Nasional

Kepemimpinan Moral adalah Ideal yang Harus Dicapai Pemimpin

Sen, 5 Juni 2023 | 12:00 WIB

Kepemimpinan Moral adalah Ideal yang Harus Dicapai Pemimpin

Akademisi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Amin Mudzakkir. (Foto: FB Amin Mudzakkir)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya bersama Ketum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof H Haedar Nashir serukan kepemimpinan moral dalam menghadapi pemilihan umum (pemilu) 2024 mendatang.


Akademisi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Amin Mudzakkir menyebut kepemimpinan moral yang diserukan Gus Yahya dan Haedar Nashir kombinasi sifat normatif dan ideal yang harus dicapai seorang pemimpin.


"Secara normatif apa yang disampaikan kedua tokoh tersebut bagus," kata Amin kepada NU Online, Ahad (5/6/2023).


Amin menjelaskan kepemimpinan moral adalah sebuah cara pandang mengenai kebaikan bersama bahwa politik harus ditegakkan lewat satu konsensus moral publik. Pada dasarnya bisa berupa rasionalitas tapi juga bersifat tekstual baik konstitusi atau teks keagamaan.


"Rasionalitas kita sebagai manusia politik yang punya rasionalitas tertentu tapi juga bisa berdasarkan teks. Baik teks kenegaraan maupun teks keagamaan yang itu memuat ideal-ideal menjadi seorang pemimpin," jelas peneliti BRIN itu.


Dalam tradisi Islam misalnya, lanjut Amin, banyak literatur dari buku atau kitab yang menerangkan idealitas seorang pemimpin. Al-Mawardi, seorang ulama terkenal menyebut seorang pemimpin dalam berbagai kategori. "Itu moral leadership seperti itu, jadi idealitas," jelas Amin.


Menurut Amin, konsep kepemimpinan Al-Mawardi ini didasarkan pada rasionalitas individu sebagai manusia yang berpikir bebas tapi juga berasal dari penafsiran terhadap teks kenegaraan ada UUD, Pancasila, hukum atau teks keagamaan.


"Dalam Islam ada Al-Qur'an, hadits, khazanah kitab kuning. Kalau di pesantren itu bisa diperas jadi sebuah moral yang harusnya diemban oleh seorang pemimpin. Level itu, sudah level ideal yang seharusnya," ujarnya.


Sebelumnya, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan dalam politik ini perlu ada kepemimpinan moral supaya tidak disetir dengan kepentingan-kepentingan pragmatis.


Pihaknya juga berkomitmen untuk melakukan kompetisi politik secara bermoral dengan lebih bersih serta tidak menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.   


"Kita butuh kepemimpinan moral. NU dan Muhammadiyah tentu akan berusaha untuk melaksanakan tanggung jawab dengan memberikan keteladanan sikap," ujar pria yang akrab disapa sebagai Gus Yahya tersebut.


Sementara itu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan kepemimpinan moral diharapkan dapat menjadikan Pemilu 2024 lebih bermartabat.   


Kepemimpinan moral itu, jelasnya, melahirkan arah dan visi kebangsaan yang jelas, sehingga kontestasi politik tak hanya berupa ajang mencapai kekuasaan semata.   


"Tapi ada visi kebangsaan, apa yang mau dibawa dan diwujudkan yang berangkat dari pondasi yang diletakkan para pendiri bangsa," tutur Haedar.   


Ia menjelaskan kepemimpinan moral yang disepakati itu diharapkan mampu menyetir kontestasi politik menjadi lebih baik. Siapa pun pemimpin negeri ini yang terpilih, maka dia akan menjadi satu kepemimpinan yang sadar atas perilaku baik dan buruk.   


"Kami sebagai kekuatan keagamaan kemasyarakatan yang non-politik praktis punya panggilan moral, hadir tanpa merasa paling benar sendiri," ujarnya.


Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad