Nasional

3 Ciri Khas Kiai Indonesia: Ngayomi, Ngayahi, dan Ngayemi

Ahad, 25 September 2022 | 13:00 WIB

3 Ciri Khas Kiai Indonesia: Ngayomi, Ngayahi, dan Ngayemi

"Dengan kompetensi ilmu agama yang dimiliki ini, ditambah silsilah atau sanad keilmuan yang jelas dan menyambung sampai kepada Rasulullah, tumbuh sikap kiai yang selalu ngayomi dan mendidik umat," kata Ketua PBNU, Prof Mukri. (Foto: NU Online/M Faizin)

Jakarta, NU Online
Ulama (Kiai) adalah pewaris para nabi. Bukan hanya mewarisi ilmu dari para nabi, mereka juga adalah sosok yang mampu memberikan pencerahan dan inspirasi serta menjadi tumpuan umat dalam memecahkan berbagai permasalahan di tengah-tengah kehidupan. Terlebih kiai di Indonesia yang hidup mengayomi umat dalam kebinekaan, yang jika tidak dikelola dengan baik, mudah memantik berbagai masalah.


Waktu pun telah menunjukkan dan membuktikan bagaimana ulama Indonesia mampu merawat kondisi ini dengan terus memberikan spirit dalam wujud terus ngayomi (melindungi dan membina), ngayahi (mengurus), dan ngayemi (membuat hati tenang). Para kiai mampu mewujudkan kondisi ini dengan tiga hal sekaligus menjadi ciri khas kiai Nusantara yakni ilmu, kepedulian, dan keikhlasan.


"Ciri khas kiai itu cinta ilmu. Beliau-beliau inten mengkaji dan mengaji dalam majelis-majelis. Di berbagai kesempatan, yang dibahas selalu berisi ilmu," kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Mukri kepada NU Online, Ahad (25/9/2022).


Intensitas para kiai bersentuhan dengan ilmu ini lanjutnya menjadikan masyarakat memposisikan mereka lebih dari yang lain dalam kehidupan di masyarakat. "Ini juga bukti ayat Al-Qur’an “Yarfa’illahulladziina aamanuu minkum walladziina uutul ilma darajaat”. Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan mereka yang memiliki ilmu lebih dari yang lain," katanya. 


Dengan kompetensi ilmu agama yang dimiliki ini, ditambah silsilah atau sanad keilmuan yang jelas dan menyambung sampai kepada Rasulullah, tumbuh sikap kiai yang selalu ngayomi dan mendidik umat. 


Bukan hanya dari aspek keilmuan saja, para kiai juga peduli dan mampu mengurus atau ngayahi umat. Dalam berbagai aspek kehidupan, bisa dilihat sendiri bagaimana para kiai mengurus umat di Indonesia mulai dari belum lahir sampai dengan sudah meninggal dunia contohnya. Mulai dari fase kehamilan sampai dengan meninggal dunia, para kiai selalu dilibatkan masyarakat untuk ikut mengurus prosesnya.


"Selain ilmu dan kepedulian tinggi, kiai di Indonesia juga memiliki keikhlasan yang tinggi. Dari keikhlasan ini muncul keteduhan dan suasana yang ayem di tengah-tengah masyarakat," ungkap Rektor UNU Blitar ini saat berdiskusi terkait hubungan kiai dan umat di Indonesia.


Tiga hal inilah yang sampai saat ini menurut Prof Mukri mampu menjaga kondusivitas masyarakat di nusantara. Para wali dan kiai telah mewariskan dan memasukkan tiga hal ini yakni ilmu, kepedulian, dan keikhlasan dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat sehingga benar-benar bisa nganyomi, ngayahi, dan ngayemi.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan