Internasional

Kisah Di Balik Emoji Semangka Jadi Lambang Dukungan Untuk Palestina

Kam, 2 November 2023 | 11:00 WIB

Kisah Di Balik Emoji Semangka Jadi Lambang Dukungan Untuk Palestina

Sebuah minibus bergambarkan semangka sebagai dukungan untuk Palestina. (Foto: X @zazim_org_il)

Jakarta, NU Online

Unggahan foto dan berita tentang Palestina di media sosial semakin ramai dengan komentar emoji semangka setelah Israel menghujani kamp pengungsi Jabalia dengan bom pada Senin (31/10/2023).


Maraknya penggunaan emoji semangka ini bukan tanpa sebab. Warna merah, putih, hitam, dan hijau pada semangka identik mencerminkan warna bendera Palestina. Melansir dari Al-Jazeera, setelah perang 6 hari pada tahun 1967, ketika Israel menguasai Tepi Barat, Jalur Gaza dan menduduki wilayah Yerusalem Timur, pemerintah Israel melarang bendera Palestina di wilayah pendudukan. Oleh karena itu, semangka digunakan sebagai simbol perlawanan atas penindasan yang dilakukan Israel terhadap identitas dan bendera Palestina.


Meski saat itu bendera tidak selalu dilarang oleh undang-undang, semangka dianggap sebagai simbol perlawanan. Gambar buah ini akhirnya muncul dalam karya seni, kemeja, grafiti, dan poster.


Dikutip dari The National, pada tahun 1980 tentara Israel menutup 79 galeri yang sedang memamerkan karya seniman Sliman Mansour, Nabil Anani, dan Issam Badr karena karya-karya tersebut dianggap mengandung unsur politis dan warna bendera Palestina.


Badr mengkonfrontasi pernyataan tentara Israel dengan sebuah pertanyaan, "Bagaimana jika kami menggambar sebuah semangka?" yang kemudian dijawab tentara Israel, "tentu itu juga akan disita." Pada akhirnya, pameran hanya berlangsung selama tiga jam sebelum akhirnya tentara Israel menurunkan semua karya dan mengunci area pameran di 79 galeri tersebut.


Dua minggu kemudian, ketiga seniman tersebut didatangi oleh tentara Israel yang memperingatkan mereka harus berhenti membuat karya seni dengan unsur politik dan mulai menggambar bunga saja. Namun, jika lukisan bunga tersebut diwarnai dengan warna merah, putih, hitam, dan hijau seperti bendera Palestina, tentu akan disita.


Larangan penggunaan bendera Palestina kemudian dicabut pada tahun 1993 seiring dengan adanya Perjanjian Oslo (Oslo Accord) untuk perdamaian Israel dan Palestina yang ditandatangani oleh PM Israel Yitzhak Rabin dan Ketua PLO (Palestine Liberation Organization) Yasser Arafat dan disaksikan oleh Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, sebagaimana dilansir Britannica. Namun, perjanjian perdamaian ini banyak dilanggar pada tahun 1996 seiring dengan taktik Netanyahu mempercepat pemilu Israel untuk menjegal upaya kemerdekaan Palestina.


Kendati Sliman Mansour tidak menggerakkan seniman lain perihal karya lukisan, cerita tentang semangka ternyata menginspirasi seniman lainnya di tahun-tahun berikutnya.


Salah satunya, Khaled Hourani. Ia melukis sepotong semangka untuk proyek bertajuk "Subjective Atlas of Palestine" pada tahun 2007. Ia menggambar buah itu setelah mendengar cerita versi Sliman Mansour. Proyek ini dipamerkan di negara-negara seperti Skotlandia, Prancis, Jordania, dan Mesir. Setelah itu, seniman-seniman lainnya menyusul langkah Hourani untuk membuat karya semangka lainnya.


Belakangan ini, penggunaan bendera Palestina kembali mendapat kecaman. Pada Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, menginstruksikan polisi untuk menyita bendera Palestina dari tempat umum. Kemudian pada bulan Juni dibuat rancangan undang-undang yang melarang penggunaan bendera di lembaga-lembaga yang didanai negara, yang menurut laporan media Israel Haaretz telah mendapat persetujuan awal dari Knesset (parlemen Israel).


Sebagai tanggapan atas rancangan undang-undang tersebur, Zazim, sebuah organisasi perdamaian akar rumput Arab-Israel, memasang bendera Palestina – dalam bentuk semangka – di sekitar selusin layanan taksi Tel Aviv. Amal Saad adalah warga Palestina dari Haifa yang mengorganisir kampanye semangka Zazim. "Jika Anda ingin menghentikan kami, kami akan menemukan cara lain untuk mengekspresikan diri," kata Amal.


Menargetkan seniman dan karya dalam kecaman adalah salah satu taktik yang digunakan oleh penjajah Israel untuk menghapus identitas rakyat Palestina.


Sliman Manshour mengatakan, "mereka (Israel) menginginkan orang Palestina menjadi orang tanpa kebudayaan dan sejarah. Sebagian orang bahkan menolak mengakui eksistensi rakyat Palestina. Kesenian menjadi senjata untuk melawan hal tersebut."


Media sosial mempunyai kekuatan yang besar untuk menyuarakan hak-hak kemerdekaan Palestina. Sejarah panjang semangka ini, akhirnya banyak diketahui oleh orang-orang dan membuat mereka aktif menunjukkan dukungannya dengn menggunakan emoji semangka.
 

“Salurkan bantuan Anda untuk Palestina melalui NU CARE LAZISNU. Klik di sini.”