Daerah

KMF Jakarta Gelar Haul Ke-6 KH Sahal Mahfudh

Ahad, 19 Januari 2020 | 12:45 WIB

KMF Jakarta Gelar Haul Ke-6 KH Sahal Mahfudh

Ulil Abshar Abdalla (paling kanan) ketika menyampaikan testimoni dalam acara Haul KH Mahfudh Salam dan Haul Ke-6 KH Sahal Mahfudh di Ndalem Pejaten, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (19/1). (Foto: Aflah)

Jakarta, NU Online
Keluarga Mathali’ul Falah (KMF) Jakarta dan Sekitarnya menggelar acara Haul KH Mahfudh Salam dan Haul Ke-6 KH Sahal Mahfudh di Ndalem Pejaten, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (19/1). Pada haul kali ini, panitia mengusung tema Refleksi Perjuangan Intelektual kedua tokoh tersebut. 

Ketua Panitia, Syarif Hidayatullah, mengatakan, acara ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan KMF Jakarta dan Sekitarnya. Selain untuk mendoakan masyayikh Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kajen, Pati, Jawa Tengah, Syarif berharap acara ini menjadi pengingat bagi para santri umumnya dan alumni PIM khususnya untuk terus meneladani kiprah dan peran KH Sahal Mahfudh.

“Juga menggali dan meneruskan gagasan-gagasan intelektual Mbah Sahal,” kata Syarif.
 
Dia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta menyukseskan acara Haul KH Mahfudh Salam dan Haul Ke-6 KH Sahal Mahfudh
 
Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta yang juga alumni PIM, Ulil Abshar Abdalla, dalam testimoninya, menceritakan pengalamannya ketika diajar langsung oleh Kiai Sahal saat dirinya berada di kelas tiga Madrasah Aliyah PIM. 

Ketika itu, lanjutnya, Kiai Sahal mengajar pelajaran Tarikh Tasyri’ dengan menggunakan bahasa Arab dalam setiap penjelasannya. Bagi Ulil, pengajaran Kiai Sahal setara dengan perkuliahan doktoral. Pasalnya, penjelasan dan kata-kata bahasa Arab yang digunakan Kiai Sahal ketika mengajar mencerminkan tidak kalah dengan yang diajarkan dosen di tingkat doktoral.

Sementara itu, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Saiful Umam, menilai bahwa Kiai Sahal adalah orang yang sangat berhati-hati, baik dalam bertutur atau pun bertindak. Pasalnya, Kiai Sahal jarang sekali—bahkan hampir tidak pernah- mengeluarkan statemen di hadapan awak media, baik ketika menjadi Rais Aam PBNU atau pun Ketua Umum MUI. 

Menurut Umam, ada alasan tersendiri mengapa Kiai Sahal irit bicara kepada media dan selalu meminta orang lain untuk menyampaikan putusan-putusan dua ormas tersebut. Dikatakan bahwa kalau seandainya orang lain salah menyampaikan sesuatu kepada media, maka Kiai Sahal lah yang membetulkannya. Namun, kalau seandainya Kiai Sahal yang langsung berbicara ke media dan salah, lalu siapa yang mengoreksinya—mengingat dia adalah pengurus tertinggi di dua ormas tersebut.

“Beliau sangat hati-hati dalam hal itu,” tegas alumni PIM itu. 

Di antara rangkaian acara Haul KH Mahfudh Salam dan Haul Ke-6 KH Sahal Mahfudh adalah hataman bin nadzar (dengan membaca mushaf), hataman bil ghaib (dengan hafalan), tahlil, dan pembacaan manaqib. 

Pewarta: Muchlishon
Editor: Fathoni Ahmad