Nasional LITERASI DIGITAL

Konten-konten Tematik Ibadah Perlu Terus Dilakukan Pesantren di Era Digital

Sen, 22 Agustus 2022 | 13:00 WIB

Konten-konten Tematik Ibadah Perlu Terus Dilakukan Pesantren di Era Digital

Seminar Literasi Digital dengan tema Santri Ramah Makin Cakap Digital di Pondok Pesantren Al-Mujahidin Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Senin (22/8/2022).

Barito Kuala, NU Online

Pondok pesantren mau tidak mau harus terbuka dan mudah diakses di era digital. Menurut Anggota Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam PBNU), Hesbul Bahar ada beberapa hal yang bisa dilakukan pesantren di era digital.


"Hal-hal yang bisa dilakukan misalnya pesantren pertama bisa membuat konten-konten tematik ibadah wajib dan diunggah secara rutin misalnya tentang shalat," ujarnya pada seminar Literasi Digital dengan tema Santri Ramah Makin Cakap Digital di Pondok Pesantren Al-Mujahidin Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Senin (22/8/2022).


Lebih lanjut ia mengatakan bahwa konten ibadah sekilas bagi yang sudah terbiasa dengan rutinitas ibadah merupakan hal biasa. Tetapi hal ini bagi masyarakat awam, konten keagamaan sangat dibutuhkan.


"Jangan lupa juga tema-tema atau pun kemudian konten-konten yang disampaikan itu semenarik mungkin. karena desain dan bungkus yang menarik sama pentingnya, jangan sampai kemudian kontennya bagus tetapi dari desainnya jelek kurang menarik. Akhirnya kemudian membuat malas menonton," imbuhnya.


Selain konten ibadah, pesantren membuat konten tentang dalil-dalil yang oleh kalangan ustadz google dituding bid'ah. Dalil-dalil tersebut harus disebar agar masyarakat mengetahui.


"Kemudian membuat konten-konten guyonan ala pesantren. Hal lain mungkin bisa membuat konten soal akhlak, adab, dan ketawadhuan yang kini mulai tergerus. Itu harus dikampanyekan secara masif oleh pesantren, karena ini menjadi pondasi penting bangsa ini," paparnya.


Selain membuat konten, hal yang bisa dilakukan adalah selalu tampil di linimasa sebagai bentuk eksistensi pesantren. Yaitu dengan cara menjadi juru bicara dalam banyak hal.


"Juru bicara dalam hal ini mungkin bisa memerankan soal nilai-nilai luhur pesantren, soal pendidikan keagamaan tentunya. Caranya ya aktif di media sosial  untuk mengenalkan pesantren, dan nilai luhur-luhurnya," pungkasnya.


Sementara itu Wakil Rektor I Universitas Borneo Lestari, Hasan Ismail mengingatkan untuk mengedepankan adab dalam berkomunikasi di media sosial.


"Jangan lupa bahwa dimanapun posisi kita dalam berkomunikasi baik secara langsung maupun menggunakan media sosial. Maka adablah yang kemudian harus selalu dikedepankan. Jadi yang pertama adalah bagaimana menanamkan adab dalam berkomunikasi," ujarnya.


Ia mengingatkan agar adab jangan sampai berubah, baik dalam proses pendidikan, kemudian ketika komunikasi langsung, maupun ketika menggunakan gadget, dan ketika masuk ke dalam ruang media sosial.


"Dalam bermedia sosial tidak hanya berpikir sebanyak apa kawan kita di media sosial, tetapi seberapa bermanfaat kita bagi kawan kita di media sosial. Tentu harapannya adik-adik para santri untuk menampilkan bagaimana yang benar dalam berliterasi secara digital," pesannya.


Ketua Lakpesdam PWNU Kalimantan Selatan, Hafizh Ridha mengungkapkan cara supaya menjadi santri yang ramah di dunia digital.


"Mempunyai kesungguhan dalam menuntut ilmu, mempunyai kemampuan memisahkan mana yang baik dan buruk, mampu bersikap kritis, dan menerima pengetahuan atau mendengar pembicaraan orang lain," jelasnya.


Kemudian mampu menimbang ucapan baik secara teori, proporsinya dan dalil yang dikemukakannya, berkomitmen untuk menyebarkan ilmunya. Bertanggung jawab dalam melakukan perbaikan terhadap masyarakat, serta terpanggil hatinya untuk menjadi pelopor terciptanya kemaslahatan dalam masyarakat.


"Serta yang terpenting yaitu mempunyai rasa takut terhadap Allah SWT. Seorang santri harus mempunyai kriteria seperti itu, hal ini menjadi hal yang sangat penting buat kita," pungkasnya.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman

Editor: Fathoni Ahmad