Nasional

Kasih Sayang Rasulullah di Balik 7 Macam Bacaan Al-Qur’an

Sel, 12 September 2023 | 10:30 WIB

Kasih Sayang Rasulullah di Balik 7 Macam Bacaan Al-Qur’an

Rais Majelis Ilmi Pimpinan Pusat Jamiyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (PP JQHNU) KH Ahsin Sakho Muhammad (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online
Umat Islam boleh mengikuti tujuh macam bacaan Al-Qur'an atau yang dikenal qiraat sab'ah. Tiap-tiap qiraat ini memiliki dua riwayat yang berbeda.


Keragaman bacaan ini memang merupakan permintaan Rasulullah saw secara langsung kepada malaikat Jibril as. Pasalnya, Nabi Muhammad saw menyampaikan bahwa umatnya tidak semuanya mampu membaca dalam satu ragam bacaan saja.


Hal ini diungkapkan Rais Majelis Ilmi Pimpinan Pusat Jamiyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (PP JQHNU) KH Ahsin Sakho Muhammad saat ditemui NU Online pada Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Nasional Ke-9 dan MTQ Internasional Ke-3 di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Rabu (6/9/2023).


"Mohon maaf saja umatku tidak mampu dengan hanya satu bacaan saja," kata Kiai Ahsin menerjemahkan permintaan Rasulullah saw kepada Jibril as.


Lalu, Jibril as memberikan dua macam bacaan. Nabi pun meminta ditambah lagi. Hal ini terus sampai tujuh. "Ini landasan qiraat secara keseluruhan," ujarnya.


Lebih lanjut, Kiai Ahsin menjelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat perihal tujuh yang dimaksud. Ada yang berpandangan bahwa tujuh adalah varian bacaan Al-Qur’an yang dibacakan Nabi kepada para sahabatnya. Ada juga tujuh bahasa. Ulama lain menyebut tujuh perbedaan. Namun, semua itu bisa juga dibenarkan.


Namun, hal yang pasti tujuh qiraat yang saat ini dideklarasikan oleh Ibnu Mujahid. Tujuh macam bacaan yaitu Nafi', Ibnu Katsir, Hamzah, 'Ashim, Abu 'Amr, Al-Kisai, dan Ibnu 'Amir.


"Tujuh imam itu bisa betul-betul dipertanggungjawabkan secara agama dan ilmiah," terang ulama alumnus Kulliyyatul Qur'an di Madinah al-Munawwarah itu.


Kiai Ahsin menjelaskan bahwa tujuh Qiraat Al-Qur’an di atas dapat dipertanggungjawabkan karena memenuhi tiga kriteria, yakni (1) sesuai rasm utsmani, (2) sesuai kaidah bahasa Arab, dan (3) sanadnya masyhur mutawatir.


Pendeklarasian tujuh imam bacaan dilakukan Imam Ibnu Mujahid karena adanya kegaduhan, perbedaan macam bacaan antara kelompok umat Islam dari wilayah yang berbeda. Karenanya, kata Kiai Ahsin, Imam Ibnu Mujahid melakukan pemisahan dan pemilahan sehingga ditemukan tujuh bacaan imam di atas. Hal ini kemudian dilanjutkan pengembangannya oleh para ulama berikutnya.