Nasional

Alissa Wahid: Bapak Hampir Tidak Pernah Mau Memanjakan Kami 

Ahad, 6 Agustus 2023 | 09:00 WIB

Alissa Wahid: Bapak Hampir Tidak Pernah Mau Memanjakan Kami 

Salah satu putri KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Hj Alissa Qotrunnada Munawaroh (Foto: dok NU Online)

Jakarta, NU Online
Hj Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid (Alissa Wahid) mengenang sosok bapaknya, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Dur baginya adalah orang tua yang telah mengajarkan arti perjuangan di masa hidupnya. Hal ini disampaikan Alissa Wahid untuk mengingat Harlah Gus Dur di tahun 2023 ini, tepatnya 4 Agustus.


Meski Gus Dur ditokohkan oleh banyak orang dan pernah menduduki jabatan mentereng, putra dari KH Wahid Hasyim ini tidak memanfaatkan hal itu untuk memberikan fasilitas istimewa bagi masa depan anak-anaknya. Alissa menyebut bahwa Gus Dur justru nyaris tidak pernah memanjakan anak-anaknya. Di sini menurut Alissa sarat dengan makna, Gus Dur ingin menempa putri-putrinya dengan kemandirian dan perjuangan.


"Karena itu kami tumbuh menjadi pribadi yang mampu menimbang dengan baik dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. Karena bapak hampir tidak pernah mau memanjakan kami. Terima kasih bapak mengajarkan perjuangan," katanya dalam unggahan video melalui akun twitter pribadinya, @AlissaWahid, Jumat (4/8/2023).


Alissa merasakan betul bagaimana Gus Dur menghendaki anak-anaknya tumbuh dewasa dengan perjuangan, kemandirian, dan penuh tanggung jawab. Dalam hal pilihan masa depan anak-anaknya sekalipun, Gus Dur juga tidak langsung mendikte. Ia hanya mengingatkan bahwa setiap pilihan tentu ada konsekuensi yang harus diterima.


"Bapak selalu meneladankan dengan tindakan tidak hanya dengan nasihat. Bapak selalu memberikan kami kekuatan untuk memilih pilihan yang terbaik untuk kami, bisa jadi itu bukan pilihan ideal, tapi bapak selalu mengajarkan setiap keputusan ada konsekuensinya," terangnya.


Alissa teringat saat Gus Dur menyampaikan kepadanya bahwa hidup Gus Dur tidak semata untuk keluarganya. Bahkan perihal keluarga, Gus Dur meletakkannya di posisi yang kesekian. Bukan yang utama. "Dulu menyampaikan kepada aku bahwa prioritas bapak yang pertama adalah Islam, kedua Indonesia, ketiga NU, baru keluarga," kenang Alissa.


Saat Alissa mendengar pernyataan itu semula memang tidak mudah untuk menerimanya. Namun, seiring waktu berjalan, ia memahami bahwa Gus Dur adalah sosok yang sangat mencintai perjuangan. Gus Dur berjuang demi tegaknya keadilan dan berjuang menebar nilai-nilai kemanusiaan.


"Waktu itu buat aku itu berat, susah untuk dicerna, tapi sekarang aku paham bahwa itu karena kecintaan bapak pada perjuangan, kecintaan bapak pada peran bapak sebagai hamba Allah, dan komitmen bapak untuk kemanusiaan dan keadilan," ungkapnya.


Gus Dur telah memberikan teladan yang sangat berarti dalam membentuk pribadi Alissa seperti sekarang ini. Ia digembleng menjadi perempuan yang kuat, mandiri, dan menerima konsekuensi terhadap pilihan-pilihan yang diambil sendiri. "Dari itu aku belajar tentang perjuangan. Aku belajar bagaimana menjadi orang yang terbaik yang bisa aku jalani. Terima kasih bapak," ucapnya.


Patut diketahui, pencinta Gus Dur dan masyarakat Indonesia pada umumnya memperingati Harlah Gus Dur dua kali dalam setahun. Di samping 4 Agustus, Harlah Presiden ke-4 Republik Indonesia ini juga biasanya diperingati setiap 7 September.


Sebagaimana dijelaskan Fathoni Ahmad dalam tulisannya di NU Online berjudul  Tentang Harlah NU dan Harlah Gus Dur yang Diperingati 2 Kali, dua tanggal lahir Gus Dur itu bermula saat Gus Dur kecil tidak mengetahui persis tanggal berapa sebenarnya dia dilahirkan.


Berawal dari sewaktu kecil saat dia mendaftarkan diri sebagai siswa di sebuah sekolah dasar di Jakarta, Gus Dur ditanya, "Namamu siapa, Nak?"


"Abdurrahman," jawab Gus Dur.


"Tempat dan tanggal lahir?"


"Jombang...." sahut Gus Dur terdiam beberapa saat.


"Tanggal empat, bulan delapan, tahun 1940," lanjut Gus Dur agak ragu sebab dia menghitung terlebih dahulu bulan kelahirannya.


Gus Dur hanya hafal bulan Qomariahnya (Hijriyah), namun lupa hitungan Syamsiahnya (Masehi). Ternyata, yang Gus Dur maksud, dia lahir bulan Sya’ban, bulan kedelapan dalam hitungan Hijriah. Tetapi gurunya menganggap Gus Dur lahir bulan Agustus.


Maka sejak saat itu, Gus Dur dianggap lahir pada tanggal 4 Agustus 1940. Padahal sebenarnya dia lahir pada 4 Sya’ban 1359 H atau 7 September 1940. Namun seperti yang dikatakan Alissa Wahid, dua-duanya asli dan legal.