Nasional

Kiai Ma'ruf Amin: Saya Santri, Diajarkan Hargai Pendahulu 

Sen, 21 Oktober 2019 | 04:00 WIB

Kiai Ma'ruf Amin: Saya Santri, Diajarkan Hargai Pendahulu 

Wapres ke-12 RI Muhammad Jusuf Kalla menyerahkan buku kenang-kenangan dalam Sertijab Wakil Presiden kepada Wapres ke-13 RI KH Ma'ruf Amin, Senin (21/10). (Foto: Tangkapan Layar Siaran Langsung/Ova)

Jakarta, NU Online
Wakil Presiden baru, KH Ma'ruf Amin mengatakan bahwa dirinya merupakan santri dari dulu hingga sekarang. Di antara ciri dan kelebihan sebagai santri adalah diajarkan untuk tetap menghormati pendahulu. Oleh karenanya, ia sangat menghormati Wapres JK sebagai pendahulunya.
 
“Saya ini santri. Diajarkan menghargai pendahulu,” ujar Kiai Ma’ruf mengawali sambutannya pada upacara Serah Terima Jabatan (Sertijab) Wapres ke-12 Muhammad Jusuf Kalla kepada Wapres ke-13 KH Ma'ruf Amin di Istana Wakil Presiden RI Jl Medan Merdeka Selatan No 6, Jakarta Pusat, Senin (21/10).
 
Kiai Ma’ruf menyatakan kebanggaannya menggantikan JK. Ia merasa berkewajiban untuk menghormati JK sebagai pendahulunya. 
 
“Ada ungkapan, wa huwa bisabqin haaizun tafdhila. Mustaujibun tsanaiyal jamila. Karena beliau lebih dulu, maka harus memperoleh pujian dari saya,” tegasnya mengutip salah satu bait dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik.
 
Oleh karena itu, lanjut dia, menjadi ‘dahulu’ saja harus dihargai. 
 
“Namun, Pak JK bukan hanya lebih dulu dari saya. Tapi beliau juga menorehkan prestasi yang luar biasa sebagai wakil presiden,” tandas Kiai Ma’ruf disambut aplaus hadirin.
 
Dengan tawadlu, Kiai Ma’ruf bahkan menyebut dirinya sekedar wapres pengganti. Wapres aslinya tetap JK. 
 
“Makanya, saya bilang sebenarnya wakil presiden masih Pak JK. Saya ini cuma penggantinya,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.
 
Kiai Ma’ruf menambahkan, JK merupakan wapres dua periode. 
 
“Beliau dua kali menjadi wakil presiden. Makanya di sini gambar beliau ditaruhnya dua. Jadi wapres ke-10 dan ke-12. Ini saya giliran ke-13. Orang biasanya takut dengan angka 13,” selorohnya disambut tawa hadirin.
 
Meski demikian, Kiai Ma’ruf menegaskan tidak takut terhadap angka tersebut. Menurut dia, semua angka itu baik. Bahkan, mantan Rais Aam PBNU ini memandang angka tersebut merupakan keberuntungan. 
 
“Karena dalam mimpinya Nabi Yusuf, dia melihat ahada ‘asyara kaukaban, wasysyamsa wal qamara. 11 bintang, 1 matahari, dan 1 bulan. Totalnya 13. Berarti keberuntungan mudah-mudahan,” terangnya dalam siaran langsung sejumlah televisi nasional.
 
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Penasehat Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) ini berkomitmen melanjutkan langkah-langkah yang telah ditancapkan JK dalam kapasitas sebagai wapres.
 
“Saya ingin meneruskan. Mudah-mudahan saya bisa. Seperti kata Pak JK tadi bahwa kepemimpinan negara ini harusnya memang berkelanjutan,” tandas Kiai Ma’ruf.
 
 
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Ibnu Nawawi