Daerah

Hadapi Era Milenial, Kader NU Tak Boleh Kehilangan Kepekaan

Ahad, 18 Agustus 2019 | 12:45 WIB

Hadapi Era Milenial, Kader NU Tak Boleh Kehilangan Kepekaan

Suasana pengajian dalam ‘Kajian Rutin ISNU Kalisat’ di halaman masjid Barokah, Kalisat, Sabtu (17/8) malam.

Jember, NU Online

Era milenial dengan ciri khas melubernya akses internet sesugguhnya telah memacu persaingan yang begitu ketat, khususnya di sektor lapangan kerja. Tanpa punya bekal yang cukup, jangan harap bisa berjaya. Bahkan bisa jadi era milenial akan menjadi kuburan bagi mereka yang kurang sigap.

 

Hal tersebut diungkapkan oleh Koordinator Bidang Organisasi dan Pengembangan SDM Pengurus Anak Cabang ISNU Kalisat, Kabupaten Jember Jawa Timur, Fauzan Adhim saat menjadi narasumber dalam Kajian Rutin ISNU Kalisat di halaman masjid Barokah, Kalisat, Sabtu (17/8) malam.

 

Menurutnya, tantangan masyarakat di era milenial adalah bagaimana bisa memenangkan persaingan ketat di tengah semakin menumpuknya sumber daya manusia yang berkualitas. Konstruksi berpikirnya adalah di mana ada peluang, di sana harus segera masuk.

 

“Siapa cepat dia dapat. Tak perlu berpikir panjang jika ada peluang. Sebab yang antre banyak,” ucapnya.

 

Dosen INAIFAS Kencong tersebut menambahkan, setidaknya ada dua kelompok tipe masyarakat dalam merespon tantangan era milenial ini. Pertama, masyarakat yang tahu tapi tak mau. Kedua, masyarakat yang mau tapi tak tahu. Kelompok pertama, mereka yang tahu tentang ketatnya persaingan dan peluang-peluang yang ada. Namun tidak mau berusaha untuk mengambil peluang itu.

 

“Faktornya bisa mancam-macam. Salah satunya karena dia mungkin sudah mapan hidupnya. Tapi orang seperti itu nanti akan menyesal, karena peluang tidak datang dua kali,” urainya.

 

Sedangkan kelompok kedua, mereka punya kemauan namun tidak punya kemampuan, tidak paham persoalan yang ada. Namun orang jenis ini tak tertutup kemungkinan kelak akan sukses. Sebab kuncinya adalah kemauan.

 

“Kalau punya kemauan, punya semangat yang tinggi, hal-hal teknis bisa dipelajari, apapun bisa dipelajari,” jelasnya.

 

Fauzan juga mengingatkan, agar bagaimanapun tantangan yang muncul di era milenial, kader NU tidak boleh hilang kepekaan sosialnya. Sebab tidak ada artinya jika ‘menang’ dalam persaingan tapi pada saat yang sama ia kehilangan jiwa sosialnya.

 

Dikatakannya, kader NU harus mampu memahami berbagai macam problem yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Lalu, berpijak pada pemetaan masalah tersebut, dia harus menggali berbagai macam potensi yang dimiliki oleh masyarakat sebagai modal utama untuk memberi solusi.

 

“Inilah sebenarnya makna terdalam dari peran pemuda sebagai agent of change. Atau dalam bahasa Al-Qur'an disebut liyundziru qawmahum idza raja'u ilayhim (agar memberi peringatan kepada kaumnya jika ia telah pulang)," pungkasnya.

 

Pewarta : Aryudi AR