Daerah

Anak Muda Nahdliyin Harus Paham Sejarah Perjalanan NU

Kam, 6 Februari 2020 | 16:30 WIB

Anak Muda Nahdliyin Harus Paham Sejarah Perjalanan NU

Seminar ke-NU-an, OSIS MA An-Nawawi Purworejo (Foto: NU Online/Rino Pratama)

Purworejo, NU Online
Aktivis muda NU Purworejo, Ahmad Naufa Khoirul Faizun mengatakan, anak-anak muda yang saat ini sedang menempuh ilmu di tingkat lanjutan atas, seharus paham dan mengetahui perjalanan sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama.
 
"Jangan sampai 'kepaten obor' sehingga sama sekali tidak tau apa dan bagaimana NU berdiri, perjalanan, dan perkembangannya hingga saat ini," ujarnya.
 
Hal itu disampaikan saat mengisi acara seminar dalam rangka memperingati Harlah ke-94 NU yang dihelat Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) MA An-Nawawi Berjan Purworejo Peran Santri dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Aula setempat, Kamis (6/2).
 
Dalam paparannya, Naufa yang juga kontributor NU Online menyampaikan sejarah singkat berdirinya NU, yang pada intinya adalah sebuah wadah perjuangan untuk melanjutkan risalah Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Ia juga mengulas secara singkan periode Islam dari Nabi Muhammad, Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, sampai runtuhnya Dinasti Turki Utsmani pada tahun 1924.
 
"Usai digulingkannya Syarif Husein yang berafiliasi pada Turki Utsmani, Tanah Hijaz dikuasai Ibnu Saud yang kemudian membikin negara Saudi Arabia. Karena didukung Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian diberlakukanlah Wahabi di sana, lalu menuduh amaliyah kaum Sunni sebagai takhayul, bidah dan khurafat. Puncaknya, makam Nabi ingin dibongkar. Maka kiai-kiai penerus Wali Songo di Nusantara ini protes melalui komite Hijaz," jelasnya.
 
Sejarah pada periode-periode ini lanjut Naufa, bisa juga di simak dalam film Lawrence of Arabia (1962) di mana Inggris juga menyeponsori Revolusi Arab (Arab Revolt). Selain Inggris, masih menurutnya, juga ada Amerika yang kemudian membangun kilang minyak terbesar di sana, yakni Aramco.
 
"Singkatnya, ada beberapa gerakan yang melatarbelakangi dari segi politik, ekonomi maupun agama. Makanya, sebelum NU berdiri, sudah ada embrionya yaitu Nahdlatul Wathan, Nahdlatut Tujjar dan Taswirul Afkar," ungkapnya. 
 
"Dan protes NU kepada raja Arab melalui Komite Hijaz waktu itu menjadi sesuatu yang besar karena Ibnu Saud sendiri didukung kekuatan besar," imbuhnya.
 
Naufa juga menjelaskan sekilas perjalanan NU mulai dari Revolusi Fisik merebut kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, sampai Reformasi 1998.
 
Dalam kesempatan itu, selain menjelaskan sekilas tentang kondisi era digital hari ini, Wakil Ketua PW IPNU Jawa Tengah periode 2013-2016 ini juga memberi motivasi kepada para siswa dan siswi untuk terus giat dalam menimba ilmu di pesantren dan sekolah. 
 
Menurutnya, jika kehidupan dunia luar adalah ibarat medan perang, maka di pesantren adalah tempat mencari logistik, senjata dan amunisi sebanyak-banyaknya, sehingga ketika kelak dibutuhkan sudah memiliki.
 
"Logistik, amunisi, dan senjata itu berupa pengetahuan agama mupun umum dan skill yang kita miliki. Maka kalau orang sudah terlanjur terjun di arena perang, sudah sulit mengambil amunisi lagi," terangnya.
 
Naufa juga menambahkan, era digital hari ini berbeda dengan beberapa puluh tahun lalu. Hari ini menurutnya, jika mau semua serba ada di internet. Ada dakwah, perang ideologi, perang ekonomi, dan bahkan hoaks. Meski demikian, banyak juga yang bisa kita ambil dari sana.
 
"Sekarang kita bisa belajar apa saja di internet. Jarak dan waktu tak ada lagi, tinggal mau belajar dan berkarya apa tidak. Meski begitu, pondasi utamanya tetaplah ilmu agama dan suri tauladan kiai yang ada di pesantren, agar kita tetap punya pegangan. Maka, utamanya bagi adik-adik sekarang ini adalah tekun belajar membangun pondasi ini, agar kelak tak goyah oleh zaman," pungkasnya.
 
Seminar diawali pembacaan Maulid Nabi oleh grup rebana Shoutul Mahbub, dibuka oleh Kepala MA An-Nawawi Berjan Purworejo H Sahlan. Ditemui NU Online usai acara, ia berharap para siswa dan siswinya dapat terus mempertahankan ajaran dan karakter pesantren yang merupakan bagian penting penopang NU.
 
"Kita juga sedang menyusun Syarat Kecakapan Umum (SKU) untuk siswa, agar ada standarisasi, utamanya terkait amaliyah NU dan pengamalan karakter pesantren," pungkasnya.
 
Kontributor: Rino Pratama
Editor: Abdul Muiz