Warta

Warga NU Diminta Tunggu Ikhbar PBNU

Sabtu, 21 Oktober 2006 | 17:58 WIB

Jakarta, NU Online
Khususnya bagi kalangan nahdliyyin (sebutan untuk warga NU), diminta agar menunggu pengumuman (ikhbar) resmi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tentang penentuan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri 1427 Hijriyah.

“Diharapkan kepada seluruh warga nahdliyyin di Indonesia untuk menunggu ikhbar dari PBNU. Besok (malam ini, red) setelah dilakukan rukyat (observasi/melihat bulan) dan sidang istbat (penentuan), akan kita umumkan kapan waktunya (1 Syawal, red),” tegas KH Ghazalie Masroerie, Ketua Umum Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) kepada NU Online di Jakarta, Sabtu (21/10) kemarin.

<>

Kiai Ghazalie, demikian panggilan akrab KH Ghazalie Masroerie, menyatakan hal itu menyusul kebingungan dari masyarakat termasuk kalangan nahdliyyin perihal waktu tepat datangnya hari besar umat Islam itu.

Di kalangan NU sendiri juga terjadi perbedaan pandangan. Sebelumnya, Pengurus Wilayah (PW) NU Jawa Timur memperkirakan Idul Fitri 1427 H jatuh pada Senin, 23 Oktober. Pandangan tersebut muncul atas dasar perhitungan bahwa hilal (bulan) mungkin bisa dilihat karena telah berada di atas dua derajat.

“Sebagai wacana sih boleh saja. Tapi, sebagai sebuah keputusan, harus ada penyerasian dulu dengan PBNU,“ ungkap Kiai Ghozali menanggapi pandangan PWNU Jatim yang berlawanan dengan sikap PBNU tersebut.

Sementara itu, Muhammadiyah, melalui metode hisab(perhitungan astronomi)-nya, jauh hari telah menetapkan 1 Syawal jatuh pada Senin, 23 Oktober. Sedangkan, pemerintah, dalam hal ini Menteri Agama akan melakukan sidang istbat pada sore (Minggu, 22 Oktober) ini.

“Sidang istbat itu untuk menentukan kapan hari raya-nya dan tidak mesti pemerintah langsung menetapkan bahwa 1 Syawal jatuh pada besok harinya (Senin, 23 Oktober). Menteri Agama tidak bisa langsung begitu saja memutuskan. Jadi, hasil rukyat dari masing-masing ormas Islam dikumpulkan, ditawarkan bagaimana keputusannya, baru kemudian diputuskan kapan pastinya, tanggal 23 atau 24,“ terang Kiai Ghazalie.

Kiai Ghazalie pun menjelaskan bagaimana jika pada akhirnya nanti terjadi perbedaan antara keputusan pemerintah dengan sikap resmi PBNU. Menurutnya, sikap NU bisa jadi antara sependapat atau menolak hasil istbat dari pemerintah. “Kalau prosesnya (rukyat, hisab, istikmal atau istbat, Red) sesuai ajaran Rosul, kita akan menerima. Tapi kalau nggak sesuai, ya kita akan menolak,“ ujarnya.

Oleh karenanya, imbuh Kiai Ghazalie, PBNU nantinya (Ahad petang, 22 Oktober) juga akan melakukan sidang istbat, seperti halnya pemerintah. Setelah dicapai keputusan final, maka selanjutnya PBNU akan mengumumkan hasilnya. “Diharapkan warga NU lebih mengikuti hasil istbat PBNU,“ tandasnya. (rif)