Nasional

Lantik PCNU Lambar, Ketua PBNU Ingatkan Pengurus Harus Satu Frekuensi

Sen, 26 Desember 2022 | 20:00 WIB

Lantik PCNU Lambar, Ketua PBNU Ingatkan Pengurus Harus Satu Frekuensi

Pelantikan kepengurusan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lampung Barat, Senin (26/12/2022). (Foto: NU Online/M Faizin)

Liwa, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof KH Mohammad Mukri mengingatkan seluruh pengurus NU untuk senantiasa menyatukan frekuensi. Para pengurus khususnya yang berada di wilayah, cabang, MWC, sampai dengan ranting dan anak ranting harus bergerak sesuai dengan kebijakan PBNU.


Prof Mukri pun mengingatkan pengurus dengan kebijakan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum yang merancang sebuah pola atau sistem pengelolaan perkumpulan Nahdlatul Ulama seperti model pemerintahan. Model seperti ini yang lebih tepat digunakan karena selain memiliki warga NU yang terdaftar, NU juga memiliki warga yang bukan anggota terdaftar. 


Dengan kata lain, NU tidak hanya punya membership (keanggotaan) tetapi memiliki fellowship (persahabatan). Sebab sebagian besar umat Islam di Indonesia secara sukarela merasa menjadi bagian dari NU.


"Saat ini NU menjadi ormas keagamaan terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Ada survei yang menyebutkan bahwa 60,2 persen dari seluruh populasi Muslim Indonesia mengaku sebagai warga NU," ungkapnya saat memberi amanat pada pelantikan  Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lampung Barat, Senin (26/12/2022).


Dengan jumlah yang masif ini, para pengurus harus mampu menggerakkan warga NU dan berada dalam satu harakah (pergerakan) sehingga model pemerintahan dalam NU akan benar-benar bisa terwujud. Barometer terwujudnya tata kelola jam'iyyah dengan model ini bisa dilihat dari kuantitas dan kualitas layanan-layanan yang diberikan dan dirasakan oleh warga NU.


Selain terkait kesamaan langkah dalam harakah Nahdlatul Ulama, Rektor Universitas NU Blitar ini juga mengingatkan para pengurus untuk senantiasa menjaga sinergisitas dengan negara. Negara bagi NU menjadi unsur utama yang harus terus dipertahankan. Dengan keberadaan negara, maka kebaikan-kebaikan bisa terus dilakukan dengan terus menerus.


"Maka NU senantiasa memegang trilogi ukhuwah yang dicetuskan oleh tokoh NU, KH Ahmad Shiddiq yang dikemukakan beliau menjelang Muktamar NU ke-28 di Krapyak, Yogyakarata pada tahun 1989," ungkapnya.


Trilogi ukhuwah yang ditujukan untuk menjaga hubungan baik antara masyarakat, agama dan negara ini terdiri dari ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia). 


Hadir pada kesempatan tersebut Katib Syuriyah PBNU KH Muhyiddin Thohir, Wasekjen PBNU H Silahudin, dan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung Prof Wan Djamaluddin.

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan