukan parenting di beberapa wilayah di Jakarta ini, sekali kegiatan parenting kita bisa seratusan orang sampai 125 oarang. Baru di Jakarta. Kita sudah membreakdown konsep keluarga maslahah itu menjadi konsep-konsep kecil menjadi panduan keorangtuaan. 

Bisa diakses secara umum?

Bisa, tapi sekarang dipublish, masih menjadi pegangan teman-teman dalam parenting di program Ruang Ramah Anak. 

Terkait Rakornas ini apa targetnya?

Tersosilisasikan keluarga maslahah, menjadi rujukan dalam pengembangan ketahanan keluarga. Ini kan dikonsep oleh LKK, tapi kita harapkan menjadi konsepnya NU, dan kita harapkan dibawa di muktamar. 

Sampai saat ini apakah LKKNU sudah aktif di daerah-daerah?

Kalau di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat rata-rata sudah. Isu keluarga ini perlu dikuatkan. Kita kan lembaga, tidak memiliki garis komando. Yang kita lakukan adalah penyamaan visi dan misi, antara LKK di PBNU dengan LKK di wilayah dan cabang, mengkoneksikan jaringan yang ada untuk bisa sama-sama dikerjakan. (*)