Nasional

Gus Baha Sampaikan Pentingnya Banyak Membaca Hadapi Perbedaan

Sen, 20 September 2021 | 02:00 WIB

Gus Baha Sampaikan Pentingnya Banyak Membaca Hadapi Perbedaan

Gus Baha Sampaikan Pentingnya Banyak Membaca Hadapi Perbedaan. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) meminta umat Islam banyak membaca agar tidak mudah menyalahkan orang lain. Dengan membaca, membuat seseorang lebih bijaksana. 
 
"Kata Sayid Muhammad, ketika manusia banyak membaca maka akan kaya refrensi dan tidak mudah ingkar atau menyalahkan orang lain," jelasnya dalam diaspora Muslim dunia dalam rangka penggalangan dana masjid Belgia, Ahad (19/9).
 
Gus Baha lalu menjelaskan, salah satu langkah memudahkan orang membaca yaitu menyediakan kitab-kitab atau buku di masjid. Hal lainnya dengan menggelar pengajian dari kitab-kitab kecil hingga besar di masjid. Bahkan, lintas mazhab.
 
Dengan begitu, lanjut Gus Baha, masjid tidak hanya bagus fisiknya, tapi juga dihiasi tata cara shalat yang baik, terpenuhinya syarat dan rukun salat. Ibadah yang memenuhi syarat dan rukun lebih utama dari shalat di tempat istimewa, tapi tidak terpenuhi syarat dan rukunnya.
 
Gus Baha beralasan dengan banyaknya jenis kitab yang diajarkan, maka pengurus masjid atau jamaah memiliki banyak referensi melihat sebuah perbedaan. 
 
"Saya mohon di masjid-masjid juga ada kitab Taqrib dan Mahali. Kalau hanya Taqrib saja, resikonya kalau ada perilaku ibadah masyarakat itu dianggap tidak sah, padahal di kitab-kitab besar ada pembenaran tentang hal ini," terang Gus Baha.
 
Gus Baha lalu mencontohkan, terkait perbedaan dalam bab qunut. Di Mazhab Syafi'i subuh menggunakan qunut, sementara pengikut mazhab Hanafi tidak menggunakan qunut. Padahal, jamaah masjid bisa datang dari berbagai macam jenis mazhab.
 
"Bermacam-macam kitab yang dibaca dan luasnya bacaan berfungsi memberikan alternatif berpikir. Barakahnya kitab besar itu cara pandang terhadap lintas mazhab lebih luas," imbuh Gus Baha.
 
Gus Baha mengambil contoh dalam bab haji yang memiliki banyak cara ibadah dan hal ini bukan salah, tapi karena beda mazhab saja. Namun, kalau cara ibadahnya salah maka tetap disalahkan. Tamsil lainnya, orang Indonesia sejak kecil diajarkan menyentuh perempuan bukan mahram itu batal wudhu. Mengikuti Mazhab Syafi'i.
 
"Namun, guru-guru kita pas tawaf menganjurkan pindah mazhab. Karena sulitnya wudhu terus saat tawaf," imbuhnya.
 
Selain itu, kata Gus Baha, dengan banyaknya membaca maka pengurus masjid dan umat Islam akan terfokus pada substansi sebuah kegiatan bukan hanya fisiknya saja. 
 
Islam juga tidak pernah menghalangi orang belajar kepada negara mana pun. Hanya saja perlu diingat bahwa semua karena atas kuasa Allah. Negara maju dengan sistem yang bagus bisa terwujud karena adanya oksigen, udara, air, matahari dan bumi yang disediakan Allah. 
 
"Banyak membaca jadi tahu. Bahwa sebaiknya sistem, utamanya karena jasanya Allah. Kita hanya menanam, yang menumbuhkan tetap Allah. Kita bisa nyaman karena Allah tidak menggoyangkan bumi dan tidak menjatuhkan meteor dari langit. Padahal Allah bisa merusak dalam sekejap mata," tandasnya.
 
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin