Internasional

Haji Minimalis, Tercepat, dan Paling Berisiko itu Telah Usai

Sen, 3 Agustus 2020 | 04:20 WIB

Haji Minimalis, Tercepat, dan Paling Berisiko itu Telah Usai

Suasana jamaah Haji saat thawaf (Foto: Haramain)

Jakarta, NU Online
Tahun 2020 menjadi musim pelaksanaan ibadah haji yang benar-benar beda dari biasanya. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih mewabah di seluruh penjuru dunia, Kerajaan Arab Saudi memutuskan untuk tetap menggelar ritual ibadah haji. Keputusan ini diambil dengan memberlakukan kebijakan ketat terkait protokol kesehatan yang harus diikuti oleh para jamaah.


Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel menyebut ibadah haji tahun ini sebagai ibadah haji minimalis, tercepat dan paling berisiko. Disebut minimalis lantaran hanya diikuti oleh tidak lebih dari 1000 jamaah yang terdiri dari 70% ekspatriat dan 30% warga Arab Saudi. Warga Arab Saudi pun diutamakan untuk para petugas keamanan dan kesehatan. Untuk Warga Negara Indonesia hanya terjaring 13 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 3 perempuan.

Foto: saat jamaah memasuki Masjidil Haram (Haramain)

 

Disebut tercepat karena rangkaian pelaksanaan ibadah haji tahun ini hanya dilakukan dalam kurun waktu 5 hari mulai 29 Juli-2 Agustus 2020. Dan paling berisiko karena jamaah yang melaksanakan ibadah berjamaah ini berada di bawah bayang-bayang virus Corona yang dapat menginveksi para jamaah sewaktu-waktu.


Protokol kesehatan memang menjadi perhatian utama ibadah haji yang seluruh pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah Arab Saudi ini. Mulai dari proses pendaftaran yang mensyaratkan para jamaah yang ikut seleksi harus dinyatakan bebas Covid-19 dari berbagai pihak. Selain itu jamaah juga disyaratkan belum pernah melaksanakan ibadah haji dan berumur 20-50 tahun.


Setelah pengumuman seleksi, para jamaah haji harus melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing. Mereka dibekali gelang GPS yang memantau posisi jamaah selama karantina. Jika jamaah haji terdeteksi keluar rumah atau tidak mematuhi segala ketentuan yang diberikan, maka konsekuensinya, mereka didiskualifikasi dari keikutsertaan sebagai jamaah haji.


Setelah jadwal waktunya tiba, mereka diterbangkan dari berbagai provinsi di Arab Saudi menggunakan pesawat khusus dan langsung menempati hotel. Peraturan super ketat terus diberlakukan dengan menempatkan satu jamaah berada dalam satu kamar hotel. Jamaah dilarang keluar kamar hotel sementara kebutuhan konsumsi akan dihantar ke kamar oleh petugas.

Foto: saat jamaah berada dalam bus (Haramain)


Kesehatan jamaah terus dipantau oleh tenaga medis dengan pengecekan melalui swab test. Pemerintah Arab Saudi sudah menyediakan Rumah Sakit Al Wadi sebagai Rumah Sakit Khusus Haji tahun ini. Disediakan 1.456 tempat tidur termasuk di antaranya 272 unit untuk perawatan intensif, 331 untuk isolasi, dan lebih dari 200 bagian darurat.


Fasilitas lain di antaranya pusat kesehatan khusus No. 29 di Arafah, tiga klinik kesehatan di titik-titik lokasi penginapan jamaah, 6 unit ambulans, Rumah Sakit Lapangan, dan tenaga medis yang memiliki mobilitas tinggi mengawal para jamaah.


Untuk memaksimalkan pengawasan, jamaah dikelompokkan dalam regu yang terdiri dari 20 jamaah setiap regunya. Selama perjalanan, mereka diwajibkan mematuhi protokol kesehatan dan mengikuti arahan panitia seperti mengenakan masker dan berjalan sesuai tanda yang di berikan.


Pelaksanaan Haji
Perjalanan awal jamaah dimulai dari pengambilan miqat yang mengambil lokasi di sebelah timur Masjidil Haram. Tempat miqat ini biasanya jarang digunakan oleh jamaah haji karena lokasi yang berada di pegunungan. Para jamaah dibawa ke miqat bernama Al Sail Al Kabir atau Miqat Qarn al Manazil ini pada 29 Juli 2020.


Di tempat miqat pun, jamaah tidak turun dari bus. Mereka hanya dibawa memutar di lokasi dengan posisi jamaah masih berada di dalam bus. Mengambil miqat adalah sebuah keharusan dalam mengawali ibadah haji, karena siapa saja yang akan berhaji atau berumrah harus keluar Kota Makkah terlebih dahulu.


Setelah mengambil miqat, para jamaah menuju Masjidil Haram untuk melakukan Thawaf Qudum yakni tawaf pertama yang dilakukan ketika tiba di Makkah. Saat melakukan thawaf, jamaah harus mengikuti tanda garis yang sudah dibuat di sekeliling Ka’bah. Penerapan physical distancing (jaga jarak) sangat ketat diberlakukan oleh panitia. Koordinator regu dan tenaga kesehatan juga terus mengawal dan mengarahkan para jamaah.

Foto:  pengawalan jamaah oleh koordinator regu (Haramain)


Siang harinya pada hari yang sama, jamaah dibawa menuju Tower Mina untuk melakukan ibadah Tarwiyah yakni berdiam di Mina pada 8 Dzulhijjah sebelum menuju Arafah pada 9 Dzulhijjah.


Puncak haji pun tiba. Pada 9 Dzulhijjah (30 Juli 2020), para jamaah berkumpul di Masjid Al-Nimra (Namirah) untuk melaksanakan wukuf sekaligus mendengarkan khutbah wukuf. Di dalam masjid, panitia sudah menyediakan tempat dengan tanda-tanda khusus untuk jaga jarak. Berbagai sarana pendukung protokol kesehatan disiapkan seperti hand sanitizer di berbagai titik lokasi.


Jamah juga sudah disiapkan tenda-tenda khusus yang sangat nyaman dengan konsumsi yang sangat dijaga oleh panitia. Saat wukuf, jamaah dipersilahkan naik ke Jabal Rahmah, tempat yang paling identik dengan padang Arafah. Hanya jamaah dan para petugas yang diperbolehkan masuk ke lokasi ini dan situs-situs haji lainnya. Jika ada orang di luar jamaah yang masuk dan mengikuti prosesi haji di luar ketentuan kerajaan Arab Saudi, mereka akan dikenakan sanksi berupa denda yang cukup besar.

Foto:  suasana dalam tenda wukuf (Haramain)


Berdasarkan keterangan yang dilansir Saudi Press Agency, selama pelaksanaan haji ini , Pemerintah Arab Saudi telah menahan sedikitnya 2.050 orang yang ikut ibadah haji secara ilegal. Mereka ditangkap setelah memasuki tempat-tempat ritual haji seperti Masjidil Haram dan Padang Arafah. Mereka mendapat denda sebesar 10 ribu riyal atau sekitar Rp39 juta dan atau mendapatkan hukuman penjara.


Setelah melakukan wukuf di Arafah, para jamaah haji bergeser ke Muzdalifah untuk melaksanakan mabit (menginap malam hari) sekaligus mempersiapkan batu kerikil yang akan digunakan untuk melempar jumrah keesokan harinya. Muzdalifah sendiri adalah daerah tanah lapang yang berjarak sekitar 7 kilometer dari Kota Makkah. Di sini jamaah tidur di tanah lapang beratapkan langit beralaskan bumi.


Pada pagi harinya (10 Dzulhijjah 1441 H/ 31 Juli 2020) bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, para jamaah menuju jamarat (tempat melempar jumrah). Ibadah ini dilakukan pada pukul 6 pagi dengan melempar jumrah Aqabah yang merupakan satu dari tiga jumrah yang dilempar. Pada hari itu para jamaah melempar jumrah Aqabah, jumrah yang paling dekat dari arah Makkah.


Jika biasanya jutaaan jamaah berdesak-desakkan saat melempar jumrah, pada kali ini pelaksanaannya sangat tertib. Panitia sudah menyiapkan tanda khusus bergambar tapak kaki yang akan menjadi titik tempat lempar jumrah. Saat memasuki lokasi jamarat, jamaah pun berbaris dengan rapih sambil menyiapkan 7 buah batu yang akan dilemparkan.

Foto:  suasana lempar jumrah (Haramain)


Setelah itu, jamaah langsung bergeser ke Masjidil Haram untuk melaksanakan Thawaf Ifadhah yakni Thawaf yang menjadi rukun haji dan harus dikerjakan oleh jamaah. Kembali jamaah melaksanakan thawaf seperti saat mereka melaksanakan thawaf Qudum dilanjutkan dengan sa’i. Untuk menjaga Masjidil Haram tetap steril dari virus Corona, pihak masjid pun langsung melakukan seterilisasi setelah jamaah melakukan thawaf Ifadhah dan sai. Setiap harinya tercatat 10 kali masjid suci umat Islam ini dibersihkan selama pandemi Covid-19.


Pada hari itu juga, jamah kembali ke Mina untuk mabit. Jamaah berada di Mina selama dua hari yakni tanggal 1-2 Agustus 2020 (11-12 Dzulhijjah 1441 H) untuk melaksanakan lanjutan lempar jumrah ula, wustha dan aqabah. Mereka mengambil waktu dua hari yang dalam istilah haji biasanya disebut sebagai nafar awal.


Tepat pada 2 Agustus 2020 pukul 16.00 Waktu Arab Saudi, jamaah menuju ke Masjidil Haram untuk menyelesaikan rangkaian ibadah haji dengan melakukan thawaf Wadha. Ibadah ini merupakan wajib haji yang merupakan simbol perpisahan sebelum meninggalkan Kota Suci Makkah yang menutup rangkaian ibadah haji.

Foto:  suasana  sai (Haramain)


Di tengah wabah virus Corona di Arab Saudi yang tercatat sudah menginveksi 235.658 orang sampai dengan 31 Juli 2020, dilaporkan tidak ada jamaah yang terjangkit Covid-19.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin