Internasional

AS hingga Israel Berlomba Kembangkan Vaksin Virus Corona

Sel, 17 Maret 2020 | 15:45 WIB

Jakarta, NU Online
Sejak mulai merebak akhir tahun lalu di Kota Wuhan, China hingga sekarang, virus corona (Covid-19) sudah menyebar di 162 negara dan wilayah di seluruh dunia. Per Selasa (17/3) malam, ada 187.332 kasus virus corona di seluruh dunia, di mana 7.477 kasus berakhir dengan kematian dan 80.843 lainnya pulih kembali.

Naasnya, hingga hari ini belum ada vaksin untuk melawan virus corona. Namun demikian, ada beberapa pihak yang sedang mengembangkan vaksin virus corona. Berikut beberapa pihak yang berlomba-lomba melakukan penelitian untuk menemukan vaksin Covid-19.

Pertama, Amerika Serikat (AS). Salah seorang pejabat kesehatan AS mengaku, pihaknya siap menguji vaksin virus corona kepada manusia untuk pertama kalinya. Meski demikian, seperti diberitakan AFP, Senin (16/3), para ahli menyebut bahwa butuh waktu 1 hingga 1,5 tahun untuk membuktikan vaksin tersebut benar-benar aman untuk manusia dan beredar luas di pasaran.

Vaksin tersebut diberi nama mRNA-1273 dan dikembangkan oleh para ilmuwan  di Nasional Institute of Health (NIH) AS dan para kolaborator dari perusahaan bioteknologi Moderna di Cambridge, Massachusetts. 

“Uji coba label terbuka akan melibatkan 45 relawan dewasa yang sehat, yang berusia 18 hingga 55 tahun, selama kurang lebih 6 pekan," demikian kata NIH dalam pernyataannya. 

Disebutkan, pada percobaan pertama ini akan dilihat efek samping dari dosis yang berbeda ketika disuntikkan di lengan relawan. Dampak yang mungkin dialami relawan di antaranya nyeri atau demam. 

Uji coba ini didanai oleh Koalisi untuk Kesiapsiagaan Epidemi Inovasi (CEPI) yang bermarkas di Oslo, Norwegia.

Kedua, Jerman. Sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di Thuringia, Jerman, CureVac, juga tengah bekerja keras menemukan vaksin virus corona. Seperti diberitakan media asal Jerman, Der Spiegel, saat ini proses pengerjaan vaksin sudah mendekati uji klinis. 

Atas hal itu, ada rumor bahwa Presiden AS Donald Trump siap menggelontorkan dana besar untuk mendapatkan akses penelitian dari CureVac. Trump juga ingin agar vaksin tersebut dibuat untuk AS saja.

Pemilik CureVac, Dietmar Hopp, menolak mentah-mentah permintaan Trump tersebut. Dia menegaskan bahwa vaksin bukan diperuntuk kanuntuk satu orang atau negara saja, tetapi untuk orang di seluruh dunia yang membutuhkan. Langkah Hopp itu diapresiasi Menteri Ekonomi Jerman, Peter Altmaier. Meski demikian, AS membantah tuduhan yang menyebut pihaknya akan memonopoli hak paten atas vaksin virus corona.

CureVac mengklaim sebagai perusahaan bioteknologi spesialis dalam pengembangan obat kanker, penyakit langka—termasuk vaksin profilaksis, dan terapi berbasis antibodi.

Ketiga, Israel. Para ilmuwan di Institut Penelitian Biologi Israel dilaporkan berhasil mengembangkan vaksin virus corona. Mereka diharapkan mengumumkan hal itu dalam beberapa hari ke depan.
 
Mereka memiliki terobosan signifikan dalam memahami kualitas virus corona dan mekanisme biologi. Mereka juga mampu melakukan diagnostik yang lebih baik. Mulai dari produksi antibodi bagi mereka yang terpapar virus hingga mengembangkan vaksi virus. 

Dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk serangkaian tes dan eksperimen dalam proses pengembangan vaksin virus corona, sebelum akhirnya vaksin dianggap efektif atau aman untuk digunakan. 
 
Menurut keterangan Kementerian Pertahanan Israel, seperti diberitakan Haarets, Ahad (15/3), ada lebih dari 50 ilmuwan berpengalaman yang ikut serta dalam proyek penelitian dan pengembangan vaksin virus corona di Institut Penelitian Biologi Israel. Untuk itu, mereka ditunjang dengan infrastruktur yang bagus.

Dilaporkan, lima pengiriman sampel virus dari Jepang, Italia, dan negara lainnya tiba di Israel tiga pekan lalu. Mereka langsung diamankan ke Institut Penelitian Biologi yang bermarkas di pusat kota Israel Nes Tziona. Sampel-sampel itu kemudian dibekukan hingga minus 80 derajat Celcius untuk kemudian diteliti. 

Di samping itu, sebuah perusahaan yang berbasis di AS, Gilead Science, juga mengembangkan sebuah pengobatan antivirus yang dikenal dengan remdesivir. Saat ini, pengobatan itu sudah pada tahap akhir uji klinis di Asia. 

Para dokter di China menyebut, obat itu efektif melawan virus corona. Meski demikian, perlu dilakukan uji coba secara acak untuk mengetahui apakah obat itu benar-benar efektif atau pasien bisa sembuh tanpa itu. 
 
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF), Prof dr Chairul Anwar Nidom mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan vaksin virus corona dengan teknologi Knock Out (KO). Dijelaskan, vaksin tersebut merupakan vaksin flu yang diberi partikel virus corona.

“Sehingga vaksin ini sekali suntik, bisa untuk vaksin flu dan Covid-19,” katanya, Selasa (17/3), seperti dikutip NU Online dari detikcom. 

Pewarta: Muchlishon 
Editor: Fathoni Ahmad