Daerah

Santri Harus Bisa Ambil Teladan dari Almaghfurlah Kiai Maimoen

Rab, 7 Agustus 2019 | 01:00 WIB

Santri Harus Bisa Ambil Teladan dari Almaghfurlah Kiai Maimoen

KH Maimoen Zubair.

Pasuruan, NU Online
Dewan Pakar Dunia Santri Community, Shohibul Hujjah menyampaikan duka cita amat dalam atas wafatnya ulama besar Indonesia, KH Maimoen Zubair. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Jawa Tengah yang akrab disapa Mbah Maimoen itu wafat saat menjalankan ibadah haji di tanah suci Makkah.
 
“Kiai Maimoen adalah satu-satunya ulama yang menjadi rujukan ulama di Indonesia, khususnya dalam bidang ilmu fiqih. Tentu sebagai santri kita harus bisa meneladani apa yang sudah menjadi uswatun hasanah beliau,” kata Shohibul Hujjah, Rabu (7/8).
 
Menurut kader muda NU yang aktif sebagai bendahara di Pengurus Cabang (PC) Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kota Pasuruan, Jawa Timur ini, Mbah Maimoen merupakan sosok ulama yang sangat moderat dan dekat dengan siapa saja. 
 
“Yakni, mulai dari santri, ulama, masyarakat hingga birokrat,” ujar Gus Shohib, sapaan akrabnya.
 
Menurutnya, sosok Kiai Maimoen adalah seorang ulama yang bersahaja, santun, dan mudah bergaul dengan siapa saja. Bahkan, setiap nasihatnya selalu melekat pada diri santri maupun masyarakat. 
 
“Selain itu, kesahajaan beliau dalam berdakwah juga patutlah kita contoh,” ungkap Sekretaris Yayasan Raudhatul Mustariyah Kota Pasuruan tersebut.
 
Seperti dikabarkan sebelumnya, Mbah Moen dikabarkan wafat di Rumah Sakit An-Noor Saudi Arabia, Selasa (6/8) pukul 04.17 waktu setempat. Ulama kelahiran 28 Oktober 1928 itu wafat pada usia menjelang 91 tahun. Kabar meninggalnya Mbah Moen ini langsung ramai di media sosial. Bahkan, sempat menjadi trending topik di twitter. (Moh Kholidun/Ibnu Nawawi)