Nasional HARLAH KE-94 NU

Ditanya Fenomena Hijrah, Begini Jawaban Kiai Said

Jum, 31 Januari 2020 | 03:15 WIB

Ditanya Fenomena Hijrah, Begini Jawaban Kiai Said

Tangkap layar acara Rosi Kompas TV, Kamis (30/1) menghadirkan Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan terkait fenomena hijrah, sebenarnya istilah hijrah sebagai bagian dari syiar Islam dan sesuatu yang baik. Namun, akan menjadi tidak baik jika penekanan istilah hijrah mengandung tendensius.
 
Hal itu disampaikan Kiai Said menjawab pertanyaan Rosiana Silalahi dalam program Rosi yang ditayangkan Kompas TV, Kamis (30/1) malam.
 
"Istilah-istilah itu barangkali syiar Islam, menampakkan kebesaran Islam. Oke itu baik. Tapi yang paling jahat itu kalau tendensius, kalau tujuannya enggak baik, dilatarbelakangi dengan kepentingan yang tidak baik," kata Kiai Said.
 
Ia pun menyontohkan tujuan tidak baik terkait dengan penggunaan istilah dan fenomena hijrah. "(Ada orang yang mengatakan) Mari kita tegakkan Islam. Itu yo opo tenan to itu? Apa betul dia ngomong gitu? Apa dia shalat lima waktu dengan baik? Apa dia selalu baca Qur'an? Apa dia selalu beribadah? Apa dia jujur? Apa dia baik dengan tetangga, dengan masyarakat?" tanya Kiai Said.
 
Ia menyayangkan jika ada orang yang dengan semangat mengatakan hijrah atau membela Islam, namun bertindak  sebaliknya. "Belum tentu yang ngomong gitu itu (membela Islam). Para kiai di pesantren enggak pernah ngomong begitu...."
 
"Jauh lebih berhijrah daripada yang selalu bilang hijarah,'" timpal Rosi yang disambut anggukan Kiai Said.
 
Baca: 
 
Program Rosi tersebut dalam rangka Harlah ke-94 NU bertajuk Politik, Guyon, dan Sarung. Kiai Said mengatakan bahwa orang NU identik dengan guyon karena orang yang memiliki selera humor tinggi adalah orang yang cerdas.
 
"Orang yang pandai guyon, itu tanda-tanda cerdas. Orang enggak bisa guyon, enggak cerdas. Gus Dur selalu bercanda tapi berkualitas candaannya. Very very cleaver orangnya," kata Kiai Said.
 
Kiai Said juga mengatakan, dalam berdakwah atau mengajak umat agar betul-betul menjadi Muslim-Muslimah yang baik, ada etika, metode, dan strategi yang perlu ditaati.    
 
"Zaman Nabi Muhammad, para ulama sampai Wali Songo dalam mendakwahkan, menyampaikan agama Islam, berangkat dari akhlakul karimah. Tutur kata yang baik, pergaulan yang baik, menyikapi perbedaan dengan santun. Itu yang dilakukan oleh para Wali Songo, ulama-ulama kita," ungkap Kiai Said.  
 
Intelektual Muslim asal Kempek, Cirebon, Jawa Barat ini menegaskan bahwa dalam ajaran Islam tidak ada bunyi bully-an, apalagi caci-maki, dan memfitnah. Jauh dari itu semua.  
 
Hal itu tidak terjadi, menurut Kiai Said karena misalnya saat mengajak orang masuk Islam atau mengikuti Islam dengan cara yang kasar, malah nanti orang jadi lari dari Islam itu sendiri. Jadi alergi atau ngeri menjadi Islam itu sendiri.
 
"Tapi kalau menyampaikannya itu dengan baik, orang akan simpati," jelas Kiai Said.  
 
Selain Kiai Said, program Rosi Politik, Guyon, dan Sarung juga menghadirkan Inayah Wahid, Gus Reza, Ketua Pagar Nusa Nabil Haroen. Di tengah-tengah program, Rosi melakukan telewicara dengan Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin. Program dibuka dengan penampilan Sastro Adi yang membawakan lagu Senandung Saptawikrama diiringi puisi oleh Abdullah Wong.
 
 
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad