Nasional LITERASI DIGITAL

Ciptakan Budaya Positif, Inilah 4 Pilar Utama Literasi Digital

Jum, 8 Juli 2022 | 19:30 WIB

Ciptakan Budaya Positif, Inilah 4 Pilar Utama Literasi Digital

CEO London School of Public Relation and Business Institute, Prita Kemal Gani. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Kecakapan digital atau literasi digital merupakan modal utama guna menciptakan budaya digital yang positif. Hal ini menjadi penting mengingat dunia digital telah mendominasi ruang hidup masyarakat luas.


CEO London School of Public Relation and Business Institute, Prita Kemal Gani, menyampaikan terdapat empat pilar utama untuk membentuk kecakapan digital seseorang. Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara dalam peluncuran Program Literasi Digital Kominfo-PBNU Bertema Menyongsong 1 Abad Nahdlatul Ulama Mencerdaskan Warga, Menata Kembali Peradaban di Era Digital, Kamis (7/7/2022).


“Ada empat pilar yang harus dipahami soal digital literasi,” ungkap pendiri perguruan tinggi swasta PR terkemuka di Indonesia itu.


Pertama, kecakapan digital. Prita menjelaskan, etika digital merupakan kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dan menerapkan etika digital atau netiquet dalam saat menggunakan ruang digital. Selain itu, lanjutnya, etika digital juga tentang bagaimana pengguna digital cakap dalam mengembangkan konten yang dibuatnya.


“Usia 60 tahun bisa dikatakan imigran digital. Tapi di zaman ini, kalau menyerah pasti ketinggalan. Bagaimana kita menggapai warga NU di atas 60 tahun untuk bisa memahami literasi digital,” kata tokoh kelahiran 23 November 1961 itu.


Kedua, budaya digital. Budaya digital, terang Prita, merupakan pemahaman budaya yang tercipta dalam ruang digital yang berbasis teknologi internet. Budaya digital melalui cara warganet berinteraksi, berperilaku, dan berkomunikasi dalam dunia digital.


“Kita harus membudayakan memeriksa, memilah, sebelum membagikannya,” papar Doktor Honoris Causa bidang Public Relations dari Coventry University itu.


Ketiga, keterampilan digital. Prita mengungkapkan keterampilan digital sebagai kemampuan untuk membuat dan menyebarkan informasi dengan baik.


“Nice word for free, it is not expensive. Kata yang indah, persuasif yang kita tebarkan dan tidak membuat orang lain merasa terintimidasi,” katanya.


Keempat, keamanan digital. Ini merupakan aktivitas mengamankan kegiatan digital. Keamanan digital tentang kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.


“Kita harus tahu bagaimana menjaga keamanan kita keluarga kita dan organisasi kita,” ujarnya.


11 terobosan tingkatkan literasi digital

Dari 4 pilar tersebut, Prita menyampaikan ada sedikitnya 11 turunan yang bisa digunakan menjadi terobosan bisa dilakukan untuk menyukseskan program digital literasi.


Pertama, melawan hoaks. Kedua, melawan ujaran kebencian dengan. Ketiga melawan perundungan siber. Keempat, partisipasi sosial dan politik. Kelima, partisipasi budaya.


Keenam, pembangunan ekonomi berbasis teknologi. Ketujuh, merawat toleransi. Delapan pendanaan atau crowdfunding. Kesembilan, crowdsourcing. Kesepuluh penguatan kelompok marginal. Sebelas, pendidikan.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin