Daerah

LAZISNU Lasem Revitalisasi Sumur Peninggalan Nyai Ageng Malokah, Kakak Sunan Bonang

Sab, 5 Agustus 2023 | 11:00 WIB

LAZISNU Lasem Revitalisasi Sumur Peninggalan Nyai Ageng Malokah, Kakak Sunan Bonang

Sumur peninggalan Nyai Ageng Malokah dapat digunakan lagi setelah dilakukan revitalisasi oleh LAZISNU Lasem. (Foto: LAZISNU Lasem)

Rembang, NU Online
NU Care-LAZISNU Lasem, Jawa Tengah melakukan revitalisasi sumur peninggalan Nyai Ageng Malokah, kakak dari Sunan Bonang. Pembina NU Care-LAZISNU Lasem, Abdullah Hamid mengatakan revitalisasi dilakukan karena sumur tersebut bagian dari peninggalan sejarah cukup penting berada di Lasem, Rembang Jawa Tengah. Nyai Ageng Malokah sendiri adalah istri Adipati Lasem Wiranegara.


"Sebenarnya ada sembilan situs sumur kuno di kawasan Caruban, Gedongmulyo, Lasem, tapi baru satu yang selesai revitalisasi," ujarnya pada Jumat (4/8/2023) kepada NU Online.

 

Ia menyatakan, kondisi sumur sebelumnya kurang terawat bahkan terancam rusak. Setelah direvitalisasi menjadi layaknya sumur pada umumnya. "Kemudian dikuras sehingga dapat difungsikan kembali untuk bersuci, wudlu dan lain sebagainya, bahkan untuk air suci menjamas pusaka," imbuhnya.

 

Revitalisasi sumur tersebut dimulai Ahad-Kamis, 23 Juli 2023 yang mencapai 99 persen. Bertepatan malam Jumat, sumur dapat dimanfaatkan untuk ritual malam Suro. Sedangkan pada, Selasa (1/8/2023) berlangsung proses finishing revitalisasi sumur.

 

"Tujuan revitalisasi atau dibangun kembali sumur tersebut sebagai upaya melestarikan cagar budaya fisik maupun fungsinya. Fungsinya untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk setempat seperti  wudhu, mandi dan lain sebagainya," ungkap pria pemerhati sejarah Lasem ini.

 

Hamid mengungkapkan, seluruh biaya dari revitalisasi sumur Nyai Ageng Malokah ini berasal dari NU Care-LAZISNU Lasem dan Sambua. "Sambua ini adalah wadah yang saya dirikan di bidang sejarah lokal dan kebudayaan. Sambua juga merupaka anggota Tim Teknis Rencana Aksi Kota Pusaka Lasem Pemkab Rembang," ujarnya.


Sumur merupakan bagian penting  kehidupan masa lalu. Selain itu, Nyai Ageng Malokah adalah tokoh penting bangsa ini dari Lasem yang ikut mewarnai perjalanan Lasem dan Nusantara. "Berdasarkan dokumentasi, Pakubuwono X pada tahun 1938, pernah ziarah ke Makam Nyai Ageng Malokah di Caruban, Gedongmulyo, Lasem. Ini menjadi bukti kharisma seorang Nyai Ageng Malokah," terangnya.


Pada abad ke-15, ketika suaminya wafat, Nyai Ageng Malokah menggantikan sebagai Adipati Lasem. Dahulu, ketika  pusat pemerintahan di Bonang, Lasem, lalu ia pindahkan ke pusat kota Lasem seperti sekarang ini yang menjadi zona kota pusaka. "Adapun Keraton di Bonang ia berikan ke Sunan Bonang, adiknya, menjadi pesantren," ujarnya.


"Bagi yang belum tahu, dulu Kadipaten Lasem wilayahnya dari Sedayu Gresik hingga sebagian Jepara," tegasnya.


Hamid mengatakan bahwa Nyai Ageng Malokah meninggalkan beberapa peninggalan sejarah penting seperti Taman Sitoresmi Caruban, Masjid Tiban, Kasepuhan Bonang yang ditinggalkan untuk Pesantren Sunan Bonang. Di kompleks makam ini (Taman Sitoresmi) terdapat sumur, mushala, saung pengajian.


Saung pengajian ini adalah joglo tetenger tempat Nyai Ageng Malokah memberikan pengajian. Selain itu terdapat juga makam Nyai Ageng Malokah, dan beberapa makam anak-anak putri Sunan Muria yang wafat saat nyantri kepada Nyai Ageng Malokah. 


Kemudian juga terdapat Pantai Kairingan yang pada masanya sangat ramai sebagai pelabuhan besar. Sekarang bergeser menjadi Pantai Caruban sebagai destinasi wisata pantai dan edukasi sejarah Lasem.


"Lasem mempunyai sejarah yang panjang. Pernah menjadi negara bagian Majapahit pada masa Bhree Lasem, kemudian menjadi kerajaan mandiri sampai kemudian menjadi Kadipaten Lasem bagian dari Mataram Islam," ungkap Hamid.