Nasional

Cara Dubes RI untuk Arab Saudi Menapaki Sanad Kesantriannya

Kam, 8 Juli 2021 | 01:30 WIB

Cara Dubes RI untuk Arab Saudi Menapaki Sanad Kesantriannya

Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel di Komplek Pemakaman Ma'la Kota Makkah. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Sekali santri, tetap santri. Kalimat inilah yang menggambarkan keteguhan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel dalam memegang ‘dawuh’ (pesan) para guru dan masyayikhnya. Di antaranya adalah dawuh yang selalu diingat dari gurunya, KH Hanief Muslih, yang berpesan untuk tidak lupa berziarah ke makam KH Muslih Abdurrahman Qasidil Haqq.


Maftuh, Yen awakmu nang Mekkah ojo lali ziarah Abah yo” (Maftuh, Kalau kamu ke Mekkah jangan lupa ziarah Makam Abah (KH. Muslih Abdurrahman Qasidil Haqq),” begitu pesan KH Hanif Muslih yang selalu terngiang dan terpatri dalam memorinya.


Pesan ini pun selalu dipegangnya dan dalam berbagai kesempatan, Dubes Maftuh terlihat sering berziarah ke pamakaman Ma’la di Kota Makkah. Di pemakaman ini, banyak dimakamkan sejumlah ulama dari Indonesia di antaranya Syaikh Ahmad Khatib Sambas (1875), Syaikh Nawawi Banten (1897), Syaikh Junaid Betawi (akhir abad 19 M), Syaikh Abdul Haq Banten (1903), Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (1916), Syaikh Abdul Hamid Kudus (1916), Syaikh Mahfuzh Tremas (1920), termasuk KH Muslih Abdurrahman Qasidil Haqq (1981) dan KH Maimoen Zubair (2019).

 
Alhamdulillah beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan sowan Mursyid Akbar Kyai Muslih Abdurrahman Qosidil Haqq pengasuh pondok pesantren Futuhiyyah Mranggen. Pesantren yang mendidik dan membimbing saya berproses dari “ketidak-tahuan” menuju ke “sedikit-tahu”,” tulis Dubes Maftuh melalui akun Facebooknya, Kamis (8/7).


Kiai Muslih lanjutnya, wafat pada 1981 di Makkah saat menunaikan ibadah haji. Posisi makam beliau berada satu blok dengan makam Sayyidah Asma binti Abu Bakar As-Shiddiq di pemakaman Ma’la. Dubes Maftuh mengungkapkan bahwa ketika ia menjadi santri, semua sanad ilmu yang ia dapatkan selalu melewati Kiai Muslih dan seterusnya via Al-Musnid Syeikh Yasin al-Fadani al-Makki.

 

Berziarah ke makam para masayikh yang telah mendidiknya inilah yang menurutnya menjadi caranya untuk terus menapaki sanad kesantriannya.


Pada kesempatan tersebut ia juga menziarahi makam Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki al-Hasani yang berdekatan dengan makam Sayyidah Khadijah, Istri Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Ia mengungkapkan bahwa ketika nyantri, ia sering membaca karya-karya Sayyid Muhammad seperti Mafahim yajibu an tosohhaha, Al-Manhal al-Latif Fi Usul al-Hadis as-Syarif dan Syaraful Ummah al-Muhammadiyah.


“Tahun 1988, kitab yang terakhir ini pernah saya baca bersama jamaah Masjid IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tiap bada maghrib,” ungkapnya.


Selain itu, ia juga berziarah ke Syeikh Nawawi al-Bantani, ‘Sayyidu Ulama al-Hijaz’ dan Sang Maha Guru semua kiai di Indonesia. Banyak karya-karya Syeikh Nawawi yang menjadi bacaan wajib para santri di antaranya adalah Kitab Tafsir dua jilid besarnya yakni Marah Labid yang dikenal dengan nama Tafsir Munir dan Nihayatu az-Zain ala Syarh Qurrat al-Ain. Tak lupa, Dubes Maftuh juga menziarahi makam KH Maimoen Zubair yang berada di di kompleks 70, baris 151, nomor urut 4.


“Ziarah di 'Jannatul Ma’la' Makkah ini adalah merupakan kebahagiaan yang luar biasa dalam menapaki sanad keilmuan santri,” katanya.


Dalam postingannya tersebut, ia juga sempat mengungkapkan keprihatinannya terkait musim ibadah haji tahun 2021 ini yang harus kembali dilakukan dengan keterbatasan. “Tahun ini, meski saya mendapatkan jatah kuota haji, saya tidak ikut haji, alasannya: 231 ribu calon jamaah haji Indonesia tertunda keberangkatannya, tak elok rasanya kalau saya haji tanpa mereka,” ungkapnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan