Daerah

Kiai Nuril Huda Ploso Kediri Dorong Santri Tekun Ngaji

Kam, 26 Agustus 2021 | 03:00 WIB

Kiai Nuril Huda Ploso Kediri Dorong Santri Tekun Ngaji

Acara peringatan 40 hari wafatnya KH R Abdul Chakim Hamid, Pengasuh Pesantren Al-Anwar, Maron, Purworejo (Foto: Dok)

Purworejo, NU Online
Pengasuh Pesantren Al-Falah Ploso Kediri KH Nurul Huda Jazuli meminta kepada para santri agar selalu rukun dengan saudara-saudaranya. Selain itu juga harus mengaji yang sungguh-sungguh. 

 

"Ngaji itu ahammu min ghairihi, ngaji itu lebih penting dari lainnya," tegasnya dalam acara doa bersama 40 hari wafatnya KH R Abdul Chakim Hamid, Pengasuh Pesantren Al-Anwar, Maron, Purworejo, Selasa (24/8) malam.

 

Lebih lanjut disampaikan Kiai Huda panggilan akrabnya yang juga anggota Mustasyar PBNU berharap, agar para santri tidak 'egla-egle' atau santai-santai dalam menuntut ilmu kepada para masyayikh tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat. 

 

"Sekolah juga boleh, tetapi yang utama adalah mengaji," tegasnya.

 

Sesepuh di Purworejo KH Toyfur juga berpesan agar para santri selain mempelajari ilmu syariat juga harus mempelajari ilmu tasawuf. "Sebab orang yang berakal selalu menghendaki agar hidupnya selamat. Sedangkan orang yang berilmu inginnya selalu di depan," ujarnya.

 

Ia mencontohkan riwayat hidup Imam Al-Ghazali yang memiliki bakat dan kecerdasan yang luar biasa, namun kemudian logikanya dikalahkan oleh adiknya yang setelah belajar di Madrasah Nidhomiyah belajar tasawuf, sehingga akhirnya Imam Al-Ghazali mempelajari dan mengamalkan ilmu tasawuf dengan karya besarnya Ihya Ulumuddin, menghidupkan ilmu-ilmu agama. 

 

"Banyak auliya yang mendapatkan hikmah dari kitab ihya Ulumuddin," terangnya.

 

Dalam sambutannya mewakili keluarga Gus Kautsar mengharapkan, semoga acara doa bersama ini merupakan hadiah atau bisyaroh untuk almarhum almaghfurlah KH R Abdul Chakim Hamid. "Semoga kita semua menjadi putra-putra yang berbakti kepada orang tua," doanya.

 

"Bedanya santri dengan lainnya lanjutnya, jika santri melakukan kekeliruan, diingatkan langsung memperbaiki kekeliruannya. Permasalahannya banyak ulama yang sudah wafat, namun penggantinya banyak yang kurang layak. Akhirnya muncul orang-orang yang pakaiannya seperti ulama, namun apa yang disampaikannya merupakan logikanya saja, sehingga menyesatkan orang," ucapya.

 

Karenanya dirinya berpesan, ngajilah yang sungguh-sungguh. "Jadilah Gus Chakim, Gus Chakim, semuanya," pungkasnya.

 

Nampak hadir dalam acara tersebut para masyayikh yakni KH Toifur, KH Achmad Chalwani Nawawi, KH Said Asrori, KH Yusuf Chudlori, KH Abdurrahman Al-Kautsar, KH Zidni Zaenudin dari Ploso Kediri, KH Mu'tashim Billah dari Pandanaran Yogyakarta, Ketua PWNU Jateng HM Muzamil, Wakil Ketua PWNU KH Mahsun Mahfudz, Wakil Sekretaris PWNU KH Iman Fadhilah, jajaran PCNU Purworejo, MWCNU Loano Purworejo, wali santri, dan para santri, serta keluarga.

 

Kontributor: Atsnal Lathif
Editor: Abdul Muiz