Internasional

Ragam Tradisi Tarawih di Masjid-Masjid Australia

Sab, 30 Maret 2024 | 14:30 WIB

Ragam Tradisi Tarawih di Masjid-Masjid Australia

Masjid Lakemba di Sydney, New South Wales, Australia. (Foto: dok istimewa/Emil Idad)

Sydney, NU Online

Bulan Ramadhan merupakan momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali di Australia. Di negeri Kanguru ini, terdapat berbagai masjid yang menjadi pusat ibadah dan kegiatan komunitas Muslim selama bulan suci.


Selain sebagai tempat ibadah, masjid di Australia memegang peran penting dalam mendukung kebutuhan dan kegiatan masyarakat Muslim. Masjid menjadi pusat kegiatan masyarakat yang beragam, seperti pengajian keluarga, kajian kelompok, dan pengajian umum. Khususnya ibadah dalam bulan Ramadhan.


“Dengan izin dari pengurus masjid, berbagai kelompok Muslim dapat menggunakan fasilitas masjid untuk kegiatan tersebut, termasuk kelompok-kelompok Indonesia. Peran masjid semakin penting dalam membantu Muslim di Australia untuk beradaptasi dengan kehidupan di negara multikultural ini,” ucap Emil Idad, Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand.


Masjid tidak hanya menjadi tempat untuk kegiatan keagamaan, tetapi juga menjadi pusat kegiatan kemasyarakatan. Mereka memberikan layanan yang menyeluruh bagi masyarakat Muslim, termasuk dalam acara-acara yang tidak terkait langsung dengan keagamaan.


Masjid Lakemba

Masjid Lakemba, juga dikenal sebagai Masjid Ali Bin Abi Thalib, merupakan salah satu masjid yang populer di kalangan umat Islam, terutama di wilayah Sydney, New South Wales. Masjid ini mengikuti mazhab Hanafi, dengan jumlah rakaat salat sebanyak 8, ditambah 3 rakaat witir, sehingga total menjadi 11 rakaat.


“Masjid ini didirikan pada awal tahun 1970-an, tepatnya sekitar tahun 1974 atau awal 1975, dan telah menjadi pusat ibadah yang sangat dihormati sejak itu. Keistimewaan Masjid Lakemba terletak pada kebijakan terbuka dan inklusifnya terhadap seluruh komunitas Muslim, tanpa memandang asal usul atau latar belakang mereka,” tutur Emil.


Masjid Gallipoli Auburn

Masjid Gallipoli Auburn, atau yang dikenal sebagai Auburn Mosque, merupakan pusat ibadah yang berbasis pada masyarakat Turki di daerah Aubert New Southville.

 

Di masjid ini, tradisi tarawih dilaksanakan dengan total 23 rakaat, terdiri dari 20 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir. Namun, perlu dicatat bahwa dalam pelaksanaannya di masjid ini, tarawih diadakan dalam empat rakaat.


“Setelah menyelesaikan empat rakaat, jemaah kemudian melanjutkan dengan sesi berikutnya yang juga terdiri dari empat rakaat, dan begitu seterusnya hingga mencapai total 20 rakaat tarawih. Kemudian, setelah selesai, dilanjutkan dengan 3 rakaat witir, ” terang Emil.


Masjid Omar Auburn

Masjid Omar di Auburn, juga dikenal di kalangan Nahdlatul Ulama, mengadakan ibadah tarawih dengan format yang sedikit berbeda. Mereka melaksanakan tarawih dengan pola dua rakaat, diikuti dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, dan diakhiri dengan tiga rakaat untuk witir. Masjid ini menjadi pusat ibadah dan kegiatan komunitas bagi umat Islam di wilayah Auburn.


Masjid Daar Ibn Abbas

Masjid Daar Ibn Abbas, yang juga dikenal sebagai Condell Park Mosque di New South Wales, merupakan pusat ibadah yang cukup populer di komunitas. Salah satu keistimewaan utamanya adalah fokus pada pendidikan tahfiz Al-Qur'an.


“Sekolah tahfiz di masjid ini terkenal karena menghasilkan imam-imam yang hafiz Al-Qur'an, yang menguasai hafalan Al-Qur'an secara penuh,” tambah Emil.


Selain itu, Masjid Daar Ibn Abbas juga terkenal dengan tradisi panjangnya dalam pelaksanaan salat tarawih. Mereka melaksanakan tarawih dengan total 23 rakaat, terdiri dari 20 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir. Setiap rakaat tarawih memiliki bacaan surah yang cukup panjang, kira-kira empat hingga lima halaman, sehingga menambah kekhusyukan dalam ibadah tersebut.


“Selain itu, dalam setiap dua rakaat salat tarawih, bisa mencakup sampai satu juz Al-Qur'an karena bacaannya yang panjang, mencakup sekitar 10 halaman Al-Qur'an. Hal ini menunjukkan komitmen masjid dalam memperdalam pemahaman dan ketaatan terhadap Al-Qur'an dalam ibadah tarawih mereka,” pungkas Emil.


Kontributor: Akhmal Duta Bagaskara