Internasional

Peringati Harlah, IPNU-IPPNU Korea Selatan Gelar Khotmil Qur’an dan Pengajian

Jum, 17 Februari 2023 | 11:00 WIB

Peringati Harlah, IPNU-IPPNU Korea Selatan Gelar Khotmil Qur’an dan Pengajian

Ilustrasi. Kader IPNU-IPPNU Korea Selatan membentangkan bendera di Kota Ansan, Korsel yang diunggah pada Ahad (4/4/2021). (Foto: Instagram/@ipnuippnu_korea)

Jakarta, NU Online
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Korea Selatan menggelar khotmil qur’an dan pengajian sebagai kegiatan menyambut hari lahir (harlah) IPNU dan IPPNU. Acara tersebut sekaligus juga memperingati harlah 1 Abad NU.

 

“Momentum 1 abad NU kali ini juga mengiringi akan datangnya hari lahir IPNU yang ke-69 dan IPPNU yang ke-68. Kami IPNU-IPPNU Korea Selatan akan melaksanakan kegiatan Khotmil Qur’an dalam rangka memperingati 1 abad NU dan menyongsong harlah IPNU (69) IPPNU (68),” demikian bunyi pernyataan IPNU dan IPPNU Korea Selatan melalui akun Instagramnya, Jumat (17/2/2023).

 

IPNU dan IPPNU sebagai badan otonom (Banom) yang juga sarana untuk melaksanakan berbagai peran dan kewenangan NU dalam proses kaderisasi di kalangan pelajar akan menghadirkan beberapa narasumber dalam kegiatannya.

 

Adapun narasumber tersebut adalah Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Korea Selatan, Syihab Ahmad Mufti dan Ketua PCINU Korea Selatan Mohammad Habibi. Acara juga akan dimeriahkan oleh Grup Rebana Al-Kautsar Noksan.

 

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada Ahad, 19 Februari 2023 pukul 10.00 WIB atau 11.00 KST. Acara dipusatkan di lokasi Sekretariat Majelis Wakil Cabang (MWC) Gimhae.

 

Sejarah singkat IPNU
Mengutip NU Pedia, Pada 24 Februari 1954, sebuah organisasi bernama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) didirikan di Semarang. IPNU merupakan badan otonom NU untuk kalangan pelajar dan santri. Kelahirannya didahului dengan tumbuhnya organisasi-organisasi yang bersifat lokal.

 

Pada 11 Oktober 1936, putra-putra warga NU di Surabaya mendirikan perkumpulan bernama Tsamortul Mustafidin. Sebuah perkumpulan bernama Persatuan Santri NO (Persano) didirikan pada tahun 1939 di kota yang sama. Bersamaan dengan itu berdirilah Perkumpulan yang bernama Persatoean Anak Moerid NO (PAMNO) dan Persatuan Moerid 1945 NO di Malang pada tahun 1941.

 

Hal yang sama juga terjadi di Sumbawa ketika Ijtimaul Tolabah NO (ITNO) dibentuk pada 1946 dan memiliki tim sepak bola bernama Ikatan Sepak Bola Peladjar NO (ISPNO). Sedangkan di Madura pada 1945 didirikan sebuah perkumpulan bernama Syubbanui Muslimin.

 

Gagasan membentuk wadah tunggal di tingkat nasional kemudian disampaikan pada Konferensi Besar LP Ma’arif NU pada Februari 1954 di Semarang. Pendukung gagasan tersebut adalah para pelajar dari Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang yaitu M Softan Kholil, Mustahal, Ahmad Masyhud, dan Abdulgani Farida M. Uda.

 

Akhirnya, pada 20 Jumadil Akhir 1373 H/24 Februari 1954 M, Konferensi Besar menyetujui pembentukan Ikatan Peladjar Nadhlatul Ulama (IPNU) dan mengangkat Mohammad Tolchah Mansoer yang saat itu tidak hadir sebagai Ketua Pimpinan Pusat.

 

Sejarah singkat IPPNU
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah badan otonom Nahdlatul Ulama untuk kelompok pelajar putri. Organisasi ini didirikan pada tanggal 2 Maret 1953 di Malang, Jawa Timur. Awalnya, IPPNU didirikan untuk melakukan pembinaan dan pengkaderan terhadap remaja putri NU yang duduk di bangku sekolah madrasah tingkat menengah dan tingkat atas serta santri putri yang sederajat dengan sekolah tersebut.

 

Pada tahun 1988, organisasi itu berubah menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Alhasil cita-cita organisasi IPPNU tidak lagi terbatas pada pelajar putri melainkan semua putri NU.  Namun, perubahan akronim ini selanjutnya telah disalah artikan sebagai gerakan bebas yang bias merembet pada politik praktis.

 

Pada tahun 2003, IPPNU kembali ke khittah untuk mempertahankan cita-cita awalnya, yaitu pelajar putri dengan mengubah kembali kepanjangannya menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Namun, interpretasi pelajar di tahun 2003 berbeda dengan pelajar putri yang dimaksudkan pada tahun 1955. Pelajar putri yang dikandung pada tahun 2003 diartikan sebagai sebuah komunitas generasi muda yang mengawal visi intelekual kepelajaran yang memiliki fase usia antara 12-30 tahun.

 

Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi