Nasional

KH Miftachul Akhyar Jelaskan Istri Mitra Kehidupan Suami hingga ke Akhirat

Jum, 17 Maret 2023 | 19:30 WIB

KH Miftachul Akhyar Jelaskan Istri Mitra Kehidupan Suami hingga ke Akhirat

Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. (Foto: tangkapan layar Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)

Jakarta, NU Online

Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa istri merupakan mitra kehidupan yang tidak terbatas hanya di dunia saja, tetapi sampai di akhirat.


"Istri ini mitra kehidupan. Bojo (istri/suami) ini yang digambarkan Surat Ar-Rum, litaskunu ilaiha, agar kalian mendapatkan ketenangan jiwa, ketenangan jiwa. Yang mana ketenangan jiwa, dan ketenangan hidup tidak terbatas di dunia, tetapi sampai di akhirat," ujarnya pada tayangan Haul ke-37 dan Akhirussanah Ponpes Al-Iman diakses dari Channel YouTube Al-Iman Bulus oleh NU Online Kamis (16/3/2023).


Ia menjelaskan bahwa lafadz taskana, litaskunu, pakai muta'addi ila itu lil hayah sebuah tujuan. Di mana sebuah tujuan tidak ada batasan. 


"Jadi para istri, para ibu itu mitra kehidupan yang menentukan. Tanpa itu saya ndak bisa membayangkan seperti apa, para bapak-bapak tidak akan tenang, tidak akan bisa hadir di majelis pengajian. Tetapi ini sudah dapat sakinah. Ini bahkan ayatnya diawali wamin ayatihi, di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. An khalaqa lakum min anfusikum azwajan, adalah Allah menciptakan bagian daripada suami istri," imbuhnya.


Lebih lanjut Kiai Miftach menjelaskan bahwa kata azwaj itu jamaknya zauj. Zauj itulah menyodorkan penawaran kehidupan yang penuh dengan ketenangan hidup, bukan sekedar perkawinan.


"Tetapi perkawinan yang melahirkan zauj, pokoknya kata zauj itu dunia dan akhirat. Makanya dawuhnya Gusti Allah teng Nabiyullah Adam, uskun anta wa zaujuka, tinggalah engkau Adam dan istrimu. Pokoknya lafadz zauj artinya istri. Dalam Al-Qur'an zawaj, zauj artinya istri. Hampir tidak ditemukan kata suami. Saking hebatnya. Jadi kebahagiaan justru terletak pada para istri. Jangan diremehkan," jelasnya.


Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut juga menjelaskan bahwa naik turun dalam kehidupan merupakan falsafah kehidupan manusia. Hal tersebut dikarenakan manusia merupakan pemakmur bumi.


"Kita inilah pemegang lisensi yang dipercaya oleh Allah, dan diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang unggul. Pemenang dari makhluk yang lain untuk apa? Untuk memakmurkan bumi, untuk menjadi khalifatullah fil ardhi. Inni ja'ilun fil ardhi khalifah, niku panjenengan. Kita dipercaya untuk memakmurkan bumi, menata bumi, menyejahterakan bumi, mengatur semuanya apa yang ada di bumi. Bagaimana keadilan, kesejahteraan, pemerataan, tidak membeda-bedakan, dan lain sebagainya. Ini butuh akal, inovasi, dan sebuah pemikiran besar," pungkasnya.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman

Editor: Fathoni Ahmad