Nasional FESTIVAL TAJUG 2019

Dua Pantun Ridwan Kamil tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui Masjid

Sab, 23 November 2019 | 01:15 WIB

Dua Pantun Ridwan Kamil tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui Masjid

Gubernur Jawa Barat H Ridwan Kamil pada pembukaan Festival Tajug di Alum-alun Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Jumat (22/11) (Foto: NU Online/Kendi Setiawan

Cirebon, NU Online
Pantun adalah salah satu sarana untuk memanifestasikan emosi, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Pantun juga sebagai cetusan kejiwaan dan sarana komunikasi, bahkan berfungsi sebagai media dakwah Islam. Karena itu, hingga kini ada beberapa tokoh yang acap menyertakan pantun dalam pidato mereka di depan khalayak, salah satunya Gubernur Jawa Barat, H Ridwan Kamil.
 
Kepiawaian Kang Emil, sapaan akrabnya membawakan pantun ditampilkan lagi saat pembukaan Festival Tajug di Alun-alun Keraton Kasepuhan Cirebon, Jumat (22/11). Karena momentum Festival Tajug adalah menggerakkan masyarakat akan fungsi masjid untuk mengembangkan keilmuan Islam dan mengayomi fakis miskin, Kang Emil pun menyampaikan pantunnya tak jauh dari pesan itu.
 
Pantun pertama Kang Emil secara spesifik mengajak masyarakat yang hadir untuk menjadikan masjid sebagai pusat peradaban dan ia berharap keberkahan akan turun melanda Indonesia.
 
malam hari terdengar suara bedug
pertanda sudah tiba waktu Isya
dengan suksesnya Festival Tajug
kita hadirkan keberkahan untuk Indonesia
 
Mendengar isi pantun dan gaya serta nada suara Kang Emil yang khas, sontak hadirin yang memadati arena pembukaan Festival Tajug pun bertepuk tangan.
 
Sementara pada pantun kedua Kang Emil berpesan bahwa masjid menjadi pusat peradaban:
 
ibu cinta menggoreng ikan sepat
paling enak dengan sambel dadakan
jika ingin selamat dunia akhirat
jadikan masjid sebagai pusat peradaban
Aplikasi Wasiat Sunan Gunung Jati Inovasi Program Jawa Barat
Kang Emil yang pada kesempatan itu juga menyampaikan bahwa pesan Sunan Gunung Jati terkait masjid 'Ingsun titip tajug lan fakis miskin' telah diterapkan oleh Provinsi Jawa Barat. Apalagi​​​​​​​ visi misi Jawa Barat yang dipimpinnya yaitu Jawa Barat Juara Lahir Batin.
 
Ia menegaskan bahwa tidak hanya soal duniawi yang diurus oleh Pemerintah Jawa Barat, tetapi juga urusan batin, spiritualitas, dan religiusitas. "Provinsi Jawa Barat harus progresif, tapi tetap harus islami," ujar Kang Emil. 
 
Ia juga menyebut, dalam 12 bulan terakhir, Jawa Barat sudah menerjemahkan nasihat dan wasiat dari Kanjeng Sunan Gunung dengan program yang berbasis kemasjidan. "Program itu salah satunya adalah Kredit Mesra yaitu Kredit Mesjid Sejahtera yang per hari ini sudah sekitar seribu delapan ratus warga fakir miskin mendapatkan fasilitas kredit usaha tanpa bunga melalui masjid," papar Kang Emil.
 
Untuk mendapatkan Kredit Mesra, kata Kang Emil, syaratnya cuma satu yaitu harus ke masjid. Saat datang ke masjid warga berwudhu, shalat dan juga mengaji. Pulangnya fakir miskin itu mendapat surat rekomendasi yang difasilitasi oleh Bank BJB dan BPR untuk mendapatkan Kredit Mesra.
 
"Jadi Alhamdulillah berkat rajin ke tajug, seribu delapan ratus fakir miskin bebas dari rentenir dan mendapatkan fasilitas dari pemerintah. Mudah-mudahan program yang diterjemahkan dari nasihat dan wasiat Kanjeng Sunan Gunung Djati ini bisa maksimal, karena Jawa Barat mempunyai hampir dua ratus ribu tajug yang ada di dua puluh tujuh wilayah," ujarnya.
 
 
Kontributor: Adrian Fauzi Rahman
Editor: Kendi Setiawan