Daerah

Kisah tentang Wabah yang Merenggut 50 Ribu Orang

Sel, 24 Maret 2020 | 22:00 WIB

Bantul, NU Online
Anjuran untuk tidak mengadakan kegiatan atau acara yang melibatkan banyak orang sebagai antisipasi penyebaran wabah Corona, ditanggapi secara cerdas oleh sesepuh NU Pundong, Bantul, Yogyakarta, dengan mengadakan pengajian online.
  
Pengajian yang biasanya digelar di Mushala Dusun Colo, Panjangrejo, yang diisi oleh Kiai Imam Abdurrahman, diganti dengan pengajian online melalui grup Whatsapp, Senin (23/3) malam. Pengajian yang dimulai bakda Isya, berlangsung selama satu jam, diikuti oleh 127 'jamaah online'.
 
Dalam pengajian online-nya, Mbah Imam A​​​bdurrahman, demikian ia akrab disapa, menyampaikan sebuah riwayat yang mengisahkan adanya wabah di Kota Damaskus (Siria) ratusan tahun yang lalu.
 
Dalam riwayat tersebut diceritakan pada suatu masa, muncul segerombolan makhluk Allah berupa wabah penyakit ganas yang hendak memasuki Kota Damaskus. Dalam perjalanan menuju Kota Damaskus, mereka bertemu dengan salah satu Wali Allah. Kemudian, terjadilah percakapan.
 
Waliyullah bertanya, "Mau ke mana kalian?" Wabah menjawab, "Kami diperintah oleh Allah untuk memasuki Damaskus."
 
Waliyullah bertanya lagi, "Berapa lama, dan berapa banyaknya korban?" Wabah itu pun menjawab, dua tahun dengan seribu korban meninggal.
 
Dua tahun kemudian, jumlah korban meninggal ternyata mencapai 50 ribu orang. Ketika Sang Wali bertemu kembali dengan wabah penyakit ini, ia pun bertanya, "Kenapa dalam dua tahun kalian memakan korban 50 ribu orang? Bukannya kalian janji hanya seribu orang meninggal?"
 
Wabah itu pun menjawab, "Kami memang diperintah Allah untuk merenggut seribu korban. Empat puluh sembilan ribu korban lainnya meninggal dikarenakan panik."
 
Karena itu, menurut Mbah Imam Abdurrahman, kepanikan justru melahirkan takdir baru yang sebelumnya belum diseting dalam qadla-Nya.
 
Ia berpesan, dalam menghadapi wabah sepatutnya kita wajib menjaga kesehatan, menjaga diri sendiri, jaga keluarga, dan saling jaga paseduluran dengan sekitar. "Waspada, namun jangan panik," tegasnya.
 
Kontributor: Markaban Anwar
Editor: Kendi Setiawan