Nasional

Aktivis PMII Ini Ubah Batok Kelapa Jadi Pernak-pernik Berharga

Kam, 9 Januari 2020 | 12:30 WIB

Aktivis PMII Ini Ubah Batok Kelapa Jadi Pernak-pernik Berharga

Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Banjar menyulap batok kelapa menjadi menjadi beragam benda seperti jam dinding, lampion, wall paper, lukisan, miniatur kapal, gelas antik, kaligrafi, teko hingga vandel cantik.

Pangandaran, NU Online
Menjadi sosok anak muda yang mampu menginspirasi banyak orang memang tidak mudah. Selain membutuhkan perjuangan, mental, dan semangat, juga butuh ketelatenan yang tinggi. Hal-hal itulah yang ada pada diri seorang Taufik Lubis, pemuda asal desa Maruyung Sari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. 

Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Banjar ini menghabiskan kesehariannya di kamar yang dia sebut sebagai rumah produksi. Ia telah berhasil menyulap limbah batok kelapa yang hampir tak bernilai menjadi ragam karya seni yang bernilai tinggi. Di tangannya, batok kelapa diubah menjadi beragam benda seperti jam dinding, lampion, wall paper, lukisan, miniatur kapal, gelas antik, kaligrafi, teko hingga vandel cantik. 

Kepada NU Online, Kamis (9/1) dia bercerita awal mula menekuni usaha limbah batok. Ia mengatakan, usahanya itu telah mengantarkannya memperoleh penghargaan sebagai finalis Wirausaha Muda Nasional dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI tahun 2018.

Awalnya, dia merasa bingung mau melakukan aktivitas apa setelah pulang kuliah dan mesantren. Hingga suatu ketika, dia melihat tumpukan batok kelapa di sekitaran rumahnya. Hal itu membuat dirinya berfikir mengapa tidak memanfaatkan batok kelapa tersebut menjadi sesuatu yang berharga. 
 
“Saya juga selalu ingat nasihat guru saya agar senantiasa menjadi manusia yang bermanfaat, dari situ lah saya mulai mencoba-coba,” kata santri yang juga mantan Sekretaris PMII Komisariat Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Huda, Al-Azhar, Kota Banjar ini. 

Berbekal latihan seni kaligrafi yang pernah dipelajarinya di pesantren, Taufik mulai melakukan eksperimen. Dia pun mengembangkan bakat yang dimilikinya itu dengan menyulap batok kelapa menjadi karya seni yang bernilai tinggi. 

“Menurut saya batok itu mudah ditemui dan sangat bagus dijadikan karya seni, jadi cocok aja begitu,” katanya. 

Atas usahanya itu, ia dicari banyak orang. Bahkan, kini Taufik tidak terlalu kesulitan terkait dengan kondisi ekonomi rumah tangganya. Karena keuletannya itu Taufik menjadi tulang punggung keluarga. 

Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Muchlishon