Nasional

Jangan Mau Kalah! Santri Milenial Harus Kuasai Teknologi Digital

Sab, 11 Maret 2023 | 11:00 WIB

Jangan Mau Kalah! Santri Milenial Harus Kuasai Teknologi Digital

Ilustrasi teknologi digital.

Jakarta, NU Online
Sekretaris Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) Harianto Oghie mewajibkan para santri untuk menguasai ilmu teknologi dan informasi/digital di era disrupsi. Selain berdakwah, kemajuan teknologi dan informasi juga harus dimanfaatkan untuk mengembangkan keterampilan diri. Ini menjadi tuntutan zaman.


“Zaman ini jelas, mereka tidak boleh hanya mempelajari keahlian-keahlian monoton yang mudah tergantikan oleh mesin AI (artificial intelligence atau kecerdasan buatan-red),” kata Oghie, sapaan akrabnya, kepada NU Online, Sabtu (11/3/2023).


Ia mengatakan bahwa kekuatan masa depan bertumpu pada kekuatan teknologi digital. Oleh sebab itu, para santri harus menguasai teknologi digital. Generasi yang hidup di zaman ini, kata dia, dituntut untuk piawai membaca masa depan dengan baik.


“Bila perlu santri harus belajar secara mendalam sehingga memiliki kompetensi dan akhirnya berdansa bersama AI untuk menyempurnakan keahlian itu,” pinta Oghie.


Namun, lanjut dia, penguasaan teknologi tetap harus seimbang dengan penguasaan pendidikan karakter. Ya, pendidikan karakter santri harus menjadi penyeimbang dari derasnya arus teknologi yang terkadang tidak mendukung pembangunan karakter.


“Kuasai AI dan tetap terintegrasi dengan karakter adab akhlak juga moral. Intinya, bijak menggunakan AI,” ucapnya.


Oghie menjelaskan, perdebatan antara peradaban dan teknologi, di dunia barat dan timur terus terjadi. Bagi ilmuwan Barat, temuan peralatan teknologi melahirkan peradaban baru. Namun ilmuwan Timur berpendapat peradaban yang melahirkan teknologi.


Tak heran jika teknologi pun bisa berbalik arah membentuk budaya-budaya serta peradaban baru yang akan semakin panjang jika dijabarkan. Dampak teknologi telah membentuk budaya serta peradaban baru ditandai dengan kemunculan generasi milenial. Teknologi informasi telah merajai dunia sehingga masyarakat pun dituntut memiliki kemampuan literasi yang memadai.


“Masyarakat dunia berubah dengan cepat. Tak menutup kemungkinan akan ada loncatan-loncatan peradaban lebih cepat pula yang menuntut kecepatan beradaptasi. Inilah peluang dan tantangan para pendidik memasuki era 5.0 menjadi harga mati,” tegas Oghie.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori