Nasional

KH Miftachul Akhyar Jelaskan Ciri Orang yang Muraqabah kepada Allah

Rab, 31 Mei 2023 | 07:00 WIB

KH Miftachul Akhyar Jelaskan Ciri Orang yang Muraqabah kepada Allah

Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. (Foto: Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

Muraqabah merupakan orang yang sudah memusatkan perhatian, kewaspadaan hanya kepada Allah swt, tidak ada lirikan, tidak ada perhatian, tidak ada sekecil pun mengingat selain kepada Allah. Soal Muraqabah, Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa orang yang muraqabah akan selalu waspada dan tidak pernah terlena kewaspadaannya.


"Orang yang muraqabah adalah orang yang selalu waspada dan tidak pernah terlena kewaspadaannya. Kalau waspada merasa diawasi oleh Allah, maka akan terjadi kedisiplinan hidup," ujar pada Ngaji Syarah Al-Hikam Pertemuan ke-35 diakses di Channel YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar, Senin lalu.


Ia mencontohkan kewaspadaan tersebut dengan anak-anak sekolah yang merasa diawasi oleh gurunya, walaupun gurunya tidak ada di hadapan, mereka merasa diawasi. Sehingga siswa tersebut akan duduk tenang, tidak ribut, tidak bergurau, dan menunjukkan kedisiplinan.


"Allah Maha Dzohir, ala kulli syaiin, muroqib yang waspada sekali. Apa yang dilakukan oleh CCTV itu masih banyak kelemahan, tetapi Allah Maha Tahu sedetail-detailnya melihat kita, di manapun kita berada, walaupun kita ada di bunker-bunker yang berlapis-lapis dalamnya tidak ada yang tahu, Allah Maha Tahu," imbuhnya.


Lebih lanjut ia menerangkan bahwa jika diri seseorang dapat menyinari dan menguasai hati, maka hati tidak akan berhenti, hati akan terus berjalan. Sebab, menurut Kiai Miftach, hidup adalah perjuangan al-hayat hiyal jihad, hiyal harokah, jadi tidak mengenal lelah.


Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut menegaskan bahwa manusia di dunia ini sesungguhnya untuk bersusah payah. Karena hidup senang, hidup happy, tenang hidup tenang hanya ada di akhirat.


"Di dunia hanya diberi icip-icip senang, icip-icip tenang, tetapi itu bukan ketenangan hakiki, karena ketenangan kita masih diintai dengan perasaan tidak nyaman, merasa orang lain sakit hati, merasa ada orang lain yang mungkin mendoakan kita celaka, bangkrut, semua punya lawan-lawan, semua punya tantangan-tantangan yang seperti itu. Jadi di dunia itu tidak ada ketenangan, kalau cari ketenangan nanti di akhirat," ungkapnya.


Dirinya kembali mengingatkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai lakon di dunia, maka harus cancut tali wondo (bersegera mengerjakan tugas), harus bergerak, mencari kesempurnaan hidup.


"Meskipun nanti sampainya macam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, ada yang lambat, ada yang tertatih-tatih, tetapi harus semangat," ungkap Kiai Miftach.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman

Editor: Fathoni Ahmad