Daerah

Milenial NU Banten Ikuti Pemantapan Aswaja

NU Online  ·  Ahad, 14 April 2019 | 15:45 WIB

Milenial NU Banten Ikuti Pemantapan Aswaja

Makesta pelajar NU di PWNU Banten.

Kota Serang, NU Online
Akhir pekan ini dimanfaatkan dengan baik oleh kader-kader muda NU Banten. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan Masa Kesetiaan Anggota kedua PKPT IPNU-IPPNU Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin (UIN SMH) Banten.

"Tujuan kegiatan ini adalah untuk memahami NU secara utuh dan mendalam, sekaligus sebagai upaya untuk menjauhi paham-paham radikal dan liberal yang kian marak," tutur Ketua Panitia, M Weas Nurkoni.

Melalui tema Menjadikan Generasi Milenial Aswaja Antiradikalisme dan Liberalisme, Nurkoni berharap, semoga ke depan IPNU-IPPNU di Banten lebih maju dan lebih baik dari sebelumnya dari segi kualitas maupun kuantitas.

Acara ini berlangsung sejak tanggal 12-14 April 2019 bertempat di ruang rapat kantor PWNU Banten dan diikuti oleh 31 orang mahasiswa dan mahasiswi UIN SMH Banten.

Topik-topik yang dibahas dalam kegiatan tersebut adalah Ke-IPNU, IPPNU-an, MOK (Menejemen Organisasi Kepemimpinan), Ahlusunnah wal Jama'ah, Teknik Persidangan, ke-NU-an dan lain-lain.

Kiai Sukron Makmun yang diminta untuk menyampaikan materi ke-NU-an, mengutip pesan Hadratussyeikh Hasyim Asy'ari bahwa barang siapa yang berkhidmah untuk NU akan dianggap sebagai  santri atau murid Mbah Hasyim serta didoakan mati dalam keadaan husnul khatimah.

"Pemuda NU harus berwawasan luas dan internasional, karena globalisasi dang era revolusi industri 4.0 tantangannya lebih besar dan global," kata Kiai Sukron Makmun.

Meskipun demikian para pemuda diharapkan agar tetap mengindahkan nilai-nilai kearifan lokal, mengedepankan akhlakul karimah, serta memegang teguh ajaran Ahlusunnah wal Jama'ah Anahdliyah.

"Selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moderasi, toleransi, dan kerukunan, sesuai dengan falsafah Bhinneka Tunggal Ika," tegasnya.

Ia menyebutkan NU adalah ormas Islam yang setia mengawal dan menjaga NKRI. NU tidak hanya menginginkan kaum mudanya cerdas dan sehat, tapi harus pula memiliki konsep kebangsaan yang jelas, sebagaimana para ulama pendiri bangsa.

"Keislaman dan keindonesiaan tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus memiliki hubungan mutualistik. Tidak perlu dipertentangkan satu sama lain. Dalam konsep NU, cinta tanah air adalah bagian dari iman; hubbul wathan min al-iman)," pungkasnya. (Red: Kendi Setiawan)