Nasional

Masuki 2021, Pembelajaran di Pesantren belum Normal

Jum, 8 Januari 2021 | 12:30 WIB

Masuki 2021, Pembelajaran di Pesantren belum Normal

Suasana ngaji di Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah. (Foto: Facebook Ienas Tsutoya)

Jakarta, NU Online
Akibat pandemi Covid-19 yang belum juga mereda, banyak pondok pesantren yang sampai saat ini belum bisa melakukan kegiatan belajar mengajar secara normal. Sampai awal 2021 ini, banyak santri di berbagai pesantren juga belum diperkenankan kembali ke pesantren untuk belajar sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Mereka ‘terpaksa’ harus belajar mandiri ataupun secara online melalui berbagai macam media.


Tak terkecuali di Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah asuhan KH Ahmad Musthafa Bisri (Gus Mus). Menurut Putri Gus Mus, Ienas Tsuroiya, sampai saat ini pesantren belum mengizinkan semua santri kembali ke pesantren. 


"Sebelum pandemi, jumlah santri putra 300 orang, sekarang hanya 70. Sedangkan santri putri, sebelum pandemi 200 orang, sekarang tersisa 23 orang. Total jumlah santri 93 orang saja," ungkapnya melalui akun Facebook, Kamis (8/1).


Santri yang berada di pesantren juga harus menerapkan protokol kesehatan dan pola hidup new normal seperti mengenakan masker terutama saat mengaji. Tempat duduk santri saat ngaji juga berjauhan. Saat ini pun aula yang rutin digunakan untuk ngaji hanya diisi oleh 20 orang.

 

"Aula sebesar itu hanya diisi beberapa orang saja. Apalagi ketika Ngaji Al Ibriz tiap Jumat. Sebelum pandemi, pesertanya--sebagian besar bapak-bapak ibu-ibu sepuh dari berbagai daerah sekitar Rembang--bisa mencapai 1500 orang. Sekarang? Paling sekitar 20 orang saja," tambahnya.

 

Pembatasan aktivitas
Pembelajaran menyesuaikan pandemi Covid-19 juga dilakukan di Pesantren Al-Hikmah Bandar Lampung asuhan KH Basyaruddin Maisir yang juga Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung. Pada awal pandemi, pesantren ini sudah membatasi aktivitas para santri baik saat belajar di pendidikan formalnya maupun ngaji diniyahnya.


"Saat sekolah, santri belajar tatap muka di dalam pesantren. Sementara siswa lainnya yang tidak mondok belajar daring. Saat belajar di sekolah juga tidak ada jeda istirahat untuk antisipasi santri tidak bertebaran dan berkerumun," jelasnya kepada NU Online, Jumat (8/1).


Sementara memasuki semester genap ini, bagi santri yang kembali dari liburannya harus melakukan rapid test dan membawa surat keterangan negatif pihak berwenang. Bagi yang reaktif, santri tidak diperkenankan masuk pesantren alias harus belajar dari rumah.


"Kita juga sudah melakukan rapid test massal bagi seluruh ustaz dan pegawai jelang kepulangan santri yang biayanya ditanggung pesantren," jelasnya terkait langkah untuk menjaga pesantren dengan jumlah santri yang mencapai 600 orang ini.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan