Daerah

Model Persaudaraan Muslim dengan Non-Muslim Dibangun di Jember

Sab, 16 November 2019 | 11:30 WIB

Model Persaudaraan Muslim dengan Non-Muslim Dibangun di Jember

Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Silo, KH Hodri Ariev (pegang mic) saat menjadi narasumber sarasehan dalam pertemuan santri dan pelajar non Muslim di Jember. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online 
Sejatinya agama, sungguh luhur. Ia menuntun umatnya untuk selalu bersikap lembut, santun dan hidup rukun dengan penganut agama apapun. Namun yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, kekerasan atas nama agama agaknya tak pernah sunyi dari belahan muka bumi ini. Dengan keyakinan yang kokoh mereka melakukan kekerasan terhadap orang atau kelompok lain demi membela agamanya. Meski hanya karena kesalahan yang sepele atau bahkan hanya salah paham yang kebetulan terkait dengan agama, maka kekerasanpun terjadi. Agama seolah menjadi justifikasi untuk melakakukan kekerasan tersebut.
 
Hal itulah yang melatarbelakangi dihelatnya Temu Santri Dari 3 Pondok Pesantren dengan murid-murid SMA Katolik Santo Paulus, Jember, Jawa Timur selama tiga hari ke depan (15-17/11).
 
Ketiga pondok pesantren tersebut adalah Bahrul Ulum, Al-Falah (Kecamatan Silo), dan Darul Muqamah (Gumukmas). Masing-masing pesantren mengirimkan 20 santriwan-santriwati dengan 4 pendamping untuk bersosialisasi dan menjalin keakraban dengan 20 murid SMA Katolik Santo Paulus. Semua kegiatan digelar di aula dan Gedung Olahraga SMA Katolik yang berlokasi di Jalan Trunojoyo Nomor 22C, Jember itu.
 
Menurut ketua panitia, Atan Eka, O Carm, pertemuan tersebut dimaksudkan untuk membangun persaudaran antar umat beragama, khususnya di kalangan pelajar. Diharapkan nanti peserta pertemuan bisa menularkan pengalamannya kepada teman sebayanya dalam menjalin keakraban dan berbaur bersama pelajar non:Muslim. 
 
“Ini saya kira sangat positif, karena kekerasan itu muncul akibat tidak saling mengenal satu sama lain. Antara dua teman yang sudah akrab, apapun yang dikatakannya tidak akan marah. Tapi jika tidak akrab, maka salah sedikit saja, bisa terjadi pertikaian. Maka menjalin keakraban itu penting,” jelasnya, Sabtu (16/11).
 
Selain itu, lanjut Atan, dalam kegiatan tersebut juga diharapkan pelajar non-Muslim dapat mencontoh betapa disiplinnya pelajar Muslim, khususnya dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu.   
 
“Jadi lima waktu itu pasti, dan itu dijalankan dengan sangat disiplin,” ucapnya.
 
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Silo, KH Hodri Ariev menyambut positif kegiatan tersebut. Menurutnya, generasi muda berlainan agama perlu terus didorong untuk lebih sering bertemu dan menjalin keakraban. Dengan sering bersama, katanya, akan menjadi modal penting untuk membangun persaudaraan lintas agama.
 
“Ini perlu diapresiasi, merajut persaudaraan bukan dari wacana tapi aksi nyata. Ini saya kira model untuk membangun persaudaraan yang cukup bagus,” ungkapnya.
 
Selama tiga hari itu, kegiatan pertemuan diisi antara lain dengan sarasehan, kunjungan ke tempat ibadah, dan outbond.  
 
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Syamsul Arifin