Daerah

Pengabdian KH Muhammad Arba'i Zaini di Lampung Timur

Sab, 15 Oktober 2022 | 09:00 WIB

Pengabdian KH Muhammad Arba'i Zaini di Lampung Timur

Pengasuh Pondok Pesantren Miftaahul 'Uluum Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, KH Muhammad Arba'i Zaini (tengah). (Foto: dok istimewa)

Lampung Timur, NU Online

KH Muhammad Arba'i Zaini adalah pengasuh sekaligus pendiri Pondok Pesantren Miftaahul 'Uluum Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Beliau adalah sosok yang 'alim 'allamah, tawadhu', penyabar dan istiqamah. 


Kiprah beliau dalam memberikan pendidikan agama kepada masyarakat dibuktikan dengan berdirinya Pondok Pesantren Miftaahul 'Uluum sebagai media dakwah dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam. 


Sebagai seorang santri jebolan pesantren, mengamalkan ilmu yang telah didapatkan selama lebih dari 20 tahun di pesantren adalah keharusan. Semenjak beliau keluar dari pesantren beliau telah merintis pengabdiannya di tanah Jawa dengan mendirikan pesantren yang akhirnya diteruskan oleh adiknya karena beliau harus berhijrah ke Lampung. 


Semenjak beliau berada di Lampung, pengabdiannya dilanjutkan dengan mendirikan Pondok Pesantren Miftaahul 'Uluum yang berciri khas Nahwu dan Shorof. Hal ini disebabkan karena beliau merupakan alumni Pondok Pesantren Miftaahul 'Uluum lirap Kebumen Jawa Tengah dan beberapa pondok pesantren lain yang memiliki fokus pendalaman dalam hal ilmu Nahwu dan Shorof. 


Sejatinya ada banyak hal yang dapat kita teladani dari beliau. Berdasarkan kisah para santri dan masyarakat sekitar, beliau dikenal sangat penyabar karena beliau tidak pernah sekalipun memarahi santrinya. Hal ini menunjukkan kasih sayang yang dimiliki oleh KH Muhammad Arba'i Zaini kepada para santrinya sangatlah luas. 

 

Pengabdiannya dalam urusan agama tidak hanya ditopang oleh pemahaman beliau dalam hal ilmu agama, namun juga sikap mental yang luar biasa dalam menghadapi santri-santrinya yang beragam karakternya. Hal ini tentu mengajarkan kepada kita bahwa mengajarkan ilmu kepada orang lain tidak cukup hanya dengan modal kepintaran semata, namun juga harus diimbangi dengan tindakan batin berupa kesabaran yang menggambarkan keuletan dan ketangguhan.


Selain itu, beliau juga terkenal sangat istiqamah. Hal ini dibuktikan dengan tidak pernah absennya beliau dalam memberikan pembelajaran kepada santrinya dalam kondisi apapun. Bahkan, meskipun beliau terbaring lemah di tempat tidur karena sakit parah, beliau masih tetap mengajarkan ilmu agama kepada para santrinya melalui metode sorogan dan bandungan.


Apa yang telah dilakukan KH Muhammad Arba'i Zaini menunjukkan bahwa beliau benar-benar sosok yang layak untuk diteladani dalam hal kesungguhan berjuang di jalan Allah Subhanahu wa ta'ala. Beliau mengajarkan kepada kita bahwa sesungguhnya tidak ada alasan apapun untuk tidak belajar atau mencari ilmu dengan sungguh-sungguh. 


Selain itu, keistiqamahan yang beliau lakukan juga mengajarkan kepada kita bahwa mencari ilmu bukan tentang siapa yang cerdas, namun lebih kepada siapa yang berlanjut. Pada sisi yang lain keistiqamahan ini memberikan gambaran bahwa berbuat baik kepada orang lain dengan cara mengajar tidak boleh hanya dilakukan sekali dua kali saja, atau dalam kondisi senang saja. Namun, dalam kondisi apa pun perbuatan baik itu harus tetap dilakukan.


KH  Muhammad Arba'i Zaini juga dikenal sebagai sosok yang sangat tawadhu. Meskipun ilmu beliau sangat luas dan tinggi namun beliau tetap bersahaja kepada masyarakat sekitar. Beliau bukanlah sosok yang angkuh dan sombong baik dari segi ucapan pakaian ataupun perbuatannya. 

 

Beliau juga tidak pernah membeda-bedakan tamu yang datang ke rumahnya. Sebagai seorang petani beliau juga pergi ke ladang dengan pakaian yang sederhana sebagaimana layaknya seorang petani. Banyak orang yang tidak mengenalnya ketika beliau menaiki sepedanya untuk pergi ke ladang.

 

Ketawadhuan yang beliau lakukan mengajarkan kepada kita bahwa esensi dari nilai seseorang tidak terletak pada penghormatan dan kekaguman manusia, melainkan lebih kepada peran fungsi kita dalam menebar kebermanfaatan kepada umat atau orang lain. Selain itu ketawadhuan juga merupakan peredam sikap sombong yang sangat dibenci oleh Allah swt.


Kontributor: Nur Kholis
Editor: Kendi Setiawan