Nasional

Maraknya Video Prank Bukti Keringnya Nilai-nilai Agama

Jum, 8 Mei 2020 | 13:00 WIB

Maraknya Video Prank Bukti Keringnya Nilai-nilai Agama

Para generasi muda saat ini tahu dan bisa mengoperasikan teknologi canggih, namun banyak yang tidak tahu bagaimana menghormati orang tua. (Ilustrasi)

Pringsewu, NU Online
Di era modern saat ini, masyarakat disuguhi fakta memprihatinkan tentang moralitas anak-anak muda dan remaja yang terpengaruh oleh sisi negatif perkembangan zaman dan teknologi informasi. Virus negatif ini menginveksi para generasi muda dengan cepat khususnya dari sisi moralitas.
 
Media sosial dengan konten-kontennya, terus mengalir tiada henti dan 'meracuni' moral dan sopan santun para generasi penerus peradaban khususnya mereka yang tanpa bimbingan dalam bermedsos.
 
Seperti yang marak terjadi, demi mengejar jumlah subscriber dan follower di akun medsosnya, para anak muda melakukan hal-hal yang melanggar norma-norma agama. Ada yang melakukan prank dengan menawarkan jutaan rupiah agar orang membatalkan puasanya, memberi bantuan makanan dalam kardus yang ternyata berisi sampah, dan shalat sambil berjoget.
 
"Saat ini orang tua juga lebih terkesan permisif, longgar terhadap anak-anaknya. Anak muda saat ini sering diberi ilmu namun kurang diberi siraman akhlak. Anak sekarang sering dipenuhi kebutuhan materi namun kebutuhan jiwanya tidak terperhatikan," kata Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung H Taufik Qurrohim terkait degradasi moral anak muda, Jumat (8/5).
 
Para generasi muda saat ini tahu dan bisa mengoperasikan teknologi canggih, namun banyak yang tidak tahu bagaimana menghormati orang tua. Otak mereka setiap hari dipenuhi dengan ilmu pengetahuan namun kering dan kosong ilmu ruhani dan nilai-nilai agama.
 
"Pendidikan agama diajarkan sebagai sebuah pengetahuan kognitif dan pilihan alternatif yang banyak dianggap tak penting. Mereka khawatir dengan masa depan kehidupan ekonomi anaknya. Padahal pendidikan agama justru menjadi yang utama," katanya.
 
Menurutnya, anak yang terpengaruh oleh media sosial susah untuk diarahkan dan dimintai tolong. Orang tua yang tak terperdaya justru mudah disuruh mereka dan selalu membela anaknya walau mereka melakukan kesalahan yang mengakibatkan kerugian orang lain.
 
"Zaman pasti berubah namun pondasi agama yang mengakar tak boleh bergeser dan tercerabut dihantam perubahan zaman," tegasnya.
 
Pesantren menjadi solusi
Menyikapi hal ini Wakil Rais Syuriyah PCNU Pringsewu KH Hambali mengatakan bahwa ketika ilmu agama diajarkan dalam waktu terbatas dan hanya menjadi formalitas, maka berakibat pada pintarnya seseorang dalam teori agama, namun minim dalam realitanya.
 
"Jika niat belajar agama hanya untuk mencari ijazah, maka ijazah dan titel saja yang didapat. Ilmu agama dipelajari hanya kulitnya saja," katanya.
​​​​
Oleh karenanya, pesantren menjadi salah satu solusi menghadapi keringnya moralitas anak zaman sekarang. Pasalnya menurut Ketua MUI Pringsewu ini, di pesantren, para santri diajarkan sopan santun, etika, dan kebersihan hati dan jiwa yang langsung dipraktikkan dalam kehidupan.
 
Sikap hidup sederhana dan hidup dengan berpedoman pada agama juga diajarkan di pesantren. Ini akan menjadikan para generasi muda tidak terobsesi untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan atau materi dunia. 
 
"Kasus prank kardus sampah dan yang lainnya itu motifnya uang, materi dunia. Jadi tak patut untuk dilakukan. Jadi jauhi kegiatan-kegiatan seperti itu di tengah kondisi dan situasi sulit yang melanda masyarakat akibat Covid-19 saat ini," imbaunya.
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan