Daerah

Cara Generasi NU Kolaborasikan Khazanah Keilmuan Agama dengan Teknologi

Ahad, 16 April 2023 | 23:00 WIB

Cara Generasi NU Kolaborasikan Khazanah Keilmuan Agama dengan Teknologi

Kakanwil Kemenag Provinsi Lampung Puji Raharjo dalam sebuah acara di Bandarlampung, Ahad (16/4/2023). (Foto: Kemenag Lampung)

Bandarlampung, NU Online
Seiring perkembangan informasi dan teknologi saat ini, para generasi muda NU atau santri harus mampu mengkolaborasikan kemampuan ilmu agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik para ulama dengan perkembangan zaman saat ini.


Di antaranya mampu menarasikan ulang poin-poin penting dalam kitab klasik ke dalam bahasa kontemporer sehingga bisa dipahami dengan mudah oleh para generasi saat ini.


Hal ini disampaikan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Provinsi Lampung, Puji Raharjo, saat menjadi narasumber pada acara Taraweh (Temu Ramadhan Weh) yang digelar oleh Lembaga Ta’lif wa Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kota Bandarlampung, Ahad (16/4/2023).


Pemutakhiran bahasa ini menurutnya bisa dilakukan dengan penemuan canggih saat ini yang bernama AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan. “Jadi NU dan AI ini memang sangat berhubungan. Kata AI ditambah dengan KI bisa menjadi KIAI. Karena di NU banyak sosok kiai, kan,” selorohnya.


Puji berharap para santri terus melakukan pembiasaan dengan perkembangan teknologi dan mampu memanfaatkannya untuk kemaslahatan dan pengembangan khazanah keilmuan agama.


“Bagaimana para generasi NU yang memiliki basis keilmuan agama yang bagus mentransformasi karya-karya ulama klasik menjadi karya-karya kontemporer sesuai dengan bahasa anak muda sekarang,” harapnya.


Dengan basis agama yang kuat, para santri bisa mengolah sedemikian rupa teknologi kecerdasan buatan ini dan tidak akan melenceng dari ketentuan-ketentuan syariat agama Islam.


Berbeda dengan mereka yang tidak memiliki basis agama kemudian menggunakan teknologi AI untuk menanyakan masalah agama. Ini menjadi sebuah kerawanan karena mereka bisa tersesat.


“Orang yang tidak memiliki kemampuan memadai akan tersesat karena disuguhi jawaban yang bersifat populer. Bukan jawaban yang bersifat kebenaran. Karena mesin membaca yang paling populerlah yang paling benar,” ungkapnya. 


Ia mengajak generasi muda NU untuk terus mengasah diri dan juga menjaga khazanah keilmuan yang diturunkan oleh para ulama NU. Khazanah yang ada ini kemudian harus didialogkan dengan bahasa, cara, dan teknologi kekinian sehingga gagasan bagus dari para ulama bisa tersampaikan ke generasi selanjutnya.


“Jika tidak kita kemas dengan bahasa dan style model komunikasi kekinian maka tidak akan nyambung dengan yang tujuan awalnya,” tutur Bendahara PWNU Lampung ini.


Sehingga beradaptasi dengan teknologi menjadi sebuah keniscayaan bagi para generasi muda NU. Terlebih perkembangan teknologi saat ini mengalami lompatan yang sangat cepat melebihi lompatan perkembangan di era-era sebelumnya. Semua ini harus dimanfaatkan untuk kebesaran Nahdlatul Ulama.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori